Tanggapan atas tulisan Dahlan Iskan hal tersebut diatas (scroll down) 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "evita" <yul_ev...@yahoo.com>
Date: Wed, 20 Feb 2013 14:05:26 
To: Roy Noviar<rn.amiroed...@gmail.com>
Reply-To: yul_ev...@yahoo.com
Subject: Fw: [GelasBurik] Membersihkan Gorong-gorong Buntu di Otak Dahlan Iskan


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Rajashri Lolong <rigl...@yahoo.com>
Sender: gelasbu...@yahoogroups.com
Date: Wed, 20 Feb 2013 05:44:43 
To: gelasbu...@yahoogroups.com<gelasbu...@yahoogroups.com>
Reply-To: gelasbu...@yahoogroups.com
Subject: [GelasBurik] Membersihkan Gorong-gorong Buntu di Otak Dahlan Iskan

http://www.kompasiana.com/
Membersihkan Gorong-gorong Buntu di Otak Dahlan Iskan
>· Seperti biasa, tulisan Dahlan Iskan di Jawa Pos miliknya, selalu menarik 
>perhatian. Renyah, segar, enak dicerna, seenak semanggi Surabaya. Dibawah 
>kolom: “Manufacturing Hope”, pak Dahlan selalu memaparkan hasil kerjanya, baik 
>ketika menjadi Dirut PLN maupun setelah menjadi Menteri BUMN. Dengan 
>tulisan-tulisan itu, pak Dahlan dinilai masyarakat sebagai menteri yang 
>kinerjanya terbaik. Memang benar, opini yang dibentuk pak Dahlan sulit 
>dibantah, karena yang dikemukakannya adalah fakta. Fakta yang membentuk 
>persepsi masyarakat, bahwa pak Dahlan seorang menager piawai.
>
>
>· Tulisan pak Dahlan di Jawa Pos, Senin (18/02/2013) tak kalah menarik. 
>Dibawah judul “Membersihkan Gorong-Gorong Buntu di Otak”, pak Dahlan bercerita 
>secara rinci, bagaimana ketika otaknya dicuci oleh dr Terawan di RSPAD Gatot 
>Subroto Jakarta.
>· Seperti yang diceritakannya sendiri, cuci otak yang dilakukannya sekedar 
>mencoba ingin mengetahui bagaimana rasanya, walaupun secara medis tidak jelas 
>indikasinya. Dua minggu sebelumnya, otak isterinya juga dicuci. Kalau masalah 
>mencoba, pak Dahlan memang biangnya. Jangankan cuma cuci otak, menabrakan 
>mobil Tucuxi yang mungkin saja merenggut jiwa sudah pernah dicobanya. Fenomena 
>mencoba pak Dahlan ini nampaknya dimiliki para petinggi lainnya, bisa 
>dimaklumi. Sebagai orang awam di bidang medis, nampaknya para petinggi itu 
>kesemsem dengan promosi gencar cuci otak. Mereka takut kena stroke, jadi perlu 
>di prevensi dgn cuci otak. Siapa orangnya yang tidak ngeri, kalau ditakuti 
>bakal terkena stroke. Sungguh suatu promosiintelektual yang jitu dan luar 
>biasa. Prosedur Digital Subtraction Angiography(DSA) yang dilakukan pada cuci 
>otak, telah dinaikan pangkat dari sarana diagnosis menjadi sarana terapi, 
>bahkan juga dibengkokan menjadi sarana prevensi.
 Sesuatu hal yang salah kaprah menurut medis. Tentu dr Terawan amat suka cita 
dengan testimony pak Dahlan. Mungkin inilah pengakuan terhebat diantara 
lainnya. Termasuk testomoni Benny Panjaitan yang hasilnya diragukan. Dengan 
testimony ini dia memperoleh legitimasi sahih atas cuci otak yang dilakukannya, 
sekalipun belum terbukti sahih secara ilmiah. Dari sudut pandang ilmu 
kedokteran, testimony semacam ini, tak ada bedanya dengan testimony Klinik Tong 
Fang. Hanya bedanya, kali ini dilakukan oleh seorang petinggi yang dipercaya 
masyarakat. Dari sudut etika, seorang dokter tidak boleh melakukan tindakan 
tanpa indikasi medis jelas. Dokter yang satu ini memang unik. Padahal ada 
ribuan dokter spesialis yang ahli dibidangnya, tapi mereka tidak pernah 
berpromosi, karena memang dilarang oleh etika.
>
>
>· Pada bagian lain pak Dahlan menulis sbb “Saya tahu, metode cuci otak Dokter 
>Terawan ini masih kontroversial. Pendapat kalangan dokter masih terbelah. 
>Masih banyak dokter yang belum bisa menerimanya sebagai bagian dari medical 
>treatment”. Kalau saja ada 1000 dokter, 400 orang setuju metode cuci otak dan 
>600 lainnya menolak, itu bisa dikatakan pendapat yang terbelah, karena 
>jumlahnya hampir seimbang. Namun kalau dari 1000, hanya 20 orang saja yang 
>setuju, itu bukan terbelah namanya. Kenyataannya, lebih dari 98% masyarakat 
>kedokteran Indonesia belum menerima cuci otak.
>
>
>· Mengapa masyarakat kedokteran Indonesia belum menerima cuci otak? Jawabnya 
>sederhana yaitu, mereka perlu penjelasan secara tuntas prosedur cuci otak itu. 
>Jangankan pada masyarakat , pada forum ilmiah kedokteranpun dr Terawan enggan 
>membukanya. Contohnya, tgl 4 Oktober 2011, ketika Tim Karotis RSCM yang 
>diketuai Prof. Dr. Teguh Ranakusuma, Sp.S(K) minta keterangan dr Terawan obat 
>apa yang dimasukan, beliau menolak menjelaskan. Tentu penolakan ini membuat 
>para ahli RSCM itu kecewa. Sebenarnya kalau cuci otak yang dilakukan itu 
>sesuai prosedur dan memiliki dasar ilmiah yang benar , tentu tidak perlu ada 
>yang disembunyikan. Sikap ini tergolong unik, sekaligus langka. Dalam forum 
>ilmiah, biasanya seorang dokter bersikap terbuka atas metode yang 
>dilakukannya. Dari forum itu bisa dinilai dasar ilmiah dari tindakannya. Bila 
>dinilai benar, maka yang bersangkutan memiliki legitimasi ilmiah dari 
>koleganya. Bukan legitimasi testimony masyarakat yang
 kebenarannya diragukan. Merahasiakan suatu metode pengobatan, sangat 
bertentangan dgn etika kedokteran.
>
>
>· Masyarakat kedokteran Indonesia tentu amat bangga bila seorang putra 
>Indonesia menemukan terapi baru untuk stroke yang orisinil. Mungkin saja yang 
>bersangkutan memperoleh hadiah Nobel. Tapi untuk sampai kearah sana sangatlah 
>tidak mudah. Diperlukan integritas ilmiah yang baik, kejujuran ilmiah 
>terpercaya dan memenuhi prosedur ilmiah baku. Kalau semua syarat itu tidak 
>terpenuhi, jangan harap memperoleh hadiah nobel, memperoleh pengakuan ilmiah 
>dari sejawatnya setanah air saja, sepertinya jauh panggang dari api.
>· Atas sikap rahasia dr Terawan tentang obat yang dimasukan, masyarakat 
>kedokteran Indonesia hanya bisa menerka-nerka. Satu-satunya obat yang mampu 
>menghancurkan bekuan darah penyumbat aliran otak hanyalah golongan obat yang 
>disebut thrombolysis. Diantaranya adalah, recombinant tissue plasminogen 
>activator (rTPA), streptokinase dan urokinase. Obat ini sangat bahaya bila 
>diberikan lebih dari 8 jam setelah menderita stroke. Bahaya terbesar adalah 
>perdarahan otak yang bisa merenggut nyawa pasien. Sementara ini belum ada obat 
>lain yang dapat menghancurkan bekuan darah. Dan obat ini dilarang diberikan 
>sebagai upaya prevensi model pak Dahlan yang normal. Untuk lengkapnya silahkan 
>klikhttp://en.wikipedia.org/wiki/Thrombolytic_drug Dari pola pikir diatas, 
>pastilah cuci otak itu tidak menggunakan obat thrombolysis. Dr Terawan tentu 
>tidak berani menganggung resiko perdarahan yang terjadi. Alasan lainnya, cuci 
>otak ini diberikan kapan saja, tidak mengenal
 waktu kapan stroke mulai diderita. Lebih-lebih untuk tindakan prevensi untuk 
orang normal macam pak Dahlan, bahaya perdarahan semakin besar, karena obat ini 
akan merusak proses pembekuan darah normal. Jadi obat yang diberikan pada pak 
Dahlan itu, bukan thrombolysis, atau dengan kata lain pak Dahlan tidak 
memperoleh obat yang tepat untuk menghancurkan bekuan darah di otaknya.
>· Atau mungkinkah pak Dahlan memperoleh obat baru yang berasa mint? Mungkin 
>saja itu obat baru thrombolysis. Setiap penemuan baru dibidang kedokteran, 
>pasti akan segera diketahui oleh masyarakat ilmiah kedokteran sedunia. Itu 
>akan dimuat secara besar-besaran dalam journal ilmiah kedokteran yang 
>jumlahnya ribuan. Sayangnya hingga kini obat thrombolysis masih seperti yang 
>disebut diatas. Belum ada tambahan. Dari pengalaman beberapa 
>neuro-interventionist, tidak ada satupun obat thrombolysis yang berasa mint.
>· Seorang dokter yang melakukan tindakan medis harus mampu menciptakan suasana 
>psikologis yang bisa menaikan kepercayaan pasien kepadanya. Sekali kepercayaan 
>ini diraih, selanjutnya si dokter akan menguasai psikologis pasien. Adanya 
>harapan bahwa otaknya akan dibersihkan oleh dokter yang sangat terkenal dan 
>berpengalaman, itu saja sudah menyita 60% kepercayaan psikologis terhadap 
>dokter. Tak beda ketika melihat performance pilot yang akan menerbangkan 
>pesawat yang kita tumpangi. Rasa aman langsung terasa, ketika melihat pilot 
>yang cocok dihati. Sisa psikologis yang 40% dituntaskan ketika proses cuci 
>otak berlangsung. Itu antara lain tempat yang nyaman, sikap dokter dan perawat 
>yang ramah penuh perhatian, dokter yang tak henti-hentinya menyanyikan lagu Di 
>Doa Ibuku, mulut terasa pyar yang lembut disertai rasa mentos yang ringan 
>ketika disuntik obat, termasuk memperlihatkan bentuk saluran darah yang 
>seperti lambang Lexus sebelum dicuci menjadi
 lambang Mercy setelah dicuci. Itulah semua yang diceritakan pak Dahlan. Pada 
tahap kepercayaan psikologis yang mencapai 90% ini, apapun yang dikatakan 
dokter pasti diamini pasien.
>· Ketika pasien diberi keterangan tentang beda antara gambar Lexus and gambar 
>Mercy, pasien akan percaya. Pada tahap ini dokter telah meraih 100% 
>kepercayaan psikologis pasien. Gambar diatas adalah beda lambang Lexus dan 
>Mercy. Gambar Lexus yang memiliki 2 kaki (gambar kiri), dianggap sebagai ada 
>pembuluh darah yang terbuntu. Setelah dicuci gumpalan darahnya, maka bentuknya 
>menjadi lambang Mercy dgn 3 kaki (gambar kanan). Benarkah demikian? Gambar 
>diatas itu adalah gambar angiografi otak normal. Tidak ada pembuluh darah yang 
>buntu. Adanya perbedaan lambang Lexus dan Mercy hanyalah beda fase pengisian 
>kontras. Apabila kontras belum terisi sepenuhnya, maka bentuknya spt Lexus, 
>namun bila sudah terisi sempurna maka berubah menjadi bentuk Mercy. Jadi ada 
>jeda waktu antara bentuk Lexus dan Mercy. Lexus lebih dahulu, baru kemudian 
>Mercy. Dan ini yang paling sulit diterangkan pada cuci otak. Kalau saja ada 
>pembuluh darah buntu sebesar itu pada otak pak
 Dahlan, pasti sebelum cuci otak, pak Dahlan mengalami kelumpuhan separuh 
badan. Faktanya, pak Dahlan tidak sakit apa-apa. Dan yang paling tak masuk 
akal, obat thrombolysis apa yang begitu fantastic yang dalam hitungan menit 
bisa menghancurkan bekuan yang begitu besar. Sebenarnya kalau mau, bisa saja 
pak Dahlan minta second opinion gambar angiografi itu pada ahlinya.
>· Dari sudut neurology, tidak ada tindakan intervensi untuk mencegah stroke 
>pada orang normal. Tindakan yang paling baik untuk mencegah stroke adalah 
>menghindari factor resiko stroke. Itu, antara lain, hidup teratur penuh 
>keseimbangan, olah raga, tidak merokok, tidak minum alcohol, mencegah 
>kegemukan, menghindari stress, mengobati hipertensi, kencing manis, lemak 
>tinggi dan lain-lain. Jadi tindakan intervensi pada orang normal untuk 
>mencegah stroke, hanyalah omong kosong belaka.
>· Pada bagian akhir, pak Dahlan menulis begini “Tapi, bagi yang sehat, 
>antrenya sudah mencapai tiga bulan. Sebab, hanya sekitar 15 orang yang bisa 
>ditangani setiap hari. Lebih dari itu, bisa-bisa Terawan sendiri yang akan 
>mengalami perdarahan di otaknya”. Benar sekali pak, mestinya dr Terawan bisa 
>mengajari banyak dokter agar antrenya tidak begitu panjang. Cuma saja mungkin 
>beliaunya takut rejekinya menyusut, hick, hick, hick.
>
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke