Mak Darwin Bahar nan ambo hormati,

Sakali lai apo nan dikabakan Media Indonesia mantun indak mancapai akar 
masalahnyo, sabab kedelai nan digunokan untuak memproduksi tahu jo tempe ko 
bukan produksi lokal negara awak, melainkan barang impor. Petani di Indonesia 
memang kurang pengetahuannyo untuak mananam varietas unggul dek perhatian 
pemerintah memang minim kaarah itu. Nan ambo mukasuik pemerintah nan ko adolah 
mulai dari pucuak hinggo ka bawah, tamasuak kalangan akademis nan marupokan 
basis penelitian nan sangat ditunggu bakeh tangannyo untuak memajukan 
masyarakat Indonesia ko.

Selain itu, baa kok hanyo sabateh garih kasa sajo nan basingguang? Sabab barang 
impor ko tantu masuak melalui importir nan izinnyo dikaluakan oleh pamarentah 
pusat. Apo kito masih juo suko meninjau suatu permasalahan tanpa data teknis 
saroman harago bali importir, biaya birokrasi nan dikaluakan, siapo sajo 
importir mantun hinggo pola distribusinyo?

Urang awak nan dikampuang sajo di palanta-palanta sasudah tarawiah, dalam 
maninjau harago jua bali padi sarato ongkos & pola distribusinyo tatap 
diestimasikan sabalun barang bakirim ka wilayah Riau. Kunun pulo nan cadiak 
pandai (atau bapandai-pandai) nan memang maurus masalah kedelai nasional nan ko.

Ciek lai, nan bisa kito jadikan pidoman, bahasonyo galodo batang aia Kuranji 
nan baru sajo berlalu, tajadi di sabalah kampus Unand nan marupokan tampek 
urang nan satiang-satiang bakumpua untuak memajukan masyarakat Sumbar nan ko. 
Antah nan santiang manjadi sabana santiang atau urang nan badarai samakin batea 
di negara nan ko.

wasalam

AZ/lk/34th/caniago
Kubang, sadang di kampuang

Sadang mancari literatur baa caronyo mengolah biji karet untuak dijadikan pakan 
taranak jawi
Insya Allah, sesudah hari rayo Aidil Fitri nan ko, LPM Marapalam akan mamulai 
usaho penggemukan - indukan sapi simmental di Sumpur Kudus, Sijunjung


________________________________
 Dari: Darwin Bahar <dba...@indo.net.id>
Kepada: Palanta Rantaunet <rantaunet@googlegroups.com>; 
padang-panj...@yahoogroups.com; minang...@yahoogroups.com 
Dikirim: Sabtu, 28 Juli 2012 3:04
Judul: [R@ntau-Net] Bukan OOT: Ironi Negeri Tempe
 

 
Jumat, 27 Juli 2012 00:00 WIB     
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/07/07/336013/70/13/Ironi-Negeri-Tempe-
DALAM beberapa hari terakhir, tempe dan tahu mencuat menjadi
isu nasional. Makanan rakyat berharga murah tetapi kaya gizi itu langka di
pasaran lantaran mahalnya kedelai sebagai bahan baku.
Harga kedelai memang kian liar tak terkendali. Kenaikannya gila-gilaan,
bahkan menembus Rp8.000 dari biasanya Rp5.000 per kilogram. Dengan harga bahan
baku semahal itu, pengusaha tempe dan tahu memilih mogok produksi selama tiga
hari mulai Rabu (25/7) hingga kemarin.
Mereka tak punya pilihan lain untuk menyatakan sikap. Segala
kiat, segala cara, termasuk memperkecil ukuran tahu dan tempe, demi menyiasati
mahalnya harga kedelai tak lagi ampuh untuk bertahan.
Bagi mereka, mogok produksi adalah pilihan terbaik. Efeknya
pun luar biasa. Ketika tempe dan tahu absen di warung, pasar, hingga pasar
swalayan, rakyat ternyata merasa sangat kehilangan.
Tempe dan tahu yang selama ini dipandang sebelah mata kini
menunjukkan eksistensi. Keduanya memicu silang pendapat, memantik polemik panas
terkait dengan ketidakberdayaan pemerintah mengelola kebutuhan rakyat.
Kelangkaan tempe dan tahu terjadi karena ketidakberdayaan
negeri ini melepas ketergantungan impor kedelai. Di negeri yang katanya gemah
ripah loh jinawi ini, stok kedelai masih bergantung pada negara lain.
Untuk urusan kedelai saja, kita tak punya kedaulatan. Kita
takluk pada serbuan kedelai dari mancanegara karena produksi dalam negeri tak
bisa lagi diandalkan.
Produksi kedelai pada 2012 bahkan diperkirakan turun drastis
ketimbang 2010 dari 907.300 ton menjadi 779.800 ton. Jumlah sebanyak itu
terlampau sedikit untuk mencukupi kebutuhan 2,2 juta ton per tahun.
Selama pasokan kedelai masih bergantung pada asing, selama
itu pula masalah kelangkaan tempe dan tahu akan terjadi. Ironisnya, pemerintah
tak memandang persoalan secara utuh. Mereka lebih suka menyikapi gejolak harga
kedelai dengan cara instan, yakni menghapus bea masuk.
Itulah solusi gampangan tanpa harus pusing-pusing berpikir.
Penghapusan bea masuk impor kedelai hanyalah obat sesaat yang mustahil bisa
menyembuhkan akar penyakit. Khasiatnya juga tak terlalu mujarab, cuma mampu
menurunkan harga sebesar Rp400 per kilogram. Kebijakan itu bahkan membuat impor
kedelai kian deras membanjir dan kian ganas melindas produksi dalam negeri.
Masalah kedelai adalah masalah ketidakmampuan negeri ini
mencukupi kebutuhan sendiri. Itulah persoalan pokok yang harus diselesaikan
pemerintah. Tindakan nyata wajib segera dilakukan agar petani dengan senang
hati menanam kedelai. Pemberian insentif dan jaminan harga kepada mereka tak
bisa lagi ditawar-tawar.
Indonesia yang kini dalam situasi darurat tempe merupakan
konfirmasi bahwa pengelola negeri ini sudah lama mengabaikan urusan pangan
sehingga beras, gula, kedelai, jagung, sampai singkong mesti diimpor. Untuk
urusan pangan dan banyak urusan lain, pemerintah sering mengeluh kesulitan.
Lah, pemerintah justru hadir untuk mengurusi yang sulit kok! Disorientasi
beginilah menyebabkan yang gampang pun jadi sulit.
 
-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. E-mail besar dari 200KB;
2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke