Tanggal 14 January 2013

Dedi Navis


Setidak tidaknya itulah yang dilakukan sekelompok orang Minangkabau seperti
tertuang dalam postingan di Facebook yang berjalan hampir dua tahun.

Mereka menganggap sistem adat Minangkabau melahirkan keturunan anak zina,
anak pacandaian dan istilah kumuh lainnya. Selain itu, mereka juga
menganggap harato pusako tinggi (HPT) yang juga disebut tanah ulayat mereka
anggap subhat dan haram.
Paham matrilineal, menurut mereka seharusnya patrilineal karena inilah yang
sesuai dengan syariat Islam. Ironisnya, satu dari mereka adalah seorang
penghulu yang di Sumbar.
Tentu saja pandangan ini mengejutkan dan ketersinggungan berbagai pihak,
tak terkecuali Sosiolog Mochtar Naim, Saafroedin Bahar, Prof Musril Zahari,
Buya Masoed Abidin Jabbar, Suryadi Sunuri serta para penghulu, seperti
Emeraldy Chatra, Arif Zulkili Dt Rajo Alam, Anwar Chatib Dt Bandaro Sati
dan lain-lain.
Tak terkecuali, juga rakyat badarai yang begitu tersinggung raso
keminangannya. Tatkala dibantah logika keil muannya, baik dalam persoal an
adat kebudayaan, sejarah maupun syariat, langsung bisa muncul kalimat ilmu
dangkal, bodoh, dungu, tolol, jahiliah, dasar kabau dan kata-kata tak
pantas lain nya.
Bahkan, penanggap yang jauh lebih tua dari mereka yang persis tahu siapa
orang nya, tak segan mereka mengatakan macan ompong, seperti yang dialami
Mochtar Naim.
Di Facebook, banyak grup dibuat orang Minangkabau dari latar belakang
keilmuan dan tema pandangan yang berbeda. Umumnya pendirian grup berlatar
belakang adat dan atau agama. Apabila seseorang tidak cocok dengan
pandangan pendiri grup, maka dibuatlah grup baru.
Begitu juga dengan tema, ditemukan tema baru, dengan cepat terbentuk pula
grup baru. Tak jarang pula beberapa grup didirikan orang yang sama. Di
semua grup itu, selalu saja ditemui dialog-dialog panas yang membuat
telinga merah.
Uji kemampuan pengetahuan, gurauan, adu mantagi, adu kareh cimeeh termasuk
gunjing bila dianggap musuh, tak dapat dihindarkan. Mirip seperti perilaku
ciloteh lapau di dunia nyata.
Oleh karena lapau di dunia maya ini orangnya tidak saling mengenal,
perdebatan panas berhari-hari sering terjadi. Tak tentu lagi mana yang
ereang gendeang, alua patuik dan raso pareso.
Meskipun begitu, dari pandangan dan ciloteh yang bergeduru itu, terdapat
pula ide-ide cemerlang, terutama bagaimana upaya meningkatkan martabat
kehidupan urang Minangkabau di masa datang.
Namun demikian, kebebasan ruang dialog tanpa kontrol sosial memadai,
dimanfaatkan orang-orang tertentu dalam mengembangkan misinya ke arah yang
berlawanan dengan keyakinan orang Minangkabau.
Grup atheis dan grup missionaries yang mengatasnamakan orang Minangpun
muncul pula. Dialog yang dipakai juga berbahasa Minang. Bahkan gala sako
para murtadin itu tetap saja disandang yang jadi bagian pula dalam
argumentasi pembenaran.
Misi murtadin maupun kelompok anti adat Minangkabau semuanya selalu saja
menggunakan kata-kata kasar untuk menyampaikan pemikirannya.
Pepatah, mamangan, kieh dan sebagainya disampaikan secara tekstual sebagai
bagian dari penghujatan. Tambo yang sebagian ditulis kedongeng-dongengan
itu dianggap pula sebagai kitab suci orang Minangkabau da lam menjalankan
kehidupan.
Riwayat bundo landuang dalam tambo pun dijadikan mereka sebagai simbol
orang Minangkabau terlahir dari seorang ibu hasil zina karena tidak
diketahui siapa suami bundo kanduang itu.
Semula saya berpikir, beberapa orang ini melakukan kecerobohan karena
kecewa kepada mamak, bapak atau adat yang tidak mau meloloskan kehendak
pribadi sehingga Minangkabau jadi sasaran hujatan.
Bisa dimaklumi karena ini memang menjadi fenomena tersendiri bagi sebagian
orang Minangkabau sejak dahulu. Namun karena berjalan hampir dua tahun, hal
ini bukan kecerobohan kekecewaan lagi namanya.
Ini disengaja untuk merusak tatanan kehidupan orang Minangkabau dari dalam.
Di antara mereka juga ada yang membuat blog-blog khusus di internet sebagai
media komunikasi menyalurkan paham-paham yang mereka anut.
Di banyak tempat, media internet dinilai memang efek tif untuk tujuan
positif maupun negatif. Adu domba antarmashab, etnik, politik dan
sebagainya sering terjadi yang dengan mudah dapat diakses dan perseteruan
dengan mudah pula berkembang tak terkendali.
Pecah belah dalam keyakinan maupun hidup komunal khas Minangkabau pun bisa
tejadi karena faktor ini. Tak heran juga banyak pakar khawatir unsur zionis
meracuni pula kehidupan orang banyak, termasuk kehidupan orang Minangkabau
baik di ranah maupun rantau.
Pertempuran-pertempuran di internet memang tak pernah putus. Penyebabnya
tentu saja harga diri dan raso keminangan yang terleceh kan. Pada zaman
penjajahan Be- lan da, tukang kaba pun ikut mem- perkuat harga diri dan
raso keminangan dengan kampanye-kampanye adatnya.
Munculnya istilah bulando bapaga basi, urang awak bapaga adaik yang
ditiupkan terus menerus oleh tukang kaba, dinilai punya kemampuan efektif
mempertahankan moral dari perubahan-perubahan yang dibuat Belanda. (*)
(Dengan diturunkan artikel ini polemik soal matriakat diakhiri. redaksi)


http://hariansinggalang.co.id/minangkabau-dihina-lagi/

-- 
*
*
*Wassalam

*
*Nofend St. Mudo
36Th/Cikarang | Asa Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok Selatan
Tweet: @nofend <http://twitter.com/#!/@nofend> | YM: rankmarola
*

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke