Proyek monorel mangkrak karena terkait dana perbankan?

Inilah yang namanya kekeliruan cara berpikir. Pemerintah itu pelayanan, bukan 
cari untung, yang ada sekarang itu berlomba-lomba cari income, PAD (pendapatan 
asli daerah), dan memberatkan masyarakat. Pemerintah itu melayani, baik di 
bidang KTP, perizinan, maupun transportasi, itu pelayanan. Jadi paradigma itu 
harus diubah jadi pelayanan dan kesejahteraan. Kok kita ini malah jadi saling 
bangga-banggakan masalah PAD, warteg pun jadi dijadikan sumber PAD. Yang 
kecil-kecil belum bisa bertelur saja sudah dikenai pajak, saya enggak ngerti 
cara-cara berpikir seperti itu. 
Kalau hitung-hitungan soal untung dan rugi, la kita ini swasta atau pemerintah. 
Saya itu orang bisnis, tapi kalau sudah masuk ke pemerintah, ya pelayanan. Cari 
untung itu gampang buat saya kalau jadi pemerintah. Saya tiketin orang masuk ke 
Jakarta, bisa langsung beribu-beribu triliun dapatnya. 

Kalau soal parkir liar, bagaimana Anda akan menertibkannya?

Kembali lagi, itu manajemen sistemnya yang harus diperbaiki semuanya. Manajemen 
sistem harus diperbaiki di semua lini, baik pelayanan KTP, perizinan maupun 
perparkiran. Itulah gunanya pemimpin, untuk mengatur-atur seperti itu. Karena 
sistemnya enggak dibangun, ya jadi muncul begitu. Ini tantangan yang jadi 
menarik kalau bisa diselesaikan dan kita cari solusinya. Enggak usah 
susah-susahlah. Saya pingin konkretnya saja, misalnya untuk penyelesaian macet, 
solusinya apa untuk jangka pendek dan jangka panjang. Kalau hanya menunggu 
monorel dan MRT, kan butuh berapa tahun. Soal preman di Solo juga ada, dulu ada 
dan sekarang juga ada, tapi kan harus dikurangi yang seperti itu.

Moto Solo adalah The Spirit of Java, Jakarta kira-kira apa?

Begini, untuk membuat slogan, ada prosesnya, yakni partisipasi masyarakat. Jadi 
dilombakan, bukan ditanyakan kepada saya. Itu dari hasil lomba dan partisipasi 
masyarakat, ditentukan bersama-sama. Kota sebagai sebuah produk perlu yang 
namanya management product, positioning, diferensiasi, slogan, trademark, 
trade-name, perlu yang namanya brand. Jadi jangan terjebak pada sisi 
administrasi saja dan melupakan bahwa kota itu perlu sebuah city branding, 
sehingga dikenal. 
Kalau orang mau ke Jakarta, sudah tahu, misalnya di sini adalah kota karnaval, 
kota festival, atau kota fashion muslim, misalnya. Bisa saja itu dibangun, tapi 
dengan proses partisipasi. Kayak orang mau ke Paris, bayanginnya langsung mode. 
Itu yang harus diproses, tapi justru itu yang dilupakan. Ide dan gagasan itu 
akan muncul berbondong-bondong dari masyarakat kalau mereka diajak berpikir 
memajukan kotanya. Pemimpin itu sebenarnya hanya memotivasi dan menginspirasi. 
Jangan berpikir yang sulit-sulit, kalau enggak mau yang susah-susah, sederhana 
saja tapi segera dilaksanakan. Masyarakat itu menunggu yang nyata, yang 
konkret, bukan menunggu rencana, wacana, atau yang akan datang, ha-ha-ha....

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Reply via email to