Sanak Palanta
Mohon maaf karena topik iko indak ado hubungannyo jo Minangkabau, kecuali 
banyak urang Minangkabau yang perokok. Namun demikian, patang kutiko 
singgah sabanta ka kadai buku, ambo batamu novel iko. Novel yang sangaik 
menarik dengan latar belakang industri rokok kretek di Jawa . Novel menarik 
bagi nan suko mambaco.
Salam
andiko

Romantisme "Gadis Kretek"
Sabtu, 31 Maret 2012 | 10:34 WIB
|
<http://twitter.com/home?status=Romantisme+%22Gadis+Kretek%22++http://kom.ps/Ay2uj+via+%40kompasdotcom>
<http://oase.kompas.com/read/2012/03/31/10341436/Romantisme.Gadis.Kretek.#>
Share:

istimewa

"Sekali isep, gadis yang Tuan impikan muncul di hadepan Tuan," begitu iklan 
berkalimat nakal yang bukan satu-satunya "kenakalan" dalam novel "Gadis 
Kretek".

Itu adalah iklan terbaik Idroes Moeria, pengusaha rokok yang pesaingnya; 
Djagad, selalu membututinya dalam berbisnis setelah kalah bersaing 
mendapatkan gadis bernama Roemaisa.

Bukan apa-apa, ketika Idroes Moeria mengajak pengisap rokok berfantasi 
tentang perempuan muda dan cantik, Djagad malah membuat iklan untuk rokok 
barunya dengan kalimat "Kretek Garwo Kulo, kreteknya lelaki yang cinta 
istrinya".

Garwo Kulo jatuh di pasaran, demikian novel itu, karena kretek tersebut 
justru mengingatkan para lelaki untuk selalu ingat akan istri di rumah yang 
mungkin jarang dandan, pakaiannya kedodoran, dan cerewet.

Kenakan yang tak murahan, tentu saja, karena cerita penulis kelahiran 1980 
itu tampil jauh dari sebuah novel pop; banyak dirincian dengan latar 
belakang sosial, budaya, dan politik yang jauh di belakang masa hidup 
penulisnya.

Iklan di awal tulisan ini adalah bikinan seorang pengusaha rokok rumahan di 
sebuah kota bersebut M.  Rokok laris itu akhirnya rontok setelah 
pengusahanya ditangkap dalam huru-hara di zaman PKI.

Puncak kenakalan sang penulis novel tersaji ketika dia bercerita soal 
keabu-abuan prahara 1965 yang membuat pengusaha rokok sukses, yang tidak 
ada sangkutpautnya dengan PKI, tiba-tiba harus diberangus.

Pengusaha rokok tenar itu ditangkap, disiksa, dan dinterogasi karena 
kemasan rokoknya berwarna merah; warna PKI, dan konsep undangan pernikahan 
anaknya ditemukan di sebuah percetakan yang kerap mencetak juga 
keperluan-keperluan PKI.

Cerita tragedi dan romantisme dalam novel itu sebenarnya bermula ketika 
seorang bernama Raja (baca: Raya) mengisap kretek hasil lintingan Jeng Yah.

Jeng Yah memiliki rahasia ramuan Kretek Gadis, yaitu rasa manis berkat air 
ludahnya yang dipakai untuk merekatkan lintingan pembungkus tembabau dan 
cengkeh. Tingwe, rokok yang dilinting sendiri, buatan Jeng Yah, membuat 
orang ketagihan.

Awalnya, ayahnya, pengusaha rokok ternama, yang ketagihan. Kemudian 
rekan-rekan bisnis yang diharapkan menjadi pemodal juga tertarik pada cita 
rasa rokok lintingan Jeng Yah. Juga sang kekasih.

Hubungan Jeng Yah dengan kekasihnya inilah yang kemudian menjadi sebuah 
romantisme tragis yang menjadi benang merah beragam cerita dalam novel ini.

Misteri hubungan dua manusia itu menjadi pertanyaan besar bagi sebuah 
keluarga pengusaha rokok ternama yang kesuksesannya meninggalkan Kretek 
Gadis yang hanya menjadi rokok kalangan tua di sebuah kota kecil. Misteri 
yang ingin dipecahkan oleh generasi ketiga pengusaha rokok kretek itu.

Pencarian Jeng Yah oleh kakak beradik ahli waris perusahaan rokok ternama 
itu membawa mereka bertualang ke dunia bisnis kretek, dari zaman kolonial 
Belanda, Jepang, hingga zaman PKI.

Bagai sebuah buku sejarah, novel itu juga bercerita tentang bagaimana 
popularitas rokok klembak memudar digantikan rokok kretek.

Pencarian itu juga memperlihatkan bahwa beragam rokok kretek "jago kandang" 
terus bertahan di tengah dominasi perusahaan rokok besar.

Kebertahanan itu juga sering terjadi bukan karena rokok lokal itu tetap 
memberi pengusahanya keuntungan, melainkan demi gengsi leluhur dan 
kepentingan pekerjanya.

Itu misalnya diwakili oleh kalimat: "Kalau pabrik ini mati, maka 
orang-orang ini akan nganggur, ndak bisa makan, ndak bisa nyekolahin 
nak-anaknya, mereka jatuh miskin. Kamu mau kejadian kayak gitu?

Tentu saja ini juga bagian kenakalan Gadis Kretek bila diingat bahwa bisnis 
rokok kini dihadapkan pada kenyataan bahwa: Merokok dapat menyebabkan 
kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. 
Padahal rokok kretek mulanya dibuat untuk membantu para penderita asma 
meringankan napasnya.

Kenakalan dalam novel karya Ratih Kumala, Gramedia Pustaka Utama, Maret 
2012, ini juga sudah tampil lewat judul dan gambar sampulnya.

Sampul yang memajang gambar perempuan berkebaya hijau, dengan sebatang 
rokok menyala beserta asapnya yang mengepul, seolah mengajak orang di toko 
buku untuk segera mengambilnya.

Apalagi kerlingan mata sang gadis yang tampil di sampul tersebut.

Sampul buku yang tidak biasa. Nakal.
*Sumber :*
ANT
*Editor :*
Jodhi Yudono

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Reply via email to