Tks. kiriman email tasabuik. Haasma

________________________________
 Dari: Muhammad Dafiq Saib <stlembang_a...@yahoo.com>
Kepada: "rantaunet@googlegroups.com" <rantaunet@googlegroups.com> 
Dikirim: Jumat, 16 November 2012 18:40
Judul: [R@ntau-Net] Sabuah Catatan 'Kenapa Ada Orang-orang (Minang) Yang 
Mengingkari Islam?'
 

Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu

Sabuah catatan.....


Kenapa Ada Orang-orang (Minang) Yang Mengingkari Islam?
oleh Muhammad Dafiq Saib pada 15 September 2012 pukul 22:38 ·Kenapa Ada 
Orang-orang (Minang) Yang Mengingkari Islam?
 
Baru-baru ini ada suatu kejadian mengejutkan di Ranah Minang. Ada seorang 
pegawai negeri urang awak menyatakan dirinya sebagai atheis. Lebih dahsyat lagi 
dia mengatakan bahwa dia adalah anggota organisasi Atheis Minang. Ada 
kelompok orang Minang yang atheis? Yang tidak percaya dengan Allah? 
Siapa yang tidak akan terkejut? Atau (kebanyakan) orang Minang mana yang tidak 
akan terkejut? Bukankah orang Minang itu adalah orang-orang yang 
taat beragama. Yang beridiom Adat Bersendi Syara', Syara' Bersendi 
Kitabullah? Kok tiba-tiba ada berita seperti ini? Tapi, benarkah semua 
orang kaget? Terkejut? Mungkin tidak semua. Karena pasti ada yang tidak 
kaget, sekurang-kurangnya anggota kelompok mereka itu sendiri.
 
Saya termasuk yang tidak terlalu terkejut. Tidak ada suatu kelompok (suku) 
bangsa yang terdiri dari berjuta-juta orang jumlahnya, serba seragam 
belaka. Serba sama tingkat keimanan dan keyakinannya. Suku bangsa 
manapun  mereka.  Begitu juga dengan orang Minang. Bahwa mayoritas orang Minang 
terdaftar beragama Islam, boleh-boleh jadi saja. Apakah semuanya penganut Islam 
yang taat? Apakah semuanya menjalankan perintah agama 
Islam secara seksama? Secara kaffah? Tidak sulit menjawabnya. 
Tidak mungkin yang demikian itu. Ada yang mereknya saja beragama Islam, 
tapi dia tidak menjalankan perintah agama Islam. Dia tidak shalat, tidak puasa, 
apalagi membayar zakat. Apalagi pergi berhaji. Adakah kelompok 
yang seperti itu? Pasti ada dan tidak susah mengamatinya. Cobalah amati 
orang-orang yang kita kenal, di sekeliling kita. Bahkan mungkin di 
lingkungan sanak famili kita sendiri. Ada yang shalih, ada yang tidak 
shalih. Ada yang taat dan ada yang acuh tak acuh saja. 
 
Di lingkungan tempat tinggal saya, di sebuah komplek 200 an buah rumah, ada 12 
an keluarga urang awak. Ada yang suami istri orang Minang dan ada pula yang 
campuran. Yang 
laki-lakinya Minang,  istrinya Jawa atau Betawi. Dan sebaliknya yang 
wanitanya Minang sedangkan suaminya Jawa atau Bugis atau Madura. Yang 
menarik adalah fakta bahwa hanya enam atau tujuh orang bapak-bapak urang awak 
itu yang taat datang ke mesjid untuk shalat berjamaah. Saya katakan 
enam atau tujuh karena ada yang masih setengah-setengah, kadang-kadang 
hadir, kadang-kadang tidak. Ada yang hadirnya hanya di hari Jumat saja. 
Shalat tarawih di bulan puasa pun ada yang tidak pernah datang. Dan ada 
satu orang yang tidak pernah sekalipun hadir ke mesjid. Tidak hadir 
shalat Id ke lapangan. Masya Allah..... Yang satu ini pernah diajak oleh warga, 
jawabannya hanya senyum sinis saja.
 
Di kampung 
saya, shalat subuh paling banyak dihadiri oleh sekitar dua puluh orang 
jamaah laki-laki dan sejumlah itu pula jamaah perempuan. Penduduk 
kampung itu adalah sekitar 200 orang dewasa. Yang lain mungkin shalat di rumah 
sendiri-sendiri. Mungkin......  Adakah orang kampung yang tidak 
shalat? Ah, entahlah.....
 
Di mesjid Raya Bukit Tinggi 
shalat subuh juga dihadiri sekitar dua puluhan orang jamaah laki-laki 
dan belasan orang jamaah perempuan. Tapi, kan mesjid ini bukan di tengah 
pemukiman letaknya. Mesjid Baitul Haq di ujung jalan Lurus di Kampung 
Cino agak sedikit lebih banyak jamaah subuhnya. Adalah sekitar tiga 
puluhan orang laki-laki dan dua puluhan jamaah wanita.  Ada pula sebuah 
mushala dekat tempat tinggal ipar saya di sebuah komplek perumahan pula 
di Garegeh - Bukit Tinggi. Kompleknya cukup besar, yang hadir shalat 
subuh kurang dari sepuluh orang saja. Di sebuah tempat lagi di pinggir 
kota Sawahlunto, tempat ipar saya yang lain. Saya perlu berjalan dua 
ratus meter  ke mesjid terdekat untuk shalat subuh. Melalui deretan 
rumah-rumah. Jamaah shalat subuh  hanya satu shaf kurang dari dua puluh 
orang. Beberapa contoh ini barangkali cukup untuk mewakili keadaan umum 
di Ranah Minang.
 
Coba pulalah perhatikan ketika 
dikumandangkan azan yang mana saja di tengah kota Bukit Tinggi atau 
Padang. Cobalah perhatikan berapa banyak yang datang memenuhi panggilan 
azan tersebut? Bahkan yang memenuhi panggilan azan di hari Jum’at? Ada 
yang acuh tak acuh saja. Dan jumlahnya cukup banyak.
 
Itu 
kalau kita lihat dari ibadah shalat. Di bulan puasa ada saja orang yang 
terang-terangan tidak menjalankan ibadah puasa. Tidak terkecuali di 
kampung kita. Di Bukit Tinggi ada lepau berkelambu di bulan Ramadhan 
tempat orang makan minum di siang hari. Pernah saya bertanya, kenapa 
tidak puasa? Jawabnya, sakit maag. Benarkah? Wallahu a’lam.
Kenapa demikan tingkat keberagamaan urang awak? Yang ber ABS-SBK itu? Saya 
memahami, inilah ma'na dari yang difirmankan Allah,Fa alhamaha fujuuraha 
wataqwaaha. Ada yang ditaqdirkan Allah untuk fujuur, untuk fasik dan ada yang 
ditaqdirkan untuk bertaqwa. Barangsiapa yang 
diberi petunjuk oleh Allah tiada siapapun yang akan dapat menyesatkannya dan 
barangsiapa yang dibiarkan sesat oleh Allah tiada siapapun yang 
dapat menunjukinya. Dan Allah memberlakukannya secara sangat umum. 
Sebagaimana di kalangan orang Arab ada yang fujuur ada yang taqwa, 
begitu pula di tengah masyarakat Minang.
 
Sekedar 
perbandingan saja, kami pernah punya pembantu yang pernah bekerja 
beberapa tahun di Arab Saudi. Dan dia bercerita, majikan Arabnya 
seringkali shalat subuh di waktu dhuha. Katanya karena 
tertidur. Tapi masak tiap hari tertidur? Jadi di kalangan orang Arab di 
sana ada yang sekedarnya saja tingkat ketaqwaannya.
 
Sekarang kita terkejut mendengar ada yang memproklamirkan dirinya sebagai 
anggota kelompok Atheis Minang. Padahal bukan hanya sekarang ada orang 
atheis di negeri awak. Di jaman masih ada PKI dulu, cukup banyak angota 
PKI yang notabene  tidak mengakui adanya Tuhan di sana. Yang jadi 
anggota PKI itu dari berbagai macam lapisan anggota masyarakat. Ada yang dari 
lingkungan orang beragama, bahkan sudah haji. Ada dari lingkungan 
penghulu bergelar Datuk. Ada dari kalangan terpelajar, dari kalangan 
guru-guru.
 
Kenapa mereka jadi komunis? Jadi atheis?
 
Kita alih sedikit kaji. Ada pula yang menghebohkan bahwa ternyata ada pula 
orang Minang yang murtad, yang masuk agama Kristen. Bahkan dari kalangan 
keluarga ulama. Lalu mau diapakan? Kalau Allah akan membiarkan mereka fujuur? 
Menjadi fasiq dan meninggalkan  aqidah? Jangankan anak ulama, anak Nabi kalau 
akan dibiarkan sesat oleh Allah, ya tersesat saja. Itulah Kan’an 
putera Nabi Nuh. Ada seorang rombongan sahabat Rasulullah shalallahu 
‘alaihi wa sallam yang mula-mula, yang ikut berhijrah ke Habasyah, 
ternyata di sana kemudian murtad. Masuk agama Nashrani. Tidak ada yang 
dapat menunjuki mereka. Nabi Nuh tidak berhasil memperingatkan puteranya untuk 
bertaqwa kepada Allah.
 
Terlintas pula pertanyaan di hati kita. Tanggung jawab siapa sebenarnya menjaga 
aqidah umat? 
Termasuk umat Islam di Minangkabau? Tanggung jawab ulamakah? Atau 
penguasakah? Atau ninik mamakkah? Atau diri mereka sendiri-sendirikah? 
Pada hemat saya, tanggung jawab utama itu terletak di pundak 
masing-masing individu. Di pundak kepala setiap keluarga. Di pundak 
seorang ayah. Di pundak seorang suami. Sesuai dengan perintah Allah agar setiap 
orang yang beriman menjaga diri mereka dan ahli keluarga mereka 
dari siksaan api neraka. Quu anfusakum wa ahlikum  naara.
 
Tugas ulama adalah untuk senantiasa mengingatkan setiap individu muslim, 
setiap umat Islam agar bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah 
Allah. Tapi tugas ulama hanya sebatas mendakwahkan. Sebatas mengingatkan tanpa 
bosan-bosan. Memberi peringatan dan penjelasan kepada umat 
tentang akibat dan resiko jika seseorang melanggar perintah Allah. 
Penguasa bertanggung jawab memfasilitasi keberagamaan masyarakat dan 
 berkewajiban menegakkan hukum-hukum Allah dalam mengurus kemashlahatan 
masyarakat. Penguasa yang seperti ini yang dalam Islam disebut sebagai 
Ulil Amri. Seandainya mereka, para penguasa tidak melakukannya sesuai 
dengan yang diperintahkan Allah, itu adalah tanggung jawab mereka kelak 
di hadapan Allah dan biarlah mereka menanggung segala resikonya. Tapi 
ketika kita lalai untuk urusan ibadah kita sehari-hari, maka itu adalah 
tanggung jawab kita masing-masing pula.
 
Terakhir sekali, 
apa yang harus kita lakukan ketika mendengar ada di kalangan 
saudara-saudara kita yang atheis? Yang murtad? Kalau mungkin cobalah 
dakwahi. Kalau tidak, cobalah doakan agar kiranya mereka diberi hidayah 
oleh Allah, kembali ke jalan yang diridhai Allah. Kalau tidak berhasil 
juga, sadarlah bahwa mereka memang orang-orang yang dibiarkan oleh Allah untuk 
tersesat dan itu adalah hak dan kekuasaan Allah. Mari kita 
senantiasa berusaha dan berdoa agar kita dan anak keturunan kita diberi 
petunjuk oleh Allah dan terhindar dari siksaan api neraka.  
 
*****                 


Wassalamu'alaikum,

 
Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi
Lahir : Zulqaidah 1370H, 
Jatibening - Bekasi
-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. E-mail besar dari 200KB;
2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Reply via email to