Senin, 27 Agustus 2012

http://www.tempo.co/read/caping/2012/08/27/128543/Agora

Di agora, kearifan dimulai dengan kegelisahan dan tak tahu. Ada satu kalimat
yang konon dari Sokrates: "ia [Sokrates] tak tahu apa-apa, kecuali bahwa ia
tahu ia tak tahu apa-apa."

Itu sebabnya sebuah agora, yang dalam sejarah Yunani Kuno merupakan tempat
berkumpul orang di pusat kota, dijadikan ­Sokrates sebagai arena
bertanya-jawab. Sejarah mengisahkan ini bukan waktu senggang yang iseng dan
tanpa konsekuensi. Dengan pertanyaan-pertanyaannya yang menggugat pikiran
yang gampangan dan mandek, Sokrates mengibaratkan diri sebagai "lalat
pengusik" bagi masyarakat, agar masyarakat itu tak terlena. Kita tahu,
akhirnya Sokrates dihukum mati pada tahun 399 sebelum Masehi.

Dalam film Alejandro Amenábar, Agora, tokoh yang mesti mati adalah Hypatia.
Ia seorang perempuan pemikir dari Alexandria, ibu kota Mesir di bawah kuasa
Romawi pada tahun 331.

Berbeda dengan Sokrates, Hypatia mati dirajam orang ramai: para penganut
Kristen yang dengan berapi-api sedang hendak mengubah dunia dengan membasmi
orang pagan atau "kafir".

Tapi ceritanya tak sekadar itu. Hypatia menolak jadi orang yang beriman
karena ia melihat dirinya berperan sebagai orang yang bertanya. Ia berkata
kepada Synesius, bekas muridnya yang jadi uskup di Cyrene, Libya: "Kau tak
mempertanyakan, atau tak bisa mempertanyakan, apa yang kau imani.
[Sedangkan] aku harus."

Synesius gagal mengajaknya masuk Kristen.

Sikap itu merisaukan para pembesar kota, terutama karena Hypatia punya
pengaruh dan sesekali dimintai pendapat dalam sidang-sidang mereka. Ia
dipanggil menghadap.

Seseorang bertanya: "Mengapa sidang ini harus menerima nasihat dari
seseorang yang tak percaya apa pun?"

Hypatia menjawab: "Saya percaya kepada filsafat."

Sebenarnya tanya-jawab itu bertolak dari kesalahan. Si pembesar kota
menganggap bahwa tak percaya kepada Tuhan sama artinya dengan tak percaya
apa pun. Ia menyempitkan pandangannya. Sementara itu, Hypatia tak konsisten
dengan argumennya sendiri: jika ia mengatakan "percaya kepada filsafat",
berarti ia tak hendak dan tak dapat menggugat apa yang dipercayainya.
Padahal bahkan filsafat bisa dipersoalkan. Ia, Hypatia, seorang pemikir,
yang dengan atau tanpa sebuah sistem filsafat, menyimak dan menelaah
kehidupan, dan berani menghadapi hal-ihwal yang tak segera ada jawabnya,
atau yang telah lapuk. Ia seharusnya menjawab: "Saya percaya kepada
ketidaktahuan dan pertanyaan."

Tentu jawaban seperti itu akan terlampau sulit dicerna, terutama oleh mereka
yang telah berkesimpulan bahwa agama adalah penangkal terakhir bagi
ketidaktahuan dan pertanyaan. Namun bagi Hypatia, ketidaktahuan dan
pertanyaan tak bisa dihapus selama-lamanya. Keduanya akan selalu hadir
selama manusia hidup dan berubah. Dalam film Amenábar, Hypatia (dimainkan
oleh Rachel Weisz) tampak tak henti-hentinya mencari jawab soal konstelasi
bumi dan matahari.

Barangkali itu sebuah kekeliruan. Hypatia tampaknya yakin, pengetahuan yang
diperoleh akan memberinya sebuah kekuatan. Ia lalai bahwa pengetahuan tak
dengan sendirinya melahirkan kekuatan. Bahkan sebaliknya: kekuatan itu yang
melahirkan pengetahuan, dengan mengkonstruksikan wacana. Hypatia tak tahu
betapa pentingnya kekuatan itu. Ia terisolir ketika ia acuh tak acuh
terhadap perubahan yang terjadi di Alexandria: hari-hari itu, penganut
Kristen yang merasuk ke mana-mana, juga ke kalangan kekuasaan.

Dan itulah yang kemudian menentukan ketika penguasa agama, Cyril, yang
fanatik, keras, dan otoriter, hendak meneguhkan bahwa pengetahuan hanya
mungkin selama orang mengakui otoritas Kitab Suci. Ia didukung umat yang
sedang bergelora menghadapi iman yang bagi mereka harus ditinggalkan—gelora
yang membuat mereka buas.

Konflik berdarah pun terjadi dengan umat Yahudi. Kaum ini dibantai.
Perpustakaan yang termasyhur di Alexandria pun dibakar—sebuah peristiwa
simbolik: perpustakaan adalah khazanah pengetahuan yang beraneka suara, dan
sebab itu agama (yang tak menghendaki pengetahuan lain) tak membutuhkannya.

Sementara itu, Hypatia tak punya kekuatan apa pun. Ia semula dibela oleh
Orestes, bekas muridnya dan lelaki yang mencintainya yang kemudian jadi
wakil kekuasaan Romawi di Alexandria. Tapi kemudian Orestes pun tak bisa
berbuat apa-apa menghadapi desakan umat Kristen yang makin keras.

Pada klimaksnya, Hypatia dibawa ke depan altar dan ditelanjangi. Orang-orang
mengumpulkan batu untuk merajamnya. Di saat itu ia ditolong Davus, bekas
budak yang mencintainya dan kemudian jadi orang Kristen: agar tak merasakan
sakitnya hantaman ratusan batu, Hypatia dicekik sampai mati.

Bukankah Tuhan kita mengampuni? Itu pertanyaan Davus kepada seorang
temannya, seorang militan Kristen. Jawaban sang militan: Tuhan mengampuni
karena Ia Tuhan, sedangkan kita ini manusia.

Dari jawaban itu tampak, si Kristen militan meletakkan dirinya tidak setara
Tuhan dan sebab itu ia tak bisa mengampuni; maka ia membunuh. Yang
diabaikannya ialah bahwa ia membunuh justru karena ia meletakkan dirinya
setingkat Tuhan dalam menentukan kesalahan manusia lain. Ia merasa dirinya
mencerminkan Tuhan yang mahatahu—dan sebab itulah ia merasa berhak
memutuskan mana yang kafir dan yang bukan.

Dengan kata lain: dialah yang mengkonstruksikan sifat Tuhan, memilih mana
yang cocok daan meniadakan yang tak cocok. Ia bahkan lebih kuasa ketimbang
Tuhan.

Tak mengherankan bila sang militan tak melihat bahwa pengetahuannya tentang
apa yang "buruk" dan yang "baik", yang "sesat" dan yang "tak sesat",
sebenarnya dibentuk oleh pengalamannya di bumi—terutama pengalaman kompetisi
dan antagonisme—bukan oleh sabda dari langit.

Agora, bagi saya, bukanlah film yang memikat. Tapi saya kira ketika Amenábar
membuatnya pada tahun 2008, di dalam dirinya bergema suara suram tentang
agama-agama hari ini.

Goenawan Mohamad

 

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke