Siapkan Transportasi Massal

 Padang Ekspres • Senin, 12/08/2013 12:51 WIB • Redaksi • 50 klik

[image: Kemacetan di jalan menuju jam gadang Bukittinggi]

*Kemacetan *parah di jalan lintas Padang-Bukittinggi yang terjadi tiap
tahun, teruta­ma saat liburan Lebaran, harus segera diatasi agar tidak
ber­dampak pada perekonomian dan pariwisata Sumbar.



Pantauan Padang Ekspres se­jak Lebaran kedua (9/8) hing­ga tadi malam
(11/8), ke­ma­cetan masih terjadi di ruas jalan Padang-Bukittinggi dan
Pa­dang-Pesisir Selatan. Bah­kan waktu tempuh Padang-Bu­kittinggi yang
biasanya ha­nya 3 jam, menjadi hingga 12 jam.



Data dari Direktorat Lalu Lin­tas (Ditlantas) Polda Sum­bar, volume
kendaraan roda dua dan empat di Sumbar pada hari biasa sekitar 6.224 unit.
Namun sejak H-7 hingga H+7 Lebaran, diprediksi mencapai 12 ribu unit
kendaraan per hari.



Untuk mengurai kemacetan akibat tingginya volume kendaraan itu, jalan
alternatif perlu diperbanyak, membangun sistem transportasi massal, dan
bersikap tegas dalam menertibkan pasar-pasar tumpah di tepi jalan tersebut.



Pengamat transportasi dari Universitas Bung Hatta (UBH) Fidel Miro
mengatakan, setiap tahun libur Lebaran di Sumbar selalu dikepung kemacetan.
Penyebabnya adalah sempitnya ruang gerak di ruas jalan utama Sumbar,
sementara jumlah kendaraan selalu bertambah dan meningkat tajam.



Wakil Ketua I Masyarakat Transportasi Wilayah Sumbar ini menyebutkan, yang
perlu menjadi perhatian pemerintah provinsi bersama kabupaten dan kota
adalah pembenahan ruas jalan serta memperlebar ruang gerak yang sempit itu.



“Jadi benahi akar permasalahan macet itu,” ujarnya.



Faktor lainnya, adalah campur aduknya fasilitas umum, seperti bahu jalan
yang sering digunakan sebagai lahan parkir sehingga kemacetan selalu
menjadi langganan setiap tahun. Kondisi itu diperparah ketidaksabaran
pengemudi yang ingin saling mendahului saat jalur padat. “Jangan jalan
dipakai untuk yang bukan peruntukannya, seperti parkir dan tempat
berdagang,” ujarnya.



Fidel mencontohkan kawasan depan pasar Kotobaru, Padangluar, depan Pasar
Lubukalung, Sicincin dan lainnya sehingga menghambat ruang gerak kendaraan
yang melintas, dan ujung-ujungnya terjadi kemacetan. “Pemerintah perlu
mensterilkan ini,” tegasnya.



Langkah selanjutnya, mengaktifkan jalur alternatif dengan mempercepat
penyelesaian pembangunan jalan Sicincin-Malalak.



Pengamat ekonomi dari UBU, Syafrizal Chan menilai pemda Sumbar kurang tegas
menyelesaikan kemacetan meski persoalan ini terjadi setiap tahun.
“Pemerintah harus segera mencari solusi konkret sehingga tidak berdampak
buruk terhadap perekonomian masyarakat,” ujar Syafrizal Chan kepada Padang
Ekspres, kemarin (11/8).



Kemacetan diperparah banyaknya pasar tumpah. Pemda Sumbar seakan tak
berdaya terhadap pasar-pasar tumpah. Pemerintah tak berani melakukan
penertiban dan menata pedagang kaki lima sehingga kemacetan terus berulang.
Dampaknya, pembangunan jadi mandek.



Menurutnya, kemacetan merugikan kepentingan masyarakat luas. Biaya
transportasi menjadi meningkat dan harga barang kebutuhan pokok juga
melambung. “Akibat kemacetan, petani merugi karena hasil panennya tak bisa
dibawa. Jika ekonomi mandek, jumlah pengangguran dan kemiskinan meningkat,”
tambah Syafrizal.



Selain membangun jalan alternatif, kata Syafrizal, jalan Padang- Bukitinggi
masih memungkinkan diperlebar. “Saya rasa jalur Padang- Bukitinggi yang
melewati Lembah Anai itu, masih memungkinkan diperlebar samping kiri dan
kanan sepanjang 2 meter,” tuturnya.



Ketua ASITA Sumbar, Ian Hanafiah juga meminta  pemerintah Sumbar segera
mengatasi kemacetan lalu lintas di ruas Padang- Bukitinggi, Padang-Solok
dan Padang-Pesisir Selatan yang dikenal sangat banyak memiliki objek
wisata. Kalau kemacetan seolah dibiarkan seperti sekarang, maka bisa
membuat pariwisata tak berkembang baik.



“Orang jadi malas ke luar rumah karena tak mau terjebak macet. Padahal,
dengan banyaknya orang berwisata, usaha  pariwisata dan masyarakat
mendapatkan keuntungan. Informasi yang saya terima, ada perantau yang
berencana  berwisata ke Bukittinggi batal karena macet total. Mestinya, ini
sudah diantisipasi sejak awal,” kata Ian.



Pengamat tata ruang dari UBH, Eko Alvares mengatakan, pemerintah Sumbar
perlu membuat sistem transportasi massal untuk mengurai kemacetan lalu
lintas. Saat ini kendaraan pribadi lebih dominan ketimbang moda
transportasi umum. Pertumbuhan kendaraan tak sebanding dengan peningkatan
ruas jalan.



Kepala Dinas Prasaran Jalan Tata Ruang dan Permukiman (Prasjal Tarkim)
Sumbar, Suprapto mengatakan, tahun ini Pemprov Sumbar mendapatkan anggaran
Rp 1,5 triliun untuk peningkatan pembangunan  infrastruktur. Dengan
rincian, Rp 1,2 triliun untuk jalan nasional dan Rp 300 miliar untuk
pembangunan jalan dan jembatan. Ada peningkatan anggaran Rp 200 miliar.



Suprapto menuturkan, ruas jalan yang ditangani provinsi bertambah. Ada
tambahan 1.100 km jalan provinsi yang berasal dari penyerahan penanganan
jalan dari kota dan kabupaten. “Meskipun jalan di Sumbar cukup mulus, namun
ruas jalannya belum terlalu lebar. Paling hanya 6 meter. Kalau dinaikkan
status jalannya, otomatis akan diperlebar pusat. Ini kan juga bisa mengurai
kemacetan dan memudah arus transportasi di Sumbar,” jelasnya.



*Padang-Bukittinggi 12 Jam*



Sementara itu, pantauan Padang Ekspres kemarin, arus lalu lintas
Padang-Bukittinggi, Padang-Solok dan Padang-Pesisir Selatan masih terdapat
sejumlah titik kemacetan, tapi tidak terlalu parah. Masyarakat yang balik
ke Padang untuk masuk kerja mulai hari ini (12/8), diperkirakan sudah mulai
balik sehari sebelumnya.



Memasuki H+4 Lebaran, arus lalu lintas di Padangpanjang mulai padat dan
mengakibatkan kemacetan panjang. Akibatnya, pengendara yang biasanya sampai
ke tujuan dengan waktu 2 jam, harus menghabiskan waktu lebih dari lima jam
untuk sampai ke tujuan. Untuk mengurai kemacetan, Polresta Padangpanjang
memberlakukan sistem buka tutup di setiap persimpangan.



“Kami berangkat dari Padang sejak pukul 10 pagi tadi. Tapi, sudah jam dua
kami masih saja berada di Padangpanjang. Arus lalu lintas sangat padat
sejak kami baru keluar dari Padang tadi,” kata Eki, 26, salah satu
pengendara yang ingin berlibur ke Bukittinggi bersama keluarganya.



Puncak kemacetan terjadi pada H+3, hingga pukul 04.00 WIB, Minggu (11/8)
dini hari. Meski diawasi 350 personel gabungan Polri, TNI, Dishub dan
Satpol PP dari Kota Padangpanjang dan Tanahdatar, tapi jalan-jalan utama
yang melintasi pusat kota, nyaris tak dapat bergerak mulai pukul 15.00 WIB,
Sabtu (10/8) sore.



Kapolres Padangpanjang AKBP Djoni Hendra menyebut kemacetan akibat kualitas
jalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan tidak seimbang. Selain itu, juga
dipicu rendahnya kesadaran masyarakat dalam berkendaraan.



Kondisi kendaraan juga menjadi pemicu gangguan lalu lintas. Ada beberapa
kendaraan mogok di jalan raya sehingga menyebabkan kemacetan. “Kerusakan
banyak terjadi di pendakian Singgalangkariang,” terangnya.



Meski begitu, Kapolres menyebut tingkat kepadatan kendaraan tahun ini tidak
separah tahun lalu.



Wandi, 39, perantau Padangpanjang dari Jambi, harus rela waktunya habis di
jalan selama delapan jam untuk sampai ke Padangpanjang. Rombongan keluarga
Wandi, yang menggunakan mobil Kijang, mulai bergerak meninggalkan Padang
setelah gagal mendapatkan penginapan sekitar pukul 20.00. Dia tiba di rumah
di Kelurahan Bukitsurungan Padangpanjang pukul 04.00.  “Titik macet
terparah di kawasan Lembah Anai dan Kayutanam,” katanya.



Hendrik, 38, perantau Padang dari Pekanbaru, terjebak macet sejak pukul
17.00 WIB. Ayah beranak tiga itu memutuskan kembali ke Bukittinggi sekitar
pukul 22.00 WIB dan sampai pukul 02.00 WIB. “Kami sedianya mau mengunjungi
keluarga di Padang. Namun terjebak macet sangat lama di Padangpanjang, kami
memilih untuk kembali ke Bukittinggi walau juga macet,” ungkap Hendrik
ketika ditemui di objek wisata Minang Fantasi Padangpanjang. *
(ayu/cr4/w/cr3/wrd/t)*

[ Red/Administrator ]
http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=46446

Pada 12 Agustus 2013 13.45, Nofend St. Mudo <nof...@rantaunet.org> menulis:

> Oleh : Nofrins Napilus
>
> Pendiri dan Sekjen MPKAS
>



-- 
*
*
*Wassalam

*
*Nofend St. Mudo
37th/Cikarang | Asa: Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok Selatan
Tweet: @nofend <http://twitter.com/#!/@nofend> | YM: rankmarola
*

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke