Setelah sampai di rumah dan Aswin sudah dibaringkan tengkurap di tempat tidurnya tidak lama sudah tertidur pulas karena keletihan, setelah memastikan Aswin baik-baik saja maka wali nagari Bumi dan tetua Nurdin keluar kamar Aswin dan berjalan ke ruangan pertemuan untuk melanjutkan pertemuan tadi.
Setelah semua orang berkumpul, kembali pertemuan dilanjutkan. Akhirnya diketahui bahwa perkelahian ini dimulai dari perebutan kedudukan sebagai ketua kelompok dan berlanjut sampai pada perempuan yang sama-sama mereka sukai. Dari saling ejek mengejek sampai hina menghina yang berakhir dengan saling baku hantam. Kedua pemuda ini diberikan kesempatan membela diri dan hampir pula baku hantam kembali karena emosi mendengar pembelaan masing-masing pihak. Ini tambah membuat wali nagari Bumi marah, alhasil terlepas dari siapa yang salah tetap karapatan nagari memberi hukuman kepada kedua pemuda ini. Hukuman yang diberikan berdasarkan perguruan silat, mereka tidak diperbolehkan ikut ujian ketua dan tidak diperbolehkan ikut latihan silat lagi kecuali jika selama 1 tahun mereka bisa menunjukan maksud baik mereka untuk memperbaiki diri dengan menolong sesama yang membutuhkan pertolongan. Secara masyarakat, mereka diharuskan merantau selama 1 tahun untuk mencari pengalaman sehingga bisa membantu membentuk sifat mereka nantinya. Mendengar keputusan ini kedua pemuda itu terpaksa menerima, mereka menyesali diri karena hukuman ini membuat mereka tidak bisa belajar ilmu silat lagi dan menjauhkan mereka dari gadis pujaan mereka. Tapi di sisi lain mereka merasa lega juga karena hukuman ini lebih ringan dari yang mereka bayangkan sebelumnya. Merantau merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Minang dari dahulu kala sehingga hukuman merantau bagi kedua pemuda ini dan keluarganya bukanlah merupakan hal yang terlalu memberatkan, karena kebetulan juga kedua pemuda ini sudah cukup umur untuk diperbolehkan merantau oleh keluarganya.. Hampir tengah malam baru pertemuan ini selesai, semua orang puas dengan hasil keputusan bersama itu, dan kedua pemuda tersebut sudah bersedia menerima hukumannya. Disepakati seminggu setelah hari ini, kedua pemuda itu harus meninggalkan nagari (kampung) untuk memulai perantauannya. Sang wali nagari menutup pertemuan tersebut, dan mulai orang-orang meninggalkan ruang pertemuan untuk pulang menuju rumah masing-masing. Sapar dan Keling dibantu keluarganya pulang ke rumahnya dengan dipapah, sempat sebelum pulang mereka membungkukan badan kepada wali nagari sebagai guru silat mereka untuk meminta maaf karena telah mengecewakan beliau. Akhirnya rumah wali nagari sudah sepi dari tamu-tamu, yang tertinggal para pelayan yang sedang membersihkan sisa-sisa sampah yang ditinggalkan dan merapikan kembali ruang pertemuan tersebut. Setelah selesai semuanya wali nagari menyuruh mereka untuk beristirahat dan dia sendiri sebelum masuk kamarnya, menyempatkan diri masuk ke kamar Aswin untuk melihat keadaan anaknya. Dia memandang anaknya yang pulas itu dengan mata yang memancarkan sayang yang mendalam, biarpun anak ini nakal dan sering buat dia pusing kepala tetapi tetap merupakan buah cinta kasih dari mendiang isterinya, yang harus dijaga dengan baik-baik sesuai amanah sang isteri. Setelah puas memandangi sang anak, dia keluar dan menutup pintu kamar anaknya dan kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Jauh malam menjelang subuh dan semua penghuni rumah sudah tertidur pulas, tampak sebuah bayangan memasuki kamar Aswin, bayangan itu memandang Aswin yang tertidur pulas, dan bergerak menuju ke arahnya, pelan-pelan bayangan itu membuka celana Aswin untuk melihat kerusakan di pantat Aswin. Sambil menghela nafas dan geleng-geleng kepala bayangan itu tersenyum kecil melihat pantat bocah itu yang sudah berubah warna matang keungu-unguan. Pelan-pelan bayangan itu merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sebuah botol dan menuangkan isi cairan botol itu ke telapak tangannya dan mengusapkan ke pantat bocah itu. Segera terlihat reaksinya pelan-pelan warna keunguan itu berubah memudar menjadi agak kemerah-merahan gelap dan terus memudar menjadi agak kuning pucat lama kelamaan warna itu sudah tidak ada di pantat bocah itu. Setelah itu bayangan itu kembali mengeluarkan botol lain dan menuangkan 1 butir obat ke tangannya, lalu perlahan-lahan memegang wajah Aswin dan membuka mulutnya, kemudian mendorong obat itu ke dalam mulut terus menutupnya, obat itu langsung cair begitu kena air liur Aswin dan secara tidak sadar Aswin menelan cariran tersebut, anehnya Aswin tidak merasakan apapun di mulutnya sehingga bocah ini tidak terbangun dari tidurnya. Perlahan bayangan tersebut meraba-raba sekujur tubuh Aswin, dia ternyata memeriksa sekujur tubuh Aswin dan dengan menggunakan tenaga dalamnya mengurut beberapa syaraf penting dalam tubuh Aswin untuk memperlancar aliran darahnya yang tersumbat akibat memar di pantatnya serta membantu obat yang diminum Aswin untuk segera bergerak ke arah beberapa pembuluh darahnya yang pecah akibat pukulan pentungan itu dan mengobatinya. Setelah puas dengan hasil pemeriksaannya, pelan-pelan dia menaikan kembali celana tidur Aswin. Masih dengan tersenyum kecil bayangan itu membelai rambut Aswin, terdengar dia menggumam,” Anak nakal, ada saja tingkah lakumu, entah bagaimana kamu besar nanti, aku tidak bisa membayangkan apa yang bisa kamu lakukan untuk membuat semua orang pusing karena perbuatan kamu.” Sambil kembali tersenyum simpul, bayangan itu membayangkan kenakalan apa yang dilakukan bocah ini suatu saat nanti bila dia besar, karena memang menurut ramalan yang telah dia hitung dari susunan bintang di langit, anak ini akan menggemparkan dunia persilatan dan kerajaan Pagaruyung dengan sepak terjangnya dan akan menjadi orang kepercayaan raja Adityawarman kelak. Oleh karena itu anak ini harus dibimbing sebaik-baiknya ke arah kebaikan karena dia juga sudah melihat dalam ramalannya jika anak ini tidak dibimbing dengan baik, dia akan menjadi orang yang paling jahat yang pernah dilahirkan di dunia ini. Beberapa saat sebelum anak ini dilahirkan, dia mendapat wangsit dari kakek gurunya, Datuak Jangek Kuniang (Datuk Kulit Kuning), untuk pergi ke nagari Batang Kapeh, karena di sana akan dilahirkan anak yang luar biasa yang akan menjadi pewaris utama ilmu perguruan mereka. Dia ditugaskan kakek gurunya untuk melindungi dan membimbing anak ini sampai dia bisa menguasai ilmu perguruan mereka dengan baik dan membimbing akhlaknya untuk menjadi orang yang lurus hatinya. Memang ilmu perguruan mereka sangat sulit sekali untuk dikuasai karena banyak perubahan dari setiap jurus yang ada bahkan dia saja hanya bisa menguasai 5 jurus utama dari ilmu itu, sedangkan ilmu itu sendiri ada 9 jurus utama dengan beragam variasi gerakan. Karena seiring dengan kelahiran anak ini, juga akan lahir anak iblis yang akan menjadi momok bagi manusia, jika anak ini menjadi sesat maka akan ada 2 iblis yang haus darah yang akan menghancurkan prikehidupan umat manusia dengan tindakan-tindakan kejam dan sadis mereka. Makanya kakek gurunya menugaskan dia untuk membuat keseimbangan alam tidak terganggu dengan membimbing anak yang dilahirkan di nagari Batang Kapeh itu untuk melawan iblis yang akan dilahirkan menjadi musuh abadinya kelak. Mengenai kelahiran anak iblis itu, kakek gurunya tidak mengatakan apapun padanya, jadi walaupun dia penasaran seperti apa anak itu kelak, tetapi dia tidak berani menanyakan kepada kakek gurunya. Kakek gurunya hanya berpesan untuk mendidik, mengawasi dan menjaga anak ini sampai akan datang orang hebat luar biasa untuk melanjutkan membimbing anak ini, dan dia harus melaksanakannya dengan baik karena kehidupan manusia kelak tergantung di tangannya. Saat dia sampai di nagari Batang Kapeh bertepatan dengan hari kelahiran dari Aswin, dia melihat adanya perubahan alam yang hanya bisa dilihat oleh mata batin, di mana hawa kegelapan bergerak sama kuatnya dengan hawa terang, mengitari tempat kelahiran anak ini, dan aliran energi di sekitar rumah itu terasa penuh muatan kekuatan gaib mengelilingi seluruh rumah. Ketika akhirnya anak ini lahir, energi yang ada di sekitar rumah tiba-tiba buyar seperti ditelan sebuah kekuatan yang lebih besar lagi yang keluar dari dalam rumah. Dan hawa kegelapan dan hawa terang secara bersamaan seperti tersedot ke dalam rumah seiring dengan tangisan bayi yang semakin keras memecah kegelapan malam. Bersamaan dengan itu nun jauh di sebelah selatan di balik bukit dia juga melihat adanya pusaran hawa kegelapan yang pekat bergulung-gulung membentuk kerucut dan bergerak ke bawah dan terus menghilang di balik bukit. Hatinya berdebar keras sekali melihat keadaan alam seperti itu, kekuatan batinnya dapat merasakan lahirnya sang pembawa bencana bagi manusia dan ini membuat dia semakin bertekat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh kakek gurunya. Oleh karena itu dia memutuskan untuk menetap di nagari Batang Kapeh ini agar bisa mengawasi anak ini, dia hidup membaur dengan penduduk nagari Batang Kapeh, tidak ada yang menyangka bahwa salah satu dari penduduk tersebut merupakan pendekar sakti yang paling mumpuni di ranah Minang ini. Dia merasa beruntung karena tidak ada penduduk yang mencurigai tindak tanduknya, penduduk hanya tahu bahwa dia merupakan pendatang yang ingin menetap di nagari ini setelah kematian seluruh keluarganya akibat wabah penyakit. Kehidupan dia di nagari ini memberikan perasaan aman damai, tidak seperti dulu ketika dia masih berkecimpung di dunia persilatan, dia merasa hidupnya selalu saja ada masalah dan penuh keruwetan sehingga membuat dia jarang bisa tersenyum dan tertawa, tetapi sejak dia tinggal di sini kehidupannya benar-benar berubah dia bisa menikmati hidup seperti orang umumnya dan bahkan mendapat hiburan dengan kehadiran Aswin yang selalu meramaikan kehidupan di nagari ini dengan kenakalan-kenakalannya. Hari semakin menjelang pagi, sekali lagi dia memastikan anak ini tidak apa-apa, kemudian dia melangkah keluar dari kamar Aswin, sesampai di luar kamar, bayangan itu langsung berkelabat menghilang seperti gumpalan asap yang memudar kena tiupan angin. Kembali kesunyian menyelimuti keadaan rumah ini, tidak ada yang tahu bahwa sesaat lalu ada orang yang datang menjenguk Aswin tanpa setahu mereka semua bahkan wali Bumi yang berkepandaian tinggi sekalipun tidak dapat mendengar kedatangan bayangan ini. Dapat dibayangkan betapa hebat ilmu bayangan tersebut dan tidak ada orang yang dapat menduga siapa gerangan bayangan tersebut. Bersambung…….. No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.20.7/1284 - Release Date: 17/02/2008 14:39 --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca dan dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet. - Tuliskan Nama, Umur dan Lokasi anda pada setiap posting. - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, DILARANG!!! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. - Anggota yg posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta maaf & menyampaikan komitmen akan mengikuti peratiran yang berlaku. =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahul -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---