Tapeknyo, 24 Juli 1981 Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih dikenal
dengan sebutan Buya Hamka wafat dalam usia 73 tahun.

Salamaik Jalan Buya
http://www.youtube.com/watch?v=7ihnI46YwB4


Berikut tentang Buya Hamka saat mengenang baliau di tahun 2009 lalu yang di
muek oleh Waspada Online.

===================

*Silsilah keluarga Hamka*
Amrullah adalah kakek Hamka lahir pada 6 Rajab 1256 H (1839 M). Beliau
merupakan keturunan dari seorang ulama terkenal asal Nagari Danau Maninjau
bernama Abdullah Saleh murid dari TuankuPariamanPanglimaPerang Tuanku Imam
Bonjol. Ayah Hamka bernama Muhammad Rasul yang lebih dikenal dengan Haji
Rasul yang terlahir pada 17 Safar 1296 H / 10 Februari 1879 M di Kepala
Kebun, Betung Panjang, Nagari Sungai Batang, Maninjau, Minangkabau, Luhak
Agam, Sumatera Barat.

Haji Rasul adalah pelopor gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau. Saat
berusia 17 tahun, dia dibawa ke Makkah untuk memperdalam pengetahuannya
pada ulama-ulama di tanah suci. Pada tahun 1941 Haji Rasul ditangkap dan
diasingkan oleh pihak Belanda ke Sukabumi karena fatwa-fatwa yang
dikeluarkannya dianggap mengganggu keamanan dan keselamatan umum pada masa
itu.

Akhirnya beliau wafat di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1945, dua bulan
sebelum proklamasi. Pada 1976 makamnya dipindahkan ke kampung halamannya,
Muara Pauh-Sungai Batang, Maninjau.

*Pengasuhan – pembelajaran*
Di masa kecilnya Hamka yang biasa dipanggil Malik, hidup di kampung bersama
ayah bundanya. Dia merupakan anak kesayangan Haji Rasul karena sebagai anak
lelaki tertua dan menjadi tumpuan untuk melanjutkan kepemimpinan umat. Masa
kecilnyapun didera dengan penderitaan yang diawali dengan perceraian
ayahnya Haji Rasul dengan Syafiah (ibu Hamka).

Syeikh Abdul Karim cenderung keras dalam mendidik anak-anaknya, sehingga
tidak begitu berkenan bagi Hamka. Hamkagemarmengikutikajianagama di masjid
dan surau-surau. Saat itulah Hamka mulai mengenal dan belajar dari lama-
lama seperti Syekh Ibrahim Musa dan Syekh Ahmad Rasyid.

Hamka yang otodidak tidak pernah puas menggali ilmu di berbagai bisang
seperti filsafat, sastra, sosiologi hingga politik. Proses belajar otodidak
sangat ditunjang dengan kemampuannya dalam bahasa, terutama bahasa Arab
yang sangat mampu menyelidiki karya ulama dan pujangga besar dari Timur
Tengahdanbarat.

Kesungguhan Hamka dalam belajar telah menjadikannya sebagai seorang yang
pandai dalam banyak hal serta mampu pula menumbuhkan bakatnya sebagai
seorang ahli pidato. Pada 1927 Hamka pergi tanpa pamit kepada ayahnya
setelah dua tahun di kampung halaman untuk menunaikan ibadah haji dan
memperdalam pengetahuan Islam pada ulama-ulama di sana.

Dia pergi dari rumah sebagai jawaban atas kritikan ayahnya yang menilainya
belum punya cukup ilmu agama. Di Makkah dia berjumpa dengan H. Agus Salim
tokoh Muhammadiyah yang menyarankan agar ia segera pulang ke Tanah Air. Ia
pun segera kembali ke tanah air setelah tujuh bulan bermukim di Makkah. Dia
tidak pulang ke kampungnya Padang Panjang malah menetap di Medan.

Keputusannya tidak pulang ke Padang Panjang menuai kecaman. Orang-orang di
kampungnya memintanya pulang. Namun Hamka membangkang. Hal ini pun diadukan
kepada Haji Rasul. Ulama tua ini pun tak kalah cerdik, dia mengirim
A.R.Sutan Mansur untuk menjemputnya. Hamka luluh dan pulang kekampung serta
diterima ayahnya dengan rasa haru yang dalam. Haji Rasul berkata : “Mengapa
tidak engkau beritahu bahwa begitu mulia dan suci maksudmu ?

Abuya (ayah) ketika itu sedang susah dan miskin. Namun kalau itu maksudmu,
tak kayu jenjang dikeping, tak emas bungkal diasah.” Mendapat sambutan
seperti itu Hamka berurai air mata. Sambutan dari seorang ayah yang begitu
jauh dari masa mudanya yang kerap disebut ayahnya sebagai Si Bujang Jauh.

Hapuslah figur seorang ayah yang keras dan dingin. Hubungan yang penuh
warna inilah yang kelak melahirkan sebuah karya yang diberi judul “Ayahku”
sebagai karya apresiatif dan symbol cintanya pada sang Ayah. Pada 1929,
saat berusia 21 tahun Hamka dinikahkan dengan seorang gadis bernama Siti
Raham.

*Karir dan kebesaran*
Hamka pernah menjadi guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebingtinggi,
Medan, Sumatera Utara dan di Pa- dang Panjang pada 1929. Hamka juga adalah
wartawan surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam
dan SeruanMuhammadiyah.Padatahun1928, dia menjadi editor majalah Kemajuan
Masyarakat dan sebagai editor majalah Pedoman Masyarakat dan Panji
Masyarakat.

Hamka menghasilkan puluhan novel serta tulisan ilmiah lainnya. Di antaranya
‘’Di Bawah Lindungan Ka’bah’’, ‘’Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck’’,
‘’Merantau Ke Deli’’, ‘’TasawufModeren’’, ‘’SejarahUmat Islam’’, ‘’Tafsir
Al-Azhar’’ dan lain-lain. Tahun1928 terbitlah buku romannya yang pertama
dalam bahasa Minangkabau “Si Sabariyah” dan ia pun memimpin majalah Kemauan
Zaman yang terbit hanya beberapa nomor. 1929 terbit pula bukubukunya yang
lain;  Agama dan Perempuan”, “Pembela Islam”, “Adat Minangkabau”,
“AgamaIslam”(bukuinidisitapolisi penjajah karena dianggap berbahaya bagi
pemerintah jajahan), “Kepentingan Tabligh”, “Ayat-ayat Mi’raj”, dan
berbagai karya lainnya. Karya-karyanya mendapat apresiasi luas, karena
Hamka memiliki kualitas tersendiri. Novel ‘’Laila Majnun’’ menjadi tonggak
kepujanggaannya yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Banyak karyanya yang kemudian diterbitkan Balai Pustaka, sehingga Hamka
tercatat sebagai pujangga angkatan Balai Pustaka. Aktivitas Hamka dalam
bidang politik bermula sejak masih muda, saat menjadi anggota Partai
Sarekat Islam tahun 1925. Hamka juga ikut bergerilya masuk hutan. Hamka
juga aktif sebagai anggota Muhammadiyah dan rajin mengikuti pengajian yang
diberikan pemimpin-pemimpin Muhammadiyah seperti K.H.Mochtar,
K.H.Fachruddin, dan lain-lain.

Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan
dua tahun kemudian beliau menjadi Konsul Muhammadiyah di Makasar. Tahun
1946 beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah Sumatera
Barat. Gerakan politik Hamka semakin jelas ketika menjadi anggota
Konstituante dari Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), usai
pemilihan umum tahun 1955.

Pada masa inilah pemikiran Hamka sering bergesekan dengan kebijakan politik
penguasa dan ditentang keras oleh sebagian besar anggota Konstituante.
Presiden Soekarno ikut menentangnya dan kemudian membekukan Masyumi. Sejak
itulah hubungan antara Hamka dan Soekarno menjadi renggang. Tahun 1959,
Hamka dituduh Soekarno tidak mendukung konfrontasi dengan Malaysia,
sehingga Hamka sempat mendekam dalam tahanan.

Walau demikian Hamka tidak dendam. Ketika Soekarno wafat, justru Hamka yang
menjadi imam shalatnya, karena di matanya, Soekarno adalah muslim.
Tahun1978,Hamkaberbedapandangan dengan pemerintah tentang keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef yang meniadakan libur sekolah
selama puasa Ramadan.

Selain itu Hamka tidak mau mencabut fatwa yang melarang perayaan Natal
bersama pada tahun 1980 atas permintaan Menteri Agama Alamsyah
Ratuprawiranegara. Sikap keras Hamka ditanggapi Alamsyah dengan rencana
pengunduran diri dari jabatannya. Mendengar niat itu, Hamka meminta
Alamsyah untuk mengurungkannya dan Hamka yang justru mundur sebagai Ketua
MUI. Sebagai orang yang memiliki ilmu dan kebesaran pribadi Hamka digelari
“Tuanku Syaikh”.

Sebagai pejuang, Hamka memperoleh gelar kehormatan “Pangeran Wiroguno” dari
Pemerintah RI. Sebagai intelektual Islam, Hamka memperoleh penghargaan
gelar “Ustadzyyah Fakhriyyah” (Doctor Honoris Causa) dari Universitas
Al-Azhar, Mesir, pada Maret 1959. Pada 1974 gelar serupa diperolehnya dari
Universitas Kebangsaan Malaysia.

Hari-hari terakhir hidupnya, Hamka lebih banyak memberikan ceramah di
Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan. Pada tanggal 24 Juli 1981, pujangga,
pejuang, dan  lama ini wafat. Hamka tak pernah hilang dari sejarah umat
Islam dunia. Pemikirannya menjadi referensi yang tidak pernah berhenti
dalam berbagai masalah kemasyarakatan. (Dikutip Dari berbagai sumber).

ABDUL CHAIR
Penulis adalah Mahasiswa S2 Program Studi Antropologi Sosial Pascasarjana
Unimed, Dosen STAIS Tebingtinggi Deli Kota Tebingtinggi dan guru Perg. Al
Iitihadiyah Percut.

-- 
*
*
*Wassalam

*
*Nofend St. Mudo
37th/Cikarang | Asa: Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok Selatan
Tweet: @nofend <http://twitter.com/#!/@nofend> | YM: rankmarola
*

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke