"Dasar Padang!", kata Meila kepada anak abangnya Upik, yang membuat saya
"tercengang"

Tercengang, karena Meila, yang 50 persen "Padang" dan 50 persen Sunda,
mengatakan "dasar Padang", kepada Upik yang "hanya" 25 persen "Padang" dan
75 persen Sunda itu. Ada apa kiranya? 

Ou, ceritanya ketika masih sekolah di TK dulu, di hari lebaran Upik
berkeliling RT dengan teman-temanya nya. Nah, karena tekun, Upik memperoleh
"angpau"yang lumayan dari para tetangga. Selain Entin mamahnya, si (E)tek
Win, begitu Meila disapa anak-anak abangnya ini, rupanya ikut menikmati
jerih payah Upik dengan status "pinjaman" :). Nah, setiap ditanya berapa
"hutang" si Etek, bahkan ketika ditanya setelah bertahun-tahun kemudian,
Upik, yang tahun ini akan masuk SMA,  selalu menjawab jumlahnya dengan
persis :). 

Tetapi tentu saja ucapan "Dasar Padang", hanyalah sebuah ungkapan sayang,
karena yang digelontori Meila kepada Upik , bahkan sejak Meila masih
mahasiswa sampai ia bekerja jauh lebih besar daripada yang "dipinjamkan"
Upik. Meila memang sangat sayang dan dekat dengan  anak-anak abangnya,
termasuk Upik tentu saja, yang biasa dipangilnya dengan 'nak', sesuatu yang
"Padang banget".

Karena itu ketika dulu bekerja dan bermukim di Malang selama dua tahun, kami
tidak ragu meminta Meila untuk membawa Upik, yang ketika itu masih berumur
tiga setengah tahunan pulang ke Depok dengannya. Awalnya Upik ke Malang
dengan mamahnya, namun karena rindu kami kepada cucu kami itu belum
terpuaskan, ketika Entin pulang ke Depok, Upik kami minta ditinggalkan saja
dulu di Malang dan pulang ke Depok dengan Meila yang ketika itu sedang libur
kuliah dan berada di Malang. Kami tidak ragu menugaskan Meila membawa Upik
ke Depok selain Meila sangat sayang dan dekat dengan Upik, Meila dapat
dihandalkan karena aktif di berbagai kegiatan ekstrakurikuler, termasuk di
kegiatan Pramuka ketika masih bersekolah di SMP.

Awalnya lancar-lancar saja. Kami yang mengantar mereka ke Setasiun dan
berada di dalam gerbong  sampai saat-saat terakhir KA Gajayana yang mereka
tumpangi berangkat menuju Jakarta, Upik tenang-tenang saja malikok di
pangkuan Meila.

Tapi apa hendak  dikata.  Ketika KA kira-kira baru meliwati Tulungagung,
Upik mulai merengek, "Ke Inyiek." Maksudnya kembali lagi ke (neneknya di)
Malang. Meila mencoba membujuk, alih-alih, rengekan  Upik tambah kencang dan
disertai tangisan, yang membuat Meila sempat panik dan ikut menagis pula.
Tentu saja, Meila tidak mungkin tega untuk membentak, apalagi mencubit Upik
untuk mendiamkannya. Meila baru bisa meredakan rengekan dan tangisan Upik
setelah Meila menjanjikan akan turun di Yogya dan kembali dengan kereta lagi
"ke inyiek". 

Hal tersebut kami ketahui dari Meila yang  menjelang tengah malam menilpon
dari sebuah wartel di setasiun Yogya, yang langsung membuat kami panik dan
cemas, dan berharap Meila masih dapat kembali ke Malang malam itu juga
dengan menggunakan Gajayana, atau Bima (via Surabaya).

Setelah meliwati sisa malam yang terasa sangat panjang dan menengangkan,
kami sangat gembira dan lega menyaksikan Meila kembali ke tempat kos kami di
Malang dengan Upik di gendongannya. Upik akhirnya kembali ke Depok dengan
Entin yang kami minta datang Ke Malang guna mnenjemputnya.

Alhamdulillah, sekarang Meila juga sudah memberi kami cucu, Gadis, yang
waktu ini berumur sekitar satu setengah tahun. Subhanallah, entah "sihir"
apa yang dianugerahi Allah SWT kepada makhluk kecil itu, karena setiap ia
pulang setelah menginap di rumah, ruh saya seperti dibawa pergi olehnya. 

Sindrom "Padangitis" atau "Minangitis", karena Gadis adalah cucu saya yang
pertama dari seorang anak perempuan? Boleh jadi. Saya kan orang Padang,
atawa Minang.  Tulen pula lagi J ?

Ayah Gadis campuran Jawa-Pelembang. Jadi darah Gadis sudah campuran banget,
ada "Padang", Sunda, Jawa dan Palembang. Tapi ya tapi.

"Andung bagi dong biskitnya," kata saya mendekat Gadis yang sedang asyik
'ngemut' biskit di 'baby walker'-nya. Gadis lalu maonyokkan biskitnya.
Tetapi ketika saya hendak mengambil, dia langsung menarik tangannya kembali.

Dasar Padang! kata saya gemas J.

Wassalam, HDB St Bandaro Kayo (L, 69-), asal Padangpanjang, tinggal di Depok

Catatan: foto Gadis ketika berumur kurang dari satu tahun

 

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

<<attachment: gadis maen hp.jpg>>

Kirim email ke