Pak Al dan dunsanak palanta RN

Apa yg disampaikan semoga bisa dipahami oleh semua pihak di MAPPAS bisa 
hendaknya segala kritik serta kelemahan selama ini sebagai bahan evaluasi kita 
bersama.

Jika ini berada pada posisi MINUS sebaiknya kita coba tarik kembali kepada 
posisi titik NOL  untuk memulai kearah posisi yang POSITIF, saya memang secara 
organisasi tidak banyak terlibat dengan para pengurus inti yang berada di 
Jabodetabek dengan segala kegiatannya itu mungkin karena saya di daerah 
seandainya saya berdomisili di Jabodetabek saya sendiri yakin akan terlibat 
juga dengan segala kondisi yang terjadi di MAPPAS.

Saya disini (daerah) lebih banyak bisa membantu saja apa yang saya bisa lakukan 
disela atau manyambia kesibukan asap dapur ya itu tadi dengan jalan 
mempromosikan pariwisata ranah minang dengan "banting mulut" dan juga saya 
membantu secara materi (uang) semampu dan seikhlas saya  untuk sekedar  
menggerakan organisasi paling tidak sekedar "beli-beli kertas dan alat tulis"

Pemikiran saya sederhana saja, gairah saya memang di kuliner bagian yang tak 
terpisahkan di sektor pariwisata kita, begini logika dan pemikiran saya tersebut

Jika saya berbicara kuliner seperti dengan Pak soekardi tadi yang membidik 
pusat rasa dan seleranya tentang betapa nikmatnya gulai kapalo lawuak ala 
Piaman dan dia sendiri mengakui dari beberapa masakan bersantan nusantara 
berbahan ikan, masakan kita memang sangat spesial bagi mereka dan banyak juga 
yang suku non minang mengapresiasi gulai kepala ikan ini, kadang diantara 
kolega saya non minang yang saya ajak makan gulai kepala ikannya..ada yang 
merasa takjub juga.."Kok bisa seperti ini enaknya masakan kampung anda Jepe"

Nah bagi mereka yang punya banyak uang ke ranah minang dan wiskulnya sesuatu 
yang mempunyai daya tarik sendiri.

Gulai Kapalo Lauk mereka nikmati di ranah 

Kita tarik ke hulu gulai ini secara ekonomi (penghasilan masy kita) , yaitu 
Ikan Kakap disini terlibat nelayan penangkapnya, penjual BBM boat kayu, penjual 
alat pancing, pedagang yang ambil untung dari selisih harga beli dan harga 
jual, lalu sampai dirumah makan tentu sudah bicara yang jual bumbu, lah banyak 
lo laku karambia bernilai ekonomi yg menguntungkan dari pada karambia dijual 
jadi kopra (jika di hitung per biji)

Lalu tenaga kerja yang terlibat di rumah makan, mungkin saja bagian dari sanak 
saudara saya atau kita semua disini walau hanya tukang kukua karambia di rumah  
makan tersebut tapi kan tidak menganggur tentu ada upah paling tidak kerja di 
rumah makan ya makan sehari2 terjamin.

Itu contoh kecil saja cara2 kita mendorong sektor pariwisata dan wiskul ranah 
minang di rantau kepada suku2 non minang. Mereka terprovokasi, mereka lambat 
atau cepat akan mengunjungi ranah minang, tentu uang yang dibawanya akan 
singgah di rumah makan kepala ikan tersebut..berdenyut jugalah kecil2an sektor 
rill ditingkat masyarakat bawah, saya lebih melihat seperti itu..hal-hal yang 
membantu dan memberikan nilai bagi masyarakat banyak, jika pariwisata itu lebih 
kepada "petantang petenteng pejabat pejabatnya dengan segala seremonial dan 
tebar pesona buat kepentingan mereka " bagi saya silahkan saja memang begitu 
kondisi Rill yang terjadi.

Bagi saya yang paling idealnya MAPPAS ini porsi buat masy kebanyakan sebagai 
pelaku dan mempunyai dampak positif dari sisi ekonomi 70 persen, sisanya 30  
persen bolehlah dengan yang sedikit mentereng yang serba seremonial dan punya 
kelas dengan para pejabat2nya, namanya juga organisasi LSM kita ini (nir laba) 
biarkan porsi dalam skala tang wah itu ke asosiasi-asosiasi yang memang asap 
dapurnya mencari untung disektor pariwisata,biarkan mereka bernego dengan 
proyek2 pariwisata dengan pejabat2 daerah dengan berbagai maksud dan tujuan, 
MAPPAS tidak boleh seperti itu harus jaga jarak dengan baik sehingga tidak 
terjadi tekanan-tekanan kepentingan, terkadang tekanan kepentingan baik pribadi 
maupun kelompok tertentu inilah yang merusak sebuah organisasi nir laba 
(LSM)yang tujuannya mulia, didalam pengurusnya berantam, diluar akan dicibirkan 
orang.

Terima kasih Pak Al..semoga bisa dibenahi jika sekarang berada diposisi minus 
mari kita nolkan ℓągȋ̊  dalam jangka pendek ini.

Wass-Jepe
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Syafruddin AL <syaff...@gmail.com>
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Wed, 27 Feb 2013 14:10:23 
To: rantaunet@googlegroups.com<RantauNet@googlegroups.com>
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] MAPPAS, Mau Kemana?

Para tetua dan Adidunsanak di Palanta NAH!


Samulo ambo ndak ka ikut membicarakan MAPPAS di palanta ko, tersebab samo
sajo manapuak aia di dulang nan kanai muko awak surang. Tetapi, setelah
diinok dimanuangkan dan demi kemajuan organisasi, ambo kiro ado baiknyo
mengetengahkan masalah MAPPAS ka “induaknyo” (Rantau.Net) sendiri supayo
dapek bahan pemikiran dari nan basamo.


Ambo sendiri lah ampia satahun mamiliah tidak terlalu aktif di MAPPAS, tapi
kawan-kawan dan relasi ambo seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar,
beberapa kepala daerah yang ambo kenal, dan rekan-rekan di Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata masih maliek ambo salah seorang aktivis MAPPAS.


Ambo agak manjago jarak bukan dek talantuang, tapi hanyo karena merasa ada
‘gaya’ yang berbeda. Gaya wartawan agak lebih gesit, lebih-lebih menjelang
deadline, tetapi motto MAPPAS sendiri “alon-alon kelakon”. Ambo cubo
mengikuti irama tersebut, tetapi jusru makin lambat. Lah tigo tahun
kepengurusan, ndak Nampak ado nan boneh dari MAPPAS. Terus terang, ambo
sangat iri dengan Bang Nofrin dan Pak Chalik dengan MPKAS-nya.


‘Sentila’ Mak Duta tempo hari terhadap MAPPAS, adalah sesuatu yang wajar.
Walupun beliau bukan pengurus, tetapi sebagai pendiri atau Pembina, beliau
pantas mempertanyakan eksistensi MAPPAS nan ilang-ilang timbua.


Ambo Cuma bagian kecil dari MAPPAS sebagai Direktur (maaf, lah lupo ambo jo
jabatan tu) untuk propaganda MAPPAS. Mengkomunikasikan MAPPAS kepada
khalayak (bukan sebatas Rantaunet. Lah bajibun tanggapan yang bernas dari
RN. Tapi ndak ciek juo bisa jalan.


Apakah pengurus RN tak punya waktu? Sabananyo punyo, Cuma sekali lagi, ado
style yang berbeda di antara kami pengurus. Ambo paliang ndak suko
‘mampagunjiangkan’ bilo ndak senang dengan seseorang. Kebiasaan itulah yang
sering muncul. Tak hujan, tak paneh, tibo-tibo lah bakaberangan se.
Akibtanyo, nan diadok-I bukan baa program bisa lancer, tetapi baa meredam
konflik sepele yang tidak jelas.  Akhirnyo ambo memilih diam. Tetapi diam
juga tak selamanya elok untuk memperjuangkan tujuan MAPPAS.

Dalam pemahaman ambo soal organisasi, Ketua Umum dan Sekjen adalah pemegang
komando sebuah organisasi. Wee nan mesti balawuik lapeh baalam leba.
Mengorbankan banyak waktu, pikiran, dan mungkin juo materi. Tetapi, kalau
Ketua Umum yang menjadi sumber konflik, sarupo nan tajadi di salah satu
partai politik, ala mak…sansai lah awak.


Sebelum MAPPAS digerakkan, ambo mendesak agar legalitasnyo diaktekan dulu.
Lah satahun lo ambo menyerahkan KTP calon pendiri di Bogor, tapi tando
tangan untuak memberikan kuasa susah didapek. Saling menunggu dengan
deadline nan indak bakantantuan.


Bilo akte notaries lah duduak, ambo akan mendaftarkan ke Kemendagri sebagai
LSM. Tapi, antaro LSM jo yayasan, sempat lo kami batulak ansua sekian lamo.
Ambo lebih condong ka LSM sajo karano MAPPAS adalah oragniasi nirlaba.
Bukan mancari untuang, tetapi gerakkan untuk mendorong kemajuan pariwisata
Sumatra Barat. MAPPAS bukan pelaku industry pariwisata itu sendiri.


Okelah, ini soal teknis. Tetapi penting untuk menentukan sikap atas MAPPAS
Indonesia. Mappas Indonesia yang dibangun ET Syahputra adalah atas
inspirasi MAPPAS Sumbar nan inyo tinggakan. MAPPAS Sumbar bukan bagian dari
MAPPAS Indonesia.


Setelah itu, MAPPAS harus banyak bergerak di ranah untuk ikut andil
mendorong pembenahan infrastruktur pariwisata. Promosi pariwisata ranah
melalui berbagai media (TdS, seminar, pamphlet dan sebagainya) biarkan
menjadi pekerjaan intansi lain: pemerintah, pelaku dan sebagainya. Yang
penting, bagaimana MAPPAS ada di belakangnya.

Namun, selama tiga tahun ini, MAPPAS hanya basorak di baliak bukik, antah
didaga urang antah indak. Beda dengan MPKAS. MPKAS basorak langsuang di
pangka talingonyo. Mendagri Gamawan Fauzi katiko jadi Gubernur Sumbar,
mengaku risih dengan SMS dan teriakkan Bang Nofrin nan tiok sabanta dan
kadang sampai tengah malam. Namun beliau (Gamawan) mengakui, memang itulah
yang mesti dilakukan.


Ambo setuju dengan Renny yang memprotes MAPPAS membangun posko peduli
bencana alam. Bukan itu kerja MAPPAS sesungguhnya. Tetapi bagaimana
membangkitkan gairah pariwisata pasca bencana. Ambo sangat senang dengan
usulan sanak Jepe, Z. Chaniago dan lainnyo agar MAPPAS mendorong
terbangunnya roadmap Pariwisata Sumbar hingga 2025. Ambo sangat setuju atas
banyak usulan seleksi RM dan Restoran di Ranah atas pelayanan mereka.
Tetapi, semua itu hanya jadi wacana yang tidak terkerjakan oleh MAPPAS.


Ambo tidak meragukan niat baik kawan-kawan aktifis MAPPAS, termasuk mambuek
Kalender Pariwisata Ranah 2013. Itu pekerjaan bagus, apo lai atas dorongan
banyak anggota RN. Itu menandakan MAPPAS masih dihargai dan masih berdenyut
kalau tak mau disebut ‘mati suri’.


Bagi ambo, lebih baik pengurus MAPPAS menyerah dan angkat bendera putih,
dari pado menghabiskan waktu sampai berakhir masa jabatan, tetapi program
kerjanya tak kongkret. Walau tidak patah sumangek, sacaro pribadi, ambo
memang malu sebagai pengurus MAPPAS. Lalu…? Liek keadaanlah.


Wassalam


Syafruddin/bukan oknum MAPPAS/50 thn, Bogor

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.



-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Reply via email to