2013/9/22 Zaid Dunil <zdu...@gmail.com>

Turis dari arabko ala jadi fenomena tersendiri pulo kini. Banyak harabtu
> nan tingga di daerah puncak (Jabar) dan berasimilasi jo penduduk setempat.
> Dek wanyo urang islam gampang ditarimo dek masyarakat. Tapi nan ambo indak
> abih pikia, soal caro urang arab tu menikahi urang urang pribumi setempat.
> Mereka banyak yang menikah dengan cara 'kawin kontrak'. Jangka waktunya
> ditetapkan , bisa 6 bulan , bisa setahun. Dan nikahnya dilakukan secara
> Islam. Setelah habis masa lakunya, kalau si arab masih ingin tinggal,
> kontraknya diperpanjang, kalau sudah waktunya dia pulang ke negerinya, dia
> pergi tanpa beban. Kontrak habis dan si isteri nampaknya juga menerima saja
> keadaan itu. Dan si istri mungkin pula menikah lagi dengan arab lainnya,
> dinikahkan secara Islam. Apo caro saromanko dibuliahkan di agamo awak.
> Buliah indak buliah dek agamo , mudah2an jaan sampai arab arab kelas nan
> bantuak itu manjadi turih lo lamo lamo ka kampuang awak.
>

Pak Zaid yang saya hormati,

Sepertinya kurang pas jika kita menggeneralisasi suku atau bangsa tertentu,
Pak. Terlebih dalam permasalahan kawin kontrak ini, benang merahnya
bukanlah suku atau bangsanya, tetapi lebih ke masalah pemahaman dan syahwat
yang tidak dimonopoli suku dan bangsa tertentu.

Masalah syahwat bukan masalah asing di negeri kita yang saya kira tidak
perlu dijelaskan lagi. Namun, saya cukup yakin bahwa dalam kasus prostitusi
konvensional para pelakunya sadar bahwa yang dilakukannya adalah kejelekan.

Masalah di area puncak memiliki aspek berbeda (dan hal ini menjadikannya
lebih berbahaya) adalah masalah pemahaman. Dengan sebutan nikah kontrak
(atau nikah mut'ah), praktik tersebut tidak dianggap kejelekan oleh
pelakunya. Bahkan dalam pemahaman mereka praktik tersebut dianggap pula
sebagai ibadah. Nah, pemahaman ini merupakan bagian dari agama Syi'ah
(bukan agama Islam karena Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam telah
menyatakan haramnya nikah mut'ah). Oleh sebab itu, yang perlu kita waspadai
bukanlah turis Arab, tetapi penyebar agama Syi'ah, baik dari Arab ataupun
selainnya.

Allahu Ta'aala a'laam.

Wassalaam,
-- 
Abu 'Abdirrahman, Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke