Sejak ditinggal Nazif Basir jo Nasrul Siddik, lah agak maleh wak baco 
Singgalang iko

Agak banyak bana pesan sponsornyo

Beda jo daulu yang betul2 menggali dan mempertahankan Budaya Minangkabau

--TR
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "ZulTan" <zul_...@yahoo.com>
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Fri, 7 Jun 2013 05:52:31 
To: <rantaunet@googlegroups.com>
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] To Be a Winner or Become a Losers


Kiro-kiro kalau tulisan BD ko dikirim ka koran KOMPAS layak "muek" ndak?

Bobot tulisan ini menjadi rendah (maaf) karena dimuat di surat kabar milik 
sendiri.  Anak buah mana yang berani menolak.  Antah kok indak?

Kata "media" (tunggal: medium) berasal dari kata Latin "medius" yang berarti di 
tengah.  Dengan adanya opini ini kita tahu, sejatinya posisi "media" di sini, 
sedang dialihkan.  

Opini semacam yang ditulis BD tentu dapat dipahami jika datang dari pihak lain 
yang berada di luar "inner circle" media.  Boleh jadi apa yang dipaparkan benar 
adanya, namun karena ia pemilik media dan dimuat di media sendiri, tentu ini 
perkara lain.

Jika kurang awas, wawancara JTR yang dimuat di media yang sama, yang semula 
diharapkan dapat mengugah pihak yang tak sependapat, jangan-jangan malah hanya 
menuai satu kata saja, "patutlah".

Mohon maaf, jika tidak pada tempatnya.

Saya hanya berharap media kembali kefitrahnya.

Salam,
ZulTan, L, 52, Bogor

-----Original Message-----
From: "Nofend St. Mudo" <nof...@rantaunet.org>
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Fri, 7 Jun 2013 09:21:27 
To: RantauNet2 Milis<RantauNet@googlegroups.com>
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] To Be a Winner or Become a Losers

(BASRIL DJABAR) Harian Singgalang | Tanggal 07 June 2013

Sebagai orang Minang yang berusaha setia tinggal di kampung halaman
(daerah) saya sungguh prihatin dengan rencana investasi Lippo Group di
Padang yang melebar menjadi isu yang berbau SARA (suku, agama, ras dan
antar-golongan). Saya lebih prihatin lagi karena para pemimpin Sumatra
Barat seperti bersembunyi atau bersikap diam ketimbang turun tangan
menjernihkan masalah ini.

Sebelum mengomentari lebih jauh masalah ini, saya perlu sedikit mengulas
secara ringkas kronologis berkembangnya persoalan sekitar rencana (bahkan
sudah dimulai) investasi Lippo Group yang akan membangun proyek terpadu
rumah sakit, hotel, dan pusat perniagaan di Jalan Khatib Sulaiman Padang
dengan nilai investasi sekitar Rp1,2 triliun.

Peletakan batu pertama (ground breaking) proyek ini dilakukan pada hari
Jumat tanggal 10 Mei lalu. Acara tersebut dihadiri antara lain Ketua DPD RI
Irman Gusman, Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Perumahan Rakyat Djan
Farid, Kepala BNPB Syamsul Maarif, Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddin,
Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno, CEO Lippo Group James T. Riady,
Presiden Lippo Group Theo L. Sambuaga, Walikota Padang Fauzi Bahar, dan
tokoh-tokoh masyarakat Sumatra Barat seperti Azwar Anas, Mohammad Rani
Ismael, Buya Mas’oed Abidin dan lain-lain. Juga hadir Ibu Ida Hasyim dan
Ismail Ning – istri dan putra dari tokoh pengusaha Minang Alm. Hasyim Ning,
mitra usaha Lippo Group sejak puluhan tahun silam. Saya sendiri juga
diundang dan hadir dalam acara tersebut.

Permasalahan pertama muncul setelah acara peletakan batu pertama tersebut
antara pengusaha Basrizal Koto dengan Walikota Fauzi Bahar. Basrizal Koto
(Basko) yang akan membangun Padang Green City di kawasan Padang By Pass
merasa “dikhianati” oleh Walikota yang sebelumnya telah menerbitkan surat
rekomendasi untuk tidak memberikan izin proyek serupa selama 10 tahun.
Walikota mengklarifikasi kepada saya bahwa surat tersebut bersifat
informal, hanya untuk kepentingan interen Saudara Basko saja sesuai
permintaannya.

Persoalan Fauzi Bahar dengan Saudara Basko dapat diselesaikan, dan Walikota
pun sudah hadir dan ikut melakukan peresmian pembangunan Padang Green City
di Padang By Pass hari Sabtu tanggal 18 Mei 2013. Namun setelah itu muncul
masalah baru, melebar ke isu “kristenisasi” di balik pembangunan rumah
sakit Siloam milik Lippo Group tersebut. Ini berawal dari surat terbuka Dr.
Mochtar Naim di mailinglist RantauNet dan kemudian dimuat pula oleh sebuah
surat kabar di Padang. Mochtar Naim juga menuduh tokoh nasional asal
Sumbar, Ketua DPD RI Irman Gusman, berada di balik masuknya Lippo ke
Padang. Surat terbuka Mochtar Naim saya nilai tendensius, menyerang pribadi
dan tanpa melakukan check and recheck. Sebagai pimpinan surat kabar, saya
melihat isu tersebut tidak memiliki nilai berita, karena itu tidak layak
dimuat di surat kabar.

Isu yang dilontarkan Mochtar Naim tersebut, terutama yang berkaitan dengan
tudingan tidak berdasar kepada Irman Gusman, kemudian diklarifikasi oleh
walikota Padang Fauzi Bahar melalui jumpa pers. Walikota Padang menegaskan
bahwa kehadiran Irman Gusman dalam acara tersebut adalah atas undangan
langsung Walikota, karena itu ia menyatakan surat terbuka Mochtar Naim
salah alamat, seharusnya ditujukan kepada Walikota Padang. Kehadiran
sejumlah tokoh masyarakat Sumbar dalam acara peletakan batu pertama proyek
Lippo Group itu adalah atas permintaan dan undangan walikota Padang.

Saya juga menelepon Sdr. Irman Gusman untuk mengkonfirmasi tudingan Mochtar
Naim dan pihak tertentu tersebut. “Apakah Da Bas percaya dengan isu
tersebut? Atau menurut Uda saya perlu memberi penjelasan?” tanya Irman.

Saya langsung memotong Sdr. Irman bahwa belum perlu ia membuat penjelasan.
Biarlah kami yang di Sumatra Barat saja yang menyelesaikannya. Lagi pula,
saya sudah mengenal Saudara Irman sejak lama, dan saya tahu betapa besar
cintanya kepada daerah ini dan betapa kuat keinginannya agar Sumatera Barat
maju dan masyarakatnya sejahtera. Saya juga kenal ayah dan keluarga
besarnya sebagai tokoh Muhammadiyah dan penganut Islam yang taat.

Penjelasan Walikota Padang ini kemudian ditanggapi lagi oleh Mochtar Naim
dengan membuat surat terbuka di sebuah surat kabar di Padang pada tanggal 3
Juni 2013. Persoalan dan isu pun makin melebar ke mana-mana.

Sikap bersembuyi tokoh sebagai disebut di awal tulisan ini, lebay kata anak
muda sekarang. Seolah-olah membiarkan api membesar, apalagi di dunia maya
sudah bersebaran pendapat seenak perut masing-masing. Kadangkala banyak
yang bicara hanya untuk mencari masalah, tapi tidak ada jalan keluar. Isu
kristenisasi, tetaplah isu, tapi kristenisasi adalah lawan kita bersama.
Jika kristenisasi terjadi oleh siapa saja, maka Singgalang Tagak Manjago!
Kita lawan secara bersama-sama. Hal itu sudah terbukti waktu kasus Wawah
tempo hari.

Lippo memang harus dihardik dari sekarang, supaya manajemennya tahu kita
mengawasinya dengan ketat. Tapi, jika Lippo sudah menyatakan, tidak akan
melakukan kristenisasi, kita seharusnya menahan diri. Jika terus-menerus
didesak dengan asumsi tak berdasar, lalu investor itu hengkang, siapa yang
bertanggungjawab? Membuka lapangan kerja saat ini alangkah sulitnya. Akan
ada 6.000 tenaga kerja di Basko Mall dan Lippo Mall. Disangka mudah membuka
lapangan kerja sebanyak itu.
Akan halnya kristenisasi yang kita takutkan itu, lebih takutlah kita pada
SMA 1 Padang yang dibangun Yayasan Budha Tsuchi. Waktu itu mau akan pecah
kota Padang oleh protes. Tapi lihatlah sekarang, SMA 1 menjadi sekolah
paling rancak di Padang dan caci-maki pada Fauzi Bahar lenyap bersama waktu.

Selain itu, jika takut kristenisasi, harap ditilik dalam-dalam pada
sanubari keimanan kita, sudah sejauhmana kita mendidik generasi muda agar
keislamannya kuat kokoh. Apa yang dilakukan Fauzi Bahar dan para ulama di
Padang dengan menggiatkan didikan subuh, hapalan asmaul husna dan memakai
busanah muslimah, bukankah itu salah satu cara membentengi diri. Selain itu
juga meningkatkan ekonomi, sebab kita semua tahu, “kemiskinan mendekatkan
pada kekafiran”.

Kita secara bersama-sama wajib mengikis kemiskinan agar tak tergiur idelogi
baru apalagi agama lain. Untuk mengikis kemiskinan itu antara lain kita
harus bekerja, untuk bekerja harus ada lapangan kerja. Mari kita berserah
diri pada Allah Swt.
***

Sampai tahap ini, terus terang saya sangat prihatin dengan perkebangan yang
terjadi. Apalagi masalahnya sudah menyangkut isu SARA yang sangat sensitif.
Saya melihat pimpinan pemerintahan dan tokoh-tokoh masyarakat di Sumatra
Barat tidak pula mengambil inisiatif untuk menjernihkan masalah ini. Saya
prihatin karena sepertinya para pemimpin menyembunyikan diri, membiarkan
isu-isu berkembang secara liar dan berpotensi menimbulkan akibat yang tidak
kita inginkan.

Karena tidak ada usaha dari pimpinan daerah, terutama Gubernur, untuk
menjernihkan masalah ini, akhirnya saya mengambil inisiatif mengirim SMS
(pesan singkat kepada Gubernur, Komandan Korem, Kapolda, Kajati, Ketua DPRD
Sumbar, Rektor Universitas Andalas, UNP, Bung Hatta, Eka Sakti, dan Rektor
lain di Padang, sebagai berikut:
“Sehubungan dgn terjadinya kontroversi dan polemik di tengah masyarakat
kita ttg masuknya Lippo Group di Pdg, dan sdh mengarah kpd SARA, saya
sarankan bapak2 segera mengadakan pertemuan utk membicarakan hal ini dan
mudah2an ada way outnya. Wass. Basril Djabar”.

Hanya Kapolda dan Danrem dan rektor Unand yang langsung menelepon saya
menanggapi SMS tersebut. Keduanya mendukung saran saya bahwa pimpinan
daerah segera bertemu untuk menjernihkan masalah ini. Sayangnya, Gubernur
Irwan Prayitno yang seharusnya memimpin upaya tersebut tidak menanggapi SMS
saya. Bahkan saya dua kali mengirim SMS tersebut kepada nomor HP Gubernur.

Karena belum ada tanggapan dari Gubernur, dan agar bola liar tak terus
bergulir, saya minta Redaksi Singgalang segera mewawancarai CEO Lippo Group
James T. Riady. Ini adalah upaya fair agar kita orang Minang jangan sampai
terkesan suka “lempar batu sembunyi tangan” atau “suka menyipak dari balik
bukit”. Akhirnya dari James Riady Singgalang langsung mendapat penjelasan
sebagaimana telah dimuat dalam berita utama edisi Rabu (5/6). Dalam berita
tersebut James menjelaskan sebagai berikut:
CEO Lippo Grup, James T Riady menyatakan, tidak ada niat dan upaya
menjadikan RS Siloam Padang sebagai tempat kristenisasi. Jika tidak 99
persen, 95 persen karyawannya orang Minang dan pasti beragama Islam.
“Kami punya hati dan Lippo merupakan perusahaan terbuka (Tbk), kami
menghormati sensitivitas soal adat dan agama,” kata James Riady kepada
Singgalang dalam sebuah wawancara khusus, Selasa (4/6). Menurut dia, Lippo
menghormati sepenuhnya kebiasaan, adat dan agama, seperti yang diajarkan
para pendiri bangsa.

Karena itu, kata dia, anggapan akan ada kristenisasi lewat Rumah Sakit
Siloam, salah besar, tidak akurat dan bukan atas fakta yang ada.
“Lihatlah rumah sakit kami di Makassar yang Islamnya kuat dan di Palembang,
tidak ada masalah dan tidak ada agenda terselubung. Ini murni bisnis dan
untuk memberi pelayanan terbaik bagi anak bangsa,” kata dia.
“Saya memang Kristen tapi di dalam agama saya banyak aliran dan kebetulan
aliran yang saya anut, tidak mempercayai kristenisasi,” katanya.

Ia yakin dan tahu agama tidaklah sama, tapi agama bukan untuk menimbulkan
konflik, melainkan sebagai kekayaan dan konfigurasi membangun bangsa.
“Semua usaha yang kami jalankan, sama sekali bersih dari misi agama. Ini
murni bisnis dan pegang kata-kata saya itu,” kata dia lagi.

Berita selengkapnya bisa dibaca pada Singgalang edisi Rabu 5 Mei 2013, atau
di www.hariansinggalang. co.id.
***
Tulisan ini saya buat semata-mata adalah untuk menjernihkan persoalan yang
sedang terjadi di Sumatra Barat, dan bukan untuk membela atau menyalahkan
pihak manapun. Juga bukan untuk membela Walikota Padang Fauzi Bahar.

Sebagai warga Sumatra Barat, dan pernah selama 10 tahun menjadi Ketua Kadin
Sumatra Barat (1989-1999), saya sangat memahami betapa beratnya membangun
ekonomi dan dunia usaha Sumatra Barat. Lebih berat lagi setelah Padang dan
Sumatra Barat umumnya dilanda bencana gempa beruntun sejak 2006, 2007 dan
2009. Dalam beberapa kali kesempatan saya pernah mengingatkan Walikota dan
Gubernur untuk bekerja keras menciptakan kondisi yang kondusif dan berjuang
agar Sumatra Barat tidak ditinggalkan para investor dan pengusaha.

Saya bisa membayangkan Walikota Padang Fauzi Bahar sangat antusias
mendatangkan investor ke daerah ini. Ketika ia mendapatkan investor sekelas
Lippo, mungkin saja ia sangat bersemangat dan langsung mengambil keputusan
sehingga lupa berbicara dengan berbagai pihak yang perlu mendukung usaha
tersebut seperti DPRD atau tokoh-tokoh informal di masyarakat kita.

Saya kenal dan sangat paham dengan Fauzi Bahar. Ia cepat kaki ringan
tangan, tetapi sering lupa dengan kearifan yang sangat diperlukan dalam
memimpin. Karena itulah, pada peringatan satu tahun kepemimpinannya sebagai
Walikota Padang, 20 Februari 2005, saya yang diminta memberi sambutan
mewakili masyarakat Padang, sengaja menasihatinya dengan mengatakan agar
dalam memimpin Kota Padang jangan menggunakan “ilmu koncek” alias ilmu
katak, begitu teringat langsung melompat.

Mulanya mungkin ia tersinggung dengan nasihat saya. Tetapi setelah saya
beri penjelasan, bahwa saya sangat ingin ia sukses memimpin Padang, Fauzi
bisa menerima nasihat saya. Saya katakan langsung kepadanya, kita di
Minangkabau ini “Berbuat baik pada-padai, berhuat jahat sekali jangan”.

Saya yakin, tujuan Fauzi Bahar membawa investor adalah sangat baik, untuk
membangun Kota Padang, membuka lapangan usaha dan menyediakan lapangan
kerja kepada generasi muda kita yang banyak menganggur. Hanya saja, Fauzi
mungkin karena sangat bersemangat, lupa mengkomunikasikannya dengan
berbagai pihak.

Bagi kita di Ranah Minang ini, tidak ada kusut yang tidak selesai. Dalam
menyelesaikan masalah, kita juga harus melakukannya dengan baik, dan ada
mekanisme “bajanjang naiak batanggo turun”. Karena Fauzi Bahar dianggap
sebagai pihak yang terkait langsung dengan masalah ini, maka sudah saatnya
Gubernur Sumatra Barat dan tokoh pemimpin di tingkat provinsi yang harus
turun tangan menyelesaikannya. Karena itulah, saya mengimbau dan
menyarankan Gubernur, Muspida dan para Rektor –dengan mengajak MUI dan
LKAAM—mengadakan pertemuan untuk menjernihkan soal ini.
Lakukanlah penyelesaian dan penjernihan masalah secara bijaksana, gunakan
berbagai pertimbangan akal sehat, dan jangan secara emosional apalagi
dengan mengaitkan dengan isu-isu SARA segala macam. Apalagi dengan
menyerang pribadi orang-orang tertentu. Gunakanlah adat dan budaya Minang
yang mengutamakan akhlak dan budi yang mulia.

Cara kita menyelesaikan dan menjernihkan masalah ini, akan menentukan nilai
kita di mata masyarakat luas, nasional dan internasional. Apakah kita akan
menjadi the winner (pemenang) atau menjadi pecundang (the losers), sangat
tergantung dari cara kita menyelesaikan setiap masalah yang kita hadapi.

To be a winner or become a losers, semuanya kita yang menentukan. (*)

http://hariansinggalang.co.id/to-be-a-winner-or-become-a-losers/

* *





-- 
*
*
*Wassalam

*
*Nofend St. Mudo
36Th/Cikarang | Asa Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok Selatan
Tweet: @nofend <http://twitter.com/#!/@nofend> | YM: rankmarola
*

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.



-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.



-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Reply via email to