Wali nagari Bumi mengangkat kembali tangannya untuk menenangkan penduduk.
”Begini sajalah, supaya kalian tidak berpikir aku ayah yang kejam, maka hukuman Aswin kita laksanakan di sini agar kalian bisa melihat sendiri.” Ketika melihat penduduk diam walau dengan wajah yang tidak puas terutama tetua Nurdin yang sepertinya sebentar lagi akan meledak emosinya, dengan cepat wali nagari bumi memanggil Andi dan Eri sebelum para penduduk protes lagi, untuk mengambil pentungan dan kursi duduk yang ada di pos keamanan itu. Kedua pemuda ini segera bergerak mengambil barang yang diminta oleh wali nagari. Saat mereka tiba dengan barang-barang tersebut, mulai para perempuan protes setelah melihat pentungan besar yang dibawa Eri, begitu sampai segera kepala Eri dijitak tetua Nurdin. ”Aduh, ...” Dengan marah beliau berkata,”Eri, kamu ini benar-benar orang yang tidak punya perasaan, mengapa bawa pentungan yang besar ini apa sudah tidak ada yang lebih kecil ? Apa kamu buta tidak lihat sebesar apa si Aswin itu ?” ”Maaf guru, ini pentungan yang paling kecil yang ada di pos keamanan.” ”Masak tidak ada yang lebih kecil lagi.” ”Benar guru, ini yang paling kecil.” ”Sudah, sudah, tetua Nurdin, memang ini pentungan yang paling kecil karena kalo lebih kecil lagi bukan pentungan namanya tapi ranting.” kata wali nagari Bumi. ”Aswin ke sini, terima hukuman kamu.” Segera Aswin berjalan ke arah bangku yang sudah disiapkan dan meletakkan telapak tangannya di bangku serta menggeser kedua kakinya ke belakang sehingga posisinya membentuk segitiga. Kata wali nagari Bumi,”Tetua Nurdin, karena bapak sangat menyayangi anak ini, bagaimana kalau hukuman ini bapak yang laksanakan ? Semua kuatir, kalau aku yang memukul, anak ini bisa jadi cacat nantinya. Tapi bukan berarti bapak menjadi main-main memberikan hukuman pada anak nakal ini, aku percaya bapak mengerti perasaan dan keinginanku terhadap anak ini.” Tetua Nurdin terdiam sesaat, tidak tahu harus berkata apa, tapi setelah dipertimbangkan memang lebih baik dia saja yang memukul anak ini, biar bagaimanapun dia tahu kekuatannya jadi lebih merasa tenang daripada sang wali nagari sendiri yang memukul Aswin. Segera Eri memberikan pentungan itu kepada tetua Nurdin, dengan perlahan dia berjalan menuju tempat Aswin sedang menunggu. Sesampainya di situ, tetua Nurdin terdiam dan terlihat merenung, seakan tidak tega memukul Aswin. ”Kakekku yang baik, Aswin percaya pada kakek.” sambil dengan tenang dia memandang tetua Nurdin bahkan memberikan senyuman manisnya pada sang kakek. Tetua Nurdin sgera mengambil sikap untuk mulai melaksanakan hukuman ini, penduduk yang tadinya merapat di sekitar Aswin mulai bergerak agak menjauh tapi tidak jauh-jauh karena kuatir Aswin akan kesakitan atau terjatuh akibat pukulan tersebut dan mereka cukup dekat untuk siap-siap menolongnya. Tapi wali nagari Bumi tetap menyuruh mereka mundur lagi sehingga tempat itu menjadi sedikit lebih luas. Tak lama terdengar, buk..., pukulan pertama sudah mendarat dengan mulus di pantat Aswin, menyusul bunyi buk lagi, buk..., buk..., dan seterusnya.. Anak bandel ini diam menerima hukuman tidak ada keluar dari mulutnya keluhan sakit, hanya keringatnya turun dengan derasnya dan wajahnya mengerenyit menahan sakit. Sempat pada pukulan yang ke sebelas dia jatuh berlutut karena lututnya lemas menahan sakit, tapi dengan cepat dia berdiri lagi agar hukuman ini cepat selesai. Akhirnya hukuman itu selesai, langsung tetua Nurdin membuang pentungan itu jauh-jauh dan bergerak ke arah Aswin untuk menolongnya serta membopongnya, penduduk yang tadinya menjauhkan diri juga langsung mendekati mereka. Beberapa perempuan itu bahkan sudah memegang obat-obatan untuk mengobati Aswin, baju ganti karena bajunya sekarang sudah basah kuyuh karena keringat, entah sejak kapan mereka menyiapkan itu Dengan sigap mereka menukar baju dan mengobati pantat Aswin sudah bertambah besar dua kali lipat dari biasa dan sudah berubah warna menjadi hitam keungu-unguan. Melihat hal ini beberapa perempuan itu menitikan air mata, dan tetua Nurdin terlihat menghela nafas dalam-dalam. ”Maafkan kakek yah Aswin, kakek terpaksa melakukan ini.” Dengan lemah dan tersenyum, Aswin menjawab,” Kakekku jangan sedih, tidak lama lagi akan sembuh, terima kasih yah kakekku tidak memukul Aswin keras-keras.” Hati tetua Nurdin semakin terenyuh mendengar kata-kata Aswin. ”Lain kali kamu tidak boleh lagi berbuat nakal seperti itu, tidak selamanya kakek bisa melindungi kamu.” ”Ya kakekku.” kata Aswin dengan senyum dan mata yang masih bersinar jenaka. Wali nagari Bumi yang melihat hal ini hanya bisa menarik nafas panjang dan mengurut-urut dada melihat tingkah laku anaknya. Dia mengerti sekali bagaimana hormat dan sayangnya penduduk kepada dirinya dan keluarga, tapi yang tidak pernah dia duga selama ini ternyata para penduduk demikian besar cinta mereka pada Aswin. Dalam hati dia bertanya, apakah ini merupakan karunia atau musibah bagi sifat Aswin kelak, karena begitu banyak orang yang bersedia berkorban untuk dia. Sesudah itu wali nagari bumi mendekati kerumunan penduduk dan Aswin, dia bermaksud menggendong anaknya untuk dibawa pulang, sehingga bisa dirawat dengan baik serta meneruskan pertemuan tadi yang tertunda. Tapi tetua Nurdin menolak wali nagari Bumi mengambil Aswin dari tangannya, kakek tua yang masih kelihatan segar dan kuat itu berkeras ingin menggendong dan membawa bocah bandel ini pulang ke rumah. Akhirnya wali nagari Bumi mengalah, dan berkata kepada penduduk,” Terima kasih aku ucapkan kepada kalian yang telah begitu menyayangi anakku. Sekarang kita lanjutkan pertemuan tadi yang sempat tertunda.” Seperti tersadar penduduk, bahwa ada masalah yang harus diselesaikan lagi, segera mereka semua berjalan, ada yang menuju rumah wali nagari, ada yang pulang ke rumah, ada yang kembali ke pos keamanan untuk berjaga-jaga sudah tidak berani tidur lagi akibat perestiwa tadi. Bersambung…. No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.20.7/1284 - Release Date: 17/02/2008 14:39 --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca dan dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet. - Tuliskan Nama, Umur dan Lokasi anda pada setiap posting. - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, DILARANG!!! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. - Anggota yg posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta maaf & menyampaikan komitmen akan mengikuti peratiran yang berlaku. =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahul -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---