Assalamu'alaikum wr.wb. http://garudamiliter.blogspot.com/2012/03/kolonel-zulkifli-lubis.html
Ikut PRRI Sesudah peristiwa itu, saya yang masih buron, lalu ke Palembang, terus ke Padang. Saya ke sana untuk konsolidasi perjuangan, karena saya merasa satu ide. Tidak ada yang mengundang saya. Sasaran perjuangan saya sama, dalam arti ingin mengoreksi pemerintah pusat. Termasuk Nasution. Sama saya lihat. Maupun dengan Dewan Garuda atau Dewan Banteng. Selama gerakan mereka itu, mereka juga banyak berhubungan dengan saya. Baik yang di Sumatera Barat maupun yang di Permesta, Sulawesi. Saya ke Palembang kira-kira sebulan setelah Peristiwa Cikini. Saya cuma berdua dengan Bram. Di Palembang saya bertemu dengan Nawawi, Dahlan Djambek. Pikiran saya bergabung dengan mereka itu, karena saya kecewa dengan teman-teman yang sealiran yang ingin mengoreksi pemerintah pusat. Teman-teman saya itu kebanyakan politisi. Di situ, saya lihat, kesetiakawanan perjuangan tipis. Di Palembang ada diskusi mengenai kelanjutan perjuangan, juga menyampaikan informasi, juga mendengar informasi. Setelah itu, saya ke Padang. Di Sungai Dareh, Sumatera Barat, semua berkumpul, baik dari Dewan Banteng, Garuda, Husein, Vence Sumual. Pertemuan itu merupakan konsolidasi program perjuangan selanjutnya. Kedua, bagaimana menghadapi pemerintah pusat. Dalam menghadapi pemerintah pusat, di situ ada beberapa segmen dan segi yang perlu didudukkan. Satu, bagaimana usaha mempertemukan kembali Dwitunggal Sukamo-Hatta. Kedua, perlu ketegasan menghadapi angkatan perang. Dalam menghadapi itu, disepakati konsolidasi bantu-membantu agar kuat menghadapi pemerintah pusat. Segi politisnya, dibuat program perjuangan. Pertama, dibuat program jalan damai. Kalau jalan damai tidak ada, akan diciptakan pemerintahan tandingan. Umumnya, semua sependapat. Pada pertemuan pertama di Sungai Dareh, politisi tidak ikut. Mereka ada di situ. Tapi di ruang pertemuan, cuma tentara. Kalau tak salah, pertemuan itu ada di sebuah sekolah. Setelah ada kesepakatan di kalangan militer, baru pertemuan dengan kaum politisi, antara lain Pak Natsir, Pak Prawiranegara, Pak Burhanuddin Harahap. Pak Sumitro Djojohadikusumo waktu itu belum ada. Waktu itu belum dibentuk PRRI. Masih dalam taraf mengajak kembali Sukarno-Hatta sebagai Dwitunggal. Kita mengirimkan delegasi ke Jakarta, tapi saya lupa namanya. Tapi tidak berhasil. Lalu diadakan pertemuan di Padang. Juga begitu. Dikirim lagi delegasi jalan damai. Tapi delegasi itu tak sempat jumpa. Tidak berhasil. Kenapa saya ikut PRRI atau ikut dengan kelompok Zuchro, alasan saya begini. Memang benar saya ikut konstitusi. Tapi, di atas konstitusi itu, ada lagi kebenaran. Sebab, saya lihat yang lain itu tidak benar, maka itu saya tantang. Konstitusi itu benar. Tapi saya lihat sudah mereka itu sudah tidak benar lagi. Jadi, harus dirombak. Jangan didiamkan. Jalan lain tidak ada. Sungguhpun melawan konstitusi. Bagi saya, yang utama itu adalah keyakinan pada yang benar. Setelah saya uji, keyakinan saya itu benar. Kalau didiamkan, bisa rusak negara ini. Sedangkan kalau menuruti konstitusi, kita bisa terbelenggu. Ketidak benaran Nasution dan kaum politisi waktu itu, yang saya lihat, pertama, dalam arti mengembangkan politik yang stabil, dalam arti dalam permainan politik maupun dalam menghadapi keamanan. Pada masa-masa itu, keuangan negara sudah begitu berat. Lalu kita hadapi DI dengan kekerasan. Mana mungkin. Bukankah akhirnya semua melalui jalan damai, to? Dalam menghadapi DI, saya tidak setuju dengan jalan kekerasan. Harus dengan jalan damai. Dan saya yakin, itu bisa. Kenapa saya yakin? Karena mereka itu Islam. Kalau sudah jalan damai, berarti mesti bisa. Tidak mungkin tidak Bukankah ajaran Islam begitu. Baik itu menghadapi Kartosuwiryo, Kahar Muzakkar, dan Daud Beureuh. Harus jalan damai. Sebab, saya anggap, timbulnya semua itu bukan karena semata-mata mau mendirikan negara dalam negara, pada hakikatnya. Tidak. Kemudian memang berkembang begitu. Pada awalnya tidak. Semuanya karena kecewa. Karto Suwiryo pernah kecewa dengan pemerintah pusat karena bersikap kompromostis. Daud Beureuh juga begitu, karena kecewa dianaktirikan, kasarnya. Kahar Muzakkar, apalagi. Karena tidak mau dianggap cuma gerombolan, jadi mesti ada bentuk suatu negara. Supaya ada hukum yang berlaku pada mereka. Saya lihat, pemerintah pusat, dalam menghadapi itu, bukannva mendudukkan masalah pada yang baik, tapi malah untuk mendominasi. Makanya, saya lihat, tindakan itu lebih banyak subyektivitasnya. Baik dari segi PNI-nya maupun dari segi Nasution-nya. Kenapa Nasution berbuat begitu pada mulanya, saya kira dia merasa belum yakin dengan kekuatannya, baik terhadap kaum politik maupun terhadap angkatan darat. Mungkin, sesudah itu, dia merasa telah mantap, baru dia mengambil suatu jalan yang pada mulanya sebenarnya dia setuju dengan jalan damai. Makanya, dia setuju jalan damai dengan Daud Beureueh, karena dia merasa sudah stabil kekuatannya. Di PRRI itu, saya sebagai koordinator militer. Lebih banyak di bidang koordinasi dan informasi, sebetulnya. Tidak merupakan *command*. Saya banyak bergerak di Kabupaten Sijunjung, dekat perbatasan Jambi. Kegagalan PRRI/Permesta itu, kalau saya lihat karena beberapa faktor. Faktor pertama, kalau saya ambil dari segi metafisisnya, memang tidak *clean *. Pejuang-pejuang di daerah itu juga tidak bersih. Masih ada akunya. Ada rasa ingin dapat kuasa, ingin dapat harta. Tidak *clean leadership.* Belum. Kedua keberanian itu tidak kelihatan. Hanya beberapa kelompok kecil yang berani. Banyak yang lari kalau ketemu musuh. Ketiga, karena kami itu pencar-pencar. Jauh-jauh. Di samping itu, segi materiil juga sangat terbatas. Jadi, kalau ada yang mengatakan bahwa kami yang membuka jalan perang saudara, itu tidak betul. Kami sadari bahwa kami lemah. Maka, ditempuh jalan damai. Kita kirim beberapa delegasi. Tapi karena dibom, itu tak ada jalan lagi. Ya, hadapilah apa yang bisa dihadapi. Memang, dalam perjuangan, siapa saja yang kita anggap teman, ya, dijadikan teman. Kebetulan, Amerika paling dekat, karena sama-sama antikomunis. Kita lihat, saat itu perkembangan komunis mulai pesat di mana-mana. Karena itu, kami berusaha dekat mereka itu. Saya sendiri secara pribadi tidak punya hubungan dengan Amerika. Yang berhubungan, teman-teman dari Dewan Banteng dan Permesta. Saya bermarkas di Kewalian Nagari Sungai Limau, di sebelah barat Sungai Dareh. Anak buah saya yang aktif ikut saya cuma 3-4 orang. Memang kami latih 2 regu. Senjata cuma 2-3 buah. Yang banyak berhubungan dengan pihak luar negeri seperti Amerika itu memang tidak langsung Sumitro, tapi ada memakai jalur dia. Juga jalur Mister Rasyid, dan jalur Simbolon. Pak Sjafruddin juga punya channel, tapi yang bertanggung jawab dalam itu, ya Simbolon, sebagai Menteri Luar Negeri. Pak Sjaf sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Keuangan. Saya tidak masuk dalam kabinet itu. *** Setelah diumumkan amnesti dan abolisi di radio, saya tidak membantahnya. Saya menerima apa adanya. Saya termasuk yang terakhir turun. Saya bebas setelah Orde Baru. Lalu saya tinggal di Bogor, hingga sekarang ini. Waktu mula-mula bebas itu, saya berusaha jumpa dengan Bung Karno. Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan padanya. Karena dia satu-satunya yang tahu segala macam personalia kita. Saya yakin, Bung Karno akan mau bercerita pada saya. Karena saya dulu dekat dengan dia. Saya minta izin pada Pangkopkamtib Sumitro dan KaBakin Suprijono. Tapi tidak dikasih. Hormat saya Muhammad Syahreza Mulailah dari diri kita sendiri, jika setiap kita menjadi lebih baik, maka Indonesia pasti menjadi lebih baik! -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/ - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.