Zul,makasih curitonyo.Barangkali akan labiah lengkap Zul kalau dicuritokan 
pulo,bara ongkoih nn dihabihkan untuk operasi utak tu.
  JB,DtRJ,Bonjer,Jakbar.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-----Original Message-----
From: "ZulTan" <zul_...@yahoo.com>
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Mon, 18 Feb 2013 07:04:03 
To: RantauNet@googlegroups.com<RantauNet@googlegroups.com>
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] OOT: Dahlan Iskan Cuci Utak


http://m.detik.com/finance/read/2013/02/18/071817/2172431/4/

Senin, 18/02/2013 07:18 WIB

Dahlan Iskan: Membersihkan Gorong-gorong Buntu di Otak

Dahlan Iskan - detikFinance 

Jakarta - Sambil mengambil pisau bedah, Dokter Terawan mulai menyanyikan lagu 
kesukaannya: Di Doa Ibuku. Suaranya pelan tapi sudah memenuhi ruang operasi 
itu. 

Saya berbaring di depannya, di sebuah ruang operasi di RSPAD Gatot Subroto 
Jakarta, Jumat pagi lalu. Peralatan operasi sudah disiapkan rapi. Para perawat 
juga sudah berada di posisi masing-masing.

Sebenarnya saya tidak dalam keadaan sakit. Juga tidak punya keluhan apa pun. 
Hanya saja saya memang sudah lama ingin melakukan ini: cuci otak. Sejak masih 
jadi Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara dulu. Keinginan itu tertunda 
terus oleh kesibukan yang padat, terutama setelah menjadi Menteri BUMN. Bahkan 
keinginan untuk coba-coba melakukan stemcell pun tertunda sampai sekarang.

Mencoba merasakan cuci otak ini bisa dianggap penting, bisa juga tidak. Saya 
ingin mencobanya karena ini merupakan metoda baru untuk membersihkan 
saluran-saluran darah di otak. Agar terhindar dari bahaya stroke atau 
pendarahan di otak. Dua bencana itu biasanya datang tiba-tiba. Kadang tanpa 
gejala apa-apa. Dan bisa menimpa siapa saja.

Saya tahu metode cuci otak Dokter Terawan ini masih kontroversial. Kalangan 
dokter masih terbelah pendapat mereka. Masih banyak dokter yang belum bisa 
menerimanya sebagai bagian dari medical treatment.

Pengobatan model Dokter Terawan, ahli radiologi yang berumur 48 tahun, yang 
bermitra dengan dokter Tugas, ahli syaraf yang berumur 49 tahun, ini masih 
terus dipersoalkan. Dia masih sering "diadili" di rapat-rapat profesi 
kedokteran.

Saya terus mengikuti perkembangan pro-kontra itu. Termasuk ingin tahu sendiri 
secara langsung seperti apa cuci otak itu. Dengan cara menjalaninya. Kesempatan 
itu pernah datang tapi beberapa kali tertunda. Ini karena ada pasien yang lebih 
mendesak untuk ditangani. Sebagai orang sehat saya harus mengalah.

Kamis malam lalu kesempatan itu datang lagi. Usai sidang kabinet di Istana, 
saya langsung masuk RSPAD Gatot Subroto. Berbagai pemeriksaan awal dilakukan 
malam itu: periksa darah, jantung, paru dan MRI. Dan yang juga penting 
dilakukan dokter Tugas adalah ini: pemetaan syaraf otak. 

Beberapa test dilakukan. Untuk mengetahui kondisi syaraf maupun fungsi otak. 

Keesokan harinya, pagi-pagi, saya sudah bisa menjalani cuci otak di ruang 
operasi. Saya sudah tahu apa yang akan terjadi karena dua minggu sebelumnya 
istri saya sudah lebih dulu menjalaninya. Saat itu saya menyaksikan dari layar 
komputer.

Cuci otak ini dimulai dengan irisan pisau di pangkal paha. Saat mengambil 
pisau, seperti biasa, adalah saat dimulainya Dokter Terawan menyanyikan lagu 
kesukaannya: Di Doa Ibuku. 

Perhatian saya pun terbelah: mendengarkan lagu itu atau siap-siap merasakan 
torehan pisau ke pangkal paha yang tidak dibius. Tiba-tiba Dokter Terawan 
mengeraskan suaranya yang memang merdu. Saya pun kian memperhatikan lagu itu. 

Saat puncak perhatian saya ke lagu itulah rupanya Dokter Terawan menorehkan 
pisaunya. Tipuan ini berhasil membuat rasa sakit hanya melintas sekilas. 

Dan Dokter Terawan terus menyanyi:

Di waktu masih kecil
Gembira dan senang
Tiada duka kukenang
Di sore hari nan sepi
Ibuku berlutut
Sujud berdoa
Kudengar namaku disebut
Di doa ibuku

Sebuah lagu yang isinya kurang lebih saya alami sendiri saat saya masih kecil, 
sebelum ibu saya meninggal saat saya berumur 10 tahun. Otomatis perhatian saya 
ke lagu itu. Itulah cara Dokter Terawan membius pasiennya. 

Saya jadi teringat saat memasuki ruang operasi menjelang ganti hati enam tahun 
yang lalu di RS Tianjin, Tiongkok. Ruang operasi dibuat hingar bingar oleh lagu 
rock yang lagi top-topnya saat itu di sana: Mei Fei Se Wu, yang berarti bulu 
mata menari-nari. Sebelum lagu berbahasa mandarin itu berakhir saya sudah tidak 
ingat apa-apa lagi: saya dimatikan selama 13 jam.

Demikian juga Dokter Terawan. Sambil terus menyanyikan Di Doa Ibuku ia mulai 
memasukkan kateter dari luka di pangkal paha itu. Lalu mendorongnya menuju 
otak. Kateter pun terlihat memasuki otak kanan. "Sebentar lagi akan ada rasa 
seperti mint," ujar Terawan. 

Benar. Di otak dan mulut saya terasa “pyar” yang lembut disertai rasa mentos 
yang ringan.
Itulah rasa yang ditimbulkan oleh cairan pembasuh yang disemprotkan ke saluran 
darah di otak. 

"Rasa itu muncul karena sensasi saja," katanya. 

Hampir setiap dua detik terasa lagi sensasi yang sama. Berarti Dokter Terawan 
menyemprotkan lagi cairan pembasuh lewat lubang di dalam kateter itu. Saya 
mulai menghitung berapa “pyar” yang akan saya rasakan. Kateter itu terus 
menjelajah bagian-bagian otak sebelah kanan. Pyar, pyar, pyar. Lembut. Mint. 
Ternyata sampai 16 kali. 

Begitu dokter mengatakan pembersihan otak kanan sudah selesai saya melirik jam. 
Kira-kira delapan menit.

Kateter lantas ditarik. Ganti diarahkan ke otak kiri. Rasa “pyar-mint” yang 
sama terjadi lagi. Saya tidak menghitung. Perhatian saya beralih ke pertanyaan 
yang akan saya ajukan seusai cuci otak nanti: mengapa dimulainya dari otak 
kanan? 

Usai mengerjakan semua itu, Terawan menjawab. “Karena terjadi penyumbatan di 
otak kiri Bapak,” katanya.

Hah? Penyumbatan? Di otak kiri? Mengapa selama ini tidak terasa? Mengapa tidak 
ada gejala apa-apa? Mengapa saya seperti orang sehat 100%?

Dokter Terawan, kolonel TNI AD yang lulusan Universitas Gajah Mada Yogyakarta 
dengan spesialisasi radiologi dari Universitas Airlangga Surabaya itu, lantas 
menunjuk ke layar komputer. "Lihat sebelum dan sesudahnya," ujar Terawan. 

Sebelum diadakan pencucian, terlihat satu cabang saluran darah yang ke otak 
kiri tidak tampak di layar. "Mestinya bentuk saluran darah itu seperti lambang 
Mercy. Tapi ini tinggal seperti lambang Lexus," katanya.

Setiap orang ternyata memiliki lambang Mercy di otaknya. "Nah, setelah yang 
buntu itu dijebol lambang Mercynya sudah kembali," katanya sambil menunjuk 
layar sebelahnya. Jelas sekali bedanya.

Karena saluran yang buntu itu maka beban gorong-gorong di otak kanan terlalu 
berat. "Lama-lama bisa terjadi pembengkakan dan pecah," katanya. "Lalu 
terjadilah perdarahan di otak," tambahnya.

Alhamdulillah. Puji Tuhan. Saya pun langsung teringat Pak Sumaryanto Widayatin, 
Deputi Menteri BUMN bidang Infrastruktur dan Logistik yang hebat itu. Yang juga 
ketua alumni ITB itu. Yang idenya banyak itu. Yang terobosan birokrasinya tajam 
itu. Sudah hampir setahun terbaring tanpa bisa bicara dan hanya sedikit bisa 
menggerakkan anggota badan. 

Saluran darah ke otaknya pecah justru di tengah tidurnya menjelang dini hari. 
Saya sungguh menyesal tidak menyarankannya ke Terawan sebelum itu. Penyesalan 
panjang yang tidak berguna. Kini, setelah perawatan yang panjang oleh istrinya 
yang hebat, Pak Sum memang terlihat kian segar dan pikirannya tetap hidup 
bergairah, tapi masih perlu banyak waktu untuk bisa bicara.

Setelah cuci otak ini berhasil membersihkan gorong-gorong yang buntu, saya 
kembali ke kamar. Kaki tidak boleh bergerak selama tiga jam. Tapi sore itu saya 
sudah bisa terbang ke Surabaya. Untuk merayakan imlek bersama masyarakat 
Tionghoa dan besoknya mengadakan khataman Al Quran bersama para hufadz di rumah 
saya.

Tiap hari Dokter Terawan sibuk dengan antrean yang panjang. Ada yang karena 
sakit ada juga yang karena ingin tetap sehat.

Bagi yang cito! akan langsung ditangani. Tapi bagi yang sehat antrenya sudah 
mencapai tiga bulan. Ini karena hanya sekitar 15 orang yang bisa ditangani 
setiap hari. Lebih dari itu bisa-bisa Terawan sendiri yang akan mengalami 
pendarahan di otaknya.

Belum diterimanya metode ini oleh dunia kedokteran di seluruh dunia membuat 
gerak Terawan terbatas. Misalnya tidak bisa secara terbuka mengajarkan ilmunya 
itu ke dokter-dokter lain agar antrean tidak terlalu panjang. Sampai hari ini 
baru dialah satu-satunya di dunia yang bisa melakukan cara ini.

Kalau profesi dokter tidak segera bisa menerima metode ini, jangan-jangan 
Persatuan Insinyur Indonesia yang akan segera mengakuinya. Anggap saja Terawan 
ahli membersihkan gorong-gorong yang buntu. Hanya saja gorong-gorong itu 
letaknya tidak di Bundaran HI.
------------

Mungkin ado nan kamancubo.

Salam,
ZulTan, L, 52, Pekanbaru

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke