Mak Darwin Bahar,
Pariwisata nan bisa dikembangkan di Sumbar khususnyo nan di pulau Sumatra babeda jo apo nan ado di Bali. Pariwisata di Sumbar bisa berkembang pabilo masyarakat terlibat panuah dalam bisnis pariwisata nan ko, baiak sebagai pekerja di sektor pariwisata maupun sebagai pemilik usaha. Hal iko nan paralu diluruihkan dahulu, sahinggo bisa ditinjau apo nan lamah di kito untuak pengembangan pariwisata ko. Pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan paralu membangun infrastruktur, kudian mambukak kesempatan salaweh-lawehnyo kapado masyarakat nagari untuak mengembangkan pariwisatanyo. Paralu dilakukan pendampingan nan memang bapihak untuak mambangun masyarakat nagari nan mandiri & dalam tatanan adat sarato budaya nan usali & dalam tataran ABS SBK pulo. Pertanyaan dari ambo, apokah kalau kito mancaliak pemda maupun pemprov kurang memperhatikan masyarakat nagari ko kito hanyo bakomentar & mambuek opini sajo? wasalam AZ/lk/34th/caniago Kubang, sadang di kampuang babako ka Canduang Koto Laweh, Agam ________________________________ Dari: Darwin Bahar <dba...@indo.net.id> Kepada: Palanta Rantaunet <rantaunet@googlegroups.com>; padang-panj...@yahoogroups.com; minang...@yahoogroups.com Cc: Andiko <andi.ko...@gmail.com> Dikirim: Selasa, 14 Agustus 2012 23:57 Judul: [R@ntau-Net] Berhaji Dengan Bertanam Jagung [Bagian dua dari empat tulisan]. Dari bincang-bincang di dapur dengan sesama jemaah haji asal Parepare, Sulawesi Selatan, di pemondokan di Makkah ketika kami menunaikan ibadah haji di tahun 2003, isteri saya bercerita tentang dua bersaudari yang berhaji tidak dibiayai oleh suami-suami mereka, tetapi dari hasil jerih payah mereka berdua dengan bertanam jagung. Suatu hal yang membuat saya heran tak heran. So what? Sulawesi Selatanadalah provinsi yang cukup saya kenal dengan baik. Selain merupakan salah satu provinsi mitra kami di Performyang rata-rata saya kunjungi setiap tiga bulan sekali selang tahun 2003-2004—dengan mengitari jalur Makassar, Maros, Parepare, Pinrang, Enrekang, Sengkang, Sinjai dan kembali ke Makassar—hampir semua kabupaten di provinsi dulu pernah saya kunjungi ketika bekerjaselama tiga tahun lebih di IBRD- North and South Sulawesi Water Supply Sector Project pada paruh kedua tahun delapan puluhan Jalan-jalan di seantero provinsi ketika itu sudah bagus-bagus dan diaspal dan yang menonjol, tingkat kemakmuran masyarakat relatif merata. Hampir tidak ada kepincangan Timur-Barat atau Utara-Selatan seperti yang terjadi di banyak daerah. Hanya di Selatan, terutama Jeneponto yang sebagian besar wilayahnya tandus yang kurang makmur. Masyarakat yang tidak tertampung di sektor pertanian banyak yang merantau ke Kalimantan dan Indonesia bagian Timur. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan dan strategi yang ditetapkan oleh Gubernur Prof. Dr. Ahmad Amiruddin yang menjadi orang nomor satu di provinsi tersebut selama dua periode, 1983-1988 dan 1989-1993. Salah satu kebijakannya, setiap kabupaten hanya boleh mengembangka komoditas yang paling sesuai dengan kondisi Kabupaten yang bersangkutan. Pemerintah Daerah menyediakan benih, membangun infrastruktur jalan raya dan irigasiserta membantu pemasaran.. Singkatnya, kebijakan ini menyebabkan Provinsi Sulawesi Selatan menjadi provinsi produsen, provinsi penghasil komoditas yang “tradables”, yang dapat diperdagangkan lintas provinsi, pulau dan negara seperti, produk tanaman pangan, kakao, ikan, udang dan biji-bijian berminyak serta kayu atau barang dari kayu, di samping nikel. Di tengah polemik tentang kebijakan impor beras, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan justru bersiap mengekspor 200.000 ton beras ke Malaysia, Singapura, dan Filipina. Langkah ini diambil karena produksi padi di Sulsel pada 2010 naik 15 persen daripada produksi tahun sebelumnya yang mencapai 4.324.193 ton(Kompas, 24/06/2011). Dan seperti diberitakan Kompas 04/07/2011, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bahkan mulai memasok masing-masing 1 ton ikan laut dan daging sapi ke Jakarta. Pengiriman via udara yang dilakukan pada Jumat sepekan sebelum itu merupakan tahap permulaan. Selanjutnya, Sulsel akan memasok 50 ton ikan dan daging setiap hari untuk memenuhi kebutuhan di Jakarta. Berdasarkan sensus ternak tahun 2011, populasi sapi di Sulsel saat itu mencapai 978.242 ekor. Hingga pertengahan tahun 2011, Sulsel telah menyuplai 173.948 sapi potong. Sebanyak 156.553 ekor di antaranya digunakan untuk memenuhi konsumsi lokal. Mengapa kunjungan ke Makassar tetap tinggi, karena Makassar tidak hanya merupakan kota transit, tetapi menjadi pusat perdagangan terpenting di timur Indonesia, karena kota itu mempunyai hinterland yang kaya dengan produk-produk yang “tradables”. Hal itu menyebabkan Makassar tumbuh lebih cepat daripada kota-kota provinsi lainnya. Hotel berbintang tiga dulu hanya dua biji, sekarang sudah menyebar ke seluruh kota. Dan secara bertahap berbagai lokasi dan sarana rekreasi ditambah dan diperbaiki. Dulu Pantai Losari tidak banyak berbeda dengan Pantai Purus di Padang. Jangan kata sekarang. Dan Makassar akan semakin berkibar setelah pembangunan monorel yang akan menghubungkan Pasar Sentral, Bandara Sultan Hasanuddin dan lingkar dalam Kota Makassar (Kompas, 26 Juli 2011) selesai dan mulai beroperasi. Apalagi kalau rencana pembangunan jalur kereta api Trans-Sulawesi yang akan menghubungkan Makassar dengan Palu dan Manado dengan investor dari Rusia, jadi terlaksana. Tetapi terlepas kenyataan bahwa Sulawesi Selatan waktu ini juga masih menghadapi berbagai masalah yang hampir tidak berbeda dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, saat ini Sulawesi Selatan merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki baik ketahanan maupun kedaulatan pangan. Modal yang sangat-sangat berharga dalam menatap masa depan yang ancaman kelangkaan dan meningkatnya harga pangan semakin nyata. Dan seperti pernah saya tulis di sini, Kabupaten Pinrang yang merupakan gudang beras di Provinsi Sulawesi Selatan adalah kabupaten yang paling banyak jemaah hajinya. Artinya bahwa dengan kebijakan yang tepat dan terarah, sektor pertanian dapat memberikan hasil kepada para petani, sesuai dengan jerih payah mereka. Inilah yang menyebabkan saya selalu iri kepada Sulawesi Selatan, artinya saya ingin kampung halaman saya Sumatra Barat bisa seperti provinsi ini, menjadi provinsi produsen. Bukan seperti Kalimantan, seperti Bali apalagi. Malah kalau bisa lebih baik daripada Sulawesi Selatan karena potensi itu ada di Sumatra Barat. Karena Sumatra Barat juga memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki Sulawesi Selatan. IPM Sumatra Barat dalam tahun 2008, hampir satu poin lebih tinggi daripada IPM Sulawesi Selatan di tahun tersebut. Bukan jalan yang mudah tentu saja, karena merancang dan melaksanakan strategi yang dirancang pada tingkat provinsi sekarang sudah bukan jamannya lagi, karena di era otonomi daerah ini, bola lebih banyak di tangan kabupaten/kota dan, terutama nagari, melalui penguatan sistem perekonomian nagari yang mampu memberikan nilai tambah lebih bagi para petani, peternak, petambak dan nelayan yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas sektor-sektor terkait. Pertanyaan kuncinya, memangnya Sumatra Barat, punya pilihan lain, misalnya dengan menfokuskan pada pengembangan pariwisata? Wassalam, HDB-SBK (L, 69) -- -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/