Berkaitan jo carito ajo Duta, iko film ttg pembantaian PKI di Medan mandapek penghargaan. http://www.jawaban.com/index.php/mobile/entertain/detail/color/blue/id/249/news/140122102734/limit/0/Film-tentang-PKI-Masuk-Nominasi-di-2-Penghargaan-Bergengsi.html
Salam, Zorion Anas, 58, Padang Pada 2014 1 25 15:32, "Akmal Nasery Basral" <ak...@rantaunet.org> menulis: > Rina Permadi manulih: > > "Siapo tau novel tu bisa berkekuatan sarupo Novel *Presiden Prawiranegara*. > Dan meluruskan sejarah bahwa Sumbar dan urang Minang ini bukan hanya > sekedar wilayah pemberontak." > > ANB: > > Ayo, Rky Rina, tulihlah novel sejarah tu, In syaa Allah bisa. Perbanyak > saja membaca novel-novel dengan genre sejenis, baik kejadian di luar negeri > mau pun di luar negeri. Salah satunyo adolah *Napoleon dari Tanah > Rencong* tentang DI/TII Aceh yang deskripsi dan narasinya jauh labiah > padek dari Presiden Prawiranegara (dek maso riset dan penulisan juo labiah > lamo). > > Kurangi membaca novel genre lain (setidaknya untuk saat ini), sehingga > memperkuat stimulus dan inspirasi dalam pencarian bentuk penceritaan untuk > (calon) novel Rina,. > > Wass, > > ANB > 45, Cibubur > > PS: Sebagai pemancing awal, iko resensi novel *Napoleon dari Tanah > Rencong *nan ditulih penyair-budayawan Aceh, Fikar W. Eda, di Serambi > Indonesia, duo pakan silam. Semoga bermanfaat. > > Kisah 'Napoleon' Menentang Wali Negara > Minggu, 12 Januari 2014 13:42 WIB > > NAPOLEON dari Tanah Rencong, memberi lukisan hidup tentang sosok Hasan > Saleh, salah seorang figur sentral dalam peristiwa pergolakan DI/TII Aceh. > > Dituturkan dalam bentuk karya novel, membuat kisah 'Sang Napoleon' jauh > dari kesan menggurui atau ingin mendominiasi peristiwa sejarah. Novel ini > memang bukan novel sejarah, melainkan novel dengan latar sejarah yang > mengalir cair pada tiap halaman dan bab. > > Novel ini ditulis Akmal Nasery Basral, yang pernah bekerja sebagai > wartawan sejumlah majalah berita terkemuka di Indonesia. Tangan dingin > Akmal telah melahirkan sederet novel seperti; *Naga Bonar Jadi 2 *(2007), > *Sang > Pencerah *(2010), *Batas* (2011), *Presiden Prawiranegara *(2011), *Anak > Sejuta Bintang* (2012). > > 'Napoleon dari Tanah Rencong' diterbitkan PT Gramedia Jakarta, 2013, > merupakan hasil riset mendalam tentang kehidupan Hasan Saleh dan sepak > terjangnya dalam panggung sejarah Aceh. Akmal menghabiskan waktu tiga tahun > untuk kerja riset tersebut. Istilah 'Napoleon', menurut catatan Iqbal > Hasan, putra Hasan Saleh, bersumber dari Hasan Saleh sendiri yang > membandingkannya dengan Napoleon Bonaparte di Prancis. "Iqbal, lihat peta > Prancis itu. Kan tidak besar-besar sekali juga Prancis itu? Kalau di sana > ada Napoleon sebagai panglima perang yang jago, lalu apa bedanya dengan > bapak di Aceh," kenang Iqbal tentang percakapan dirinya dengan sang ayah. > Alasan itulah yang kemudian dipilih jadi judul novel dengan gambar sampul > depan sebilah rencong milik Hasan Saleh. > > Dibuka dengan peristiwa masa kecil 'Sang Napoleon' di Desa Pulo Kameng, > Metareum, Pidie, kita--pembaca--mula-mula diperkenalkan dengan tingkah bocah > 'Napoleon' dalam keluarga single parent Cut Manyak. Tingkah Hasan Saleh > kecil dilukiskan begitu hidup dan interaksinya dengan ketiga saudaranya > yang lain memperlihatkan keluarga itu rukun-harmonis, walau pun mereka > empat bersaudara dari tiga ayah yang berbeda. Paling sulung Ismail Syekh, > berasal dari ayah Muhammad Syeh, yang kemudian meninggal dunia. Cut Manyak > menikah dengan Muhammad Saleh, yaitu abang dari Muhammad Syekh. Dari > perkawinan dengan Muhammad Saleh, lahir Ibrahim Saleh dan Hasan Saleh. > > Tapi pernikahan kandas di tengah jalan. Perjalanan waktu mempertemukan > dengan Tgk Muhammad Aly, yang kelak menjadi suami ketiganya. Perkawinan itu > melahirkan seorang anak laki-laki bernama Yacob Aly, yang berbeda umur 5 > tahun dengan Hasan Saleh. > > 'Napoleon' tumbuh sebagai anak cerdas, lincah, dan panjang akal pada > situasi sulit. Hasan Saleh menjalani masa kecil di zaman Belanda, > dilajutkan zaman Jepang dan zaman Kemerdekaan ketika memasuki usia dewasa. > Ia juga menjalani konflik sosial peristiwa Cumbok. > > Hasan Saleh sejak kecil mengikuti pendidikan agama dan menguasai bahasa > Arab sangat baik. Sedangkan bahasa latin, sama sekali tidak ia kuasai, > bahkan menulis nama sendiripun sulitnya minta ampun. > > Belakangan, Hasan Saleh lebih dikenal sebagai sosok militer. Itu diawali > dari pendidikan militer di sekolah militer Jepang di Lhokseumawe, Kembu > Yoin. Di sana pula ia berkenalan dengan Teuku Syamun Gaharu, Teuku Abdullah > Titeu, Teuku Abdurrahman Keumangan, dan lain-lain. > > Karir militer Hasan Saleh terbilang cemerlang. Ketika berpangkat Kapten > TNI, Hasan Saleh yang memimpin batalion "Seulawah Jantan" ditugaskan > memadamkan pemberontaakan Kahar Muzakar di Sulawesi dan pemberontakan > Republik Maluku Selatan (RMS). > > Seluruh misi itu berhasil dijalankannya dengan hasil sangat baik. Ketika > berhadapan dengan Kahar Muzakar, Hasan Saleh bahkan tidak perlu memuntahkan > satu pelurupun di medan perang, karena langsung dicapai kesepakatan damai > dan pasukan Kahar Muzakar turun gunung. > > Pada bagian lain, novel ini juga memperlihatkan keteguhan hati Hasan Saleh > terhadap prinsip, meski harus berhadapan dengan atasannya. Ia pernah > menolak perintah KASAD Kolonel A Haris Nasution untuk mengembalikan senjata > ketika pasukan Batalion 110 Seulawah Jantan yang dipimpinnya bertugas di > Sulawesi. > > Keteguhan sikap itu juga tercermin pada perundingan 'Misi Hardi', di mana > Hasan Saleh sama sekali tidak beranjak dari sikapnya untuk meminta > keistimewaan Aceh. > > Ia juga berkali-kali bersitegang dengan Wali Negara Daud Beureueh, > pemimpin tertinggi DI/TII. Puncak ketegangan terjadi saat Hasan Saleh > selaku Penguasa Perang memutuskan mengambil alih seluruh kekuasaan sipil > dan militer dari tangan Wali Negara Abu Daud Beureueh. Drama pertentangan > tersebut diceritakan dalam Bab 24; 'Kembali ke Pangkuan Republik.' > > Peristiwa tersebut terjadi pada 15 Maret 1959. Hasan Saleh tak punya > pilihan lain setelah pertentangan dengan Wali Negara Daud Beureuh pada > Rapat Cubo yang memecat Hasan Saleh dan Ayah Gani selaku Wakil Perdana > Menteri DI dengan tidak hormat karena dianggap mengkhianati perjuangan. > > Alasan pemecatan Hasan Saleh dan Ayah Gani, karena Wali Negara Daud > Beureueh mengetahui kedua tokoh tersebut bertemu dan berunding dengan > Jenderal AH Nasution di Kutaradja. Dalam pertemuan itu Jenderal Nasution > melobi Hasan Saleh agar memilih jalan damai, bukan jalan perang seperti > yang dipidatokan Wali Negara Daud Beureueh dalam satu kesempatan di > Lhokseumawe. Ketika itu Wali Negara bersikukuh ingin tetap melanjutkan > perang. "Saya tahu Teungku Daud Beureueh tak mau berdamai. Dia bilang akan > bergerak 1 Januari 1959, sepuluh hari lagi. Itu sebabnya saya memilih > berbicara dengan saudara lebih dulu, sebagai Menteri Urusan Perang. Jika > ingin berdamai saya tidak akan berbuat apa-apa. Tapi kalau mau berperang, > kami akan lebih dulu bergerak," kata Jenderal Nasution. > > Dialog 'negosiasi' dilukiskan berlangsung alot hingga sampai kepada > kuputusan bahwa Hasan Saleh menjamin keamanan Aceh dan akan menggagalkan > usaha untuk berperang kembali seperti yang sebelumnya diumumkan Wali Negara > Daud Beureueh. Hasan Saleh menyampaikan tuntutan diberikannya peningkatan > status Aceh sebagai 'negara bagian.' > > Hasil pertemuan dengan Jenderal Nasution disampaikan Hasan Saleh kepada > Ketua Majelis Syura Amir Husin Al Mujahid, dan menyatakan sependapat dengan > Hasan Saleh untuk menyudahi perang. "Sekarang setelah jalan ke luar dari > masalah ini ditemukan, kita wajib menentang kemauan Wali Negara karena > kepentingan rakyat jauh lebih penting dibanding kepentingan seseorang," > kata Amir Husin. > > Wali Negara Daud Beureueh merespons pertemuan Hasan Saleh dengan Amir > Husin Al Mujahid dengan menggelar pertemuan di Cubo dengan mengundang > seluruh komandan resimen dan pemuka masyarakat sipil, termasuk menteri > dalam negeri dan menteri kehakiman. Amir Husein tak diundang, tapi > berinisiatif datang sendiri ke rapat tersebut. Peserta rapat menjadi > terbelah dua, mendukung Wali Negara dan menolaknya. Belakangan suara > mayoritas mendukung Wali Negara untuk memecat Hasan Saleh dan Ayah Gani > dari jabatannya dengan tidak hormat. Ketika peristiwa itu berlangsung, > Perdana Menteri DI, Hasan Aly sedang berada di Amerika. Tiba di Aceh, Hasan > Aly mencoba melobi Wali Negara untuk membatalkan keputusannya. > > Sampai 14 Maret 1959, tenggat waktu yang diberikan, tak ada jawaban dari > perdana menteri. Esoknya, 15 Maret 1959, mengumumkan pengambilalihan > seluruh kekuasaan dari Wali Negara Daud Beureueh olehnya selaku Penguasa > Perang NBA-NII. "Kemudian kekuasaan saya limpahkan kembali kepada Dewan > Revolusi dengan tugas pokok untuk menyelesaikan pemberontakan di Aceh," > ujar Hasan Aly ketika di Metareum. > > Dewan Revolusi diketuai Ayah Gani, Wakil Ketua dan Panglima Militer Hasan > Saleh, Sekjend A Gani Mutiara, Penasihat Militer Husin Yusuf, Penasihat > Sipil T Amin, Penata Keuangan TA Hasan dan Penghubung Dewan Revolusi dengan > Pemerintah RI Ishak Amin. > > Sidang pertama Dewan revolusi dilakukan dengan mengangkat Teungku Amir > Husin Al Mujahid sebagai Wali Negara yang baru (halaman: 486). > > * Peristiwa lucu* > Selain menyimpan unsur-unsur ketegangan, novel ini juga memuat berbagai > peristiwa lucu. Hasan Saleh dengan gampang menjuluki pelatih militer Jepang > yang kejam sebagai 'Si Parot' karena kejengkelannya terhadap perilaku kejam > si Jepang yang menjadi pelatih di sekolah militer. > > Peristiwa lucu lainnya adalah ketika Hasan Saleh berada di Malaysia. > Secara kebetulan ia bertemu dengan sejumlah prajurit TNI yang transit dan > prajurit itu berbincang mengenai 'sosok' Hasan Saleh yang misterius, > bergerilya di hutan Aceh. Dengan fasih, prajurit tersebut menyebut Hasan > Saleh sebagai orang yang ditakuti dan kepalanya dihargai jutaan rupiah. > > Prajurit tersebut baru saja kembali dari dinas di Aceh menumpas > pemberontakan DI/TII. Sama sekali tidak diketahui bahwa orang yang sedang > dibincangkan itu ada di hadapan mereka. > > Hasan Saleh juga sosok romantis. Ini diperlihatkan bagaimana dia 'jatuh > hati' kepada Cut Asiah, muridnya yang cantik, dan kelak menjadi pendamping > hidupnya. Ia benar-benar takluk kepada gadis itu. > > Novel ini, menurut saya, telah memperkaya pengetahuan mengenai berbagai > peristiwa bersejarah di Aceh. Gaya penulisan seperti ini merupakan pilihan > yang tepat, imajinasi pembaca dengan mudah terbenam dalam setiap peristiwa > yang ditampilkan. Pembaca bisa merasakan efek-efek dramatik dari setiap > kejadian. > > Ke depan, kita tentu mengharapkan lahirnya novel-novel lain tentang Aceh. > Ibarat buku, Aceh tidak akan habis dibaca dalam satu malam. Aceh harus > terus dibaca sepanjang masa dengan beragam peristiwa dan aktor-aktornya. > Inilah, salah satu bentuk kekayaan lain dari negeri yang bernama Aceh.*(fikar > w.eda)* > Editor: hasyim > > > > Pada 24 Januari 2014 09.35, Rina Permadi <r...@rantaunet.org> menulis: > >> Batua dan tarimo kasih Mamanda JB, Mamak Ajo Duta, Pak Saaf, Pak >> Wannofri, Mak Maturidi, Mak MM, Amak ambo Bundo Evy, jo adidunsanak palanta >> nah, >> >> >> >> Banyak maaf untuak Rangtuo kami di Palanta ko, >> >> >> >> Rina barusan bbrp hari nan lewt mambaco ulang Novel abad pertengahan Gone >> with the wind. Disinan banyak digambarkan banyak sekali kekejaman parang >> ko. Antaro Orang Konfederat, Orang Yankee jo Negro nan ikuik mandapek hati >> dek orang Yankee mambuek mereka dibebaskan dari perbudakan. Baa kondisi >> mereka pasca perang nan sangat menyedihkan bagi orang Konfederat. Banyak >> bana polemiknyo sahinggo ambo jadi agak bisa mambayangan parang PRRI ko. >> >> >> >> Walaupun ambo banyak dapek carito nan mambaco banyak keterangan tapi nan >> disabuikkan kebanyakan kesimpulan masyarakat umum bukan perasaan hati urang >> nan mengalami. Papapun, Rina raso banyak manyembunyikan raso hati nan liau >> rasokan sabananyo. Baitupun Mak Ngah, mambaco kisah pertemuan imajiner nan >> ditulih Uda ambo Da Andiko, Mak Ngahpun baurai aia mato mambaconyo. >> >> >> >> Saketek gambaran nan agak berani hanyo dari Mak Mantiko alias Alm. Charl >> Chairul di novel liau Ketika Merah Putih Terkoyak. Dimano isi di dalamnyo >> Rina yakin maambiak settingan nan tajadi di kampuang dan seputaran rumah >> nenek kami dari beberapa wawancara yang Rina dapek dari urangtuo nan indak >> nio dipublikasikan. Bahkan Mak Charl Chairul menggambarkan indak mode nan >> sabananyo dimano sabananyo labiah parah. >> >> >> >> Nan jaleh PRRI adolah jaleh parang nan sangat menyakitkan perasaan >> siapopun maso tu. Mereka indak bermusuhan awalnyo malah kawan, keluarga dan >> senasib sepenanggungan samo2 pembela Negara. Indak samo jo Sipil War 1836 >> nan memang terjadi dek kebencian kedua belah pihak. CMIIW >> >> >> >> Pembicaraan tentang PRRI ko terkadang jadi bahan nan lucu katiko ado nan >> mambuek galak dicaritokan Papa. Tapi Mama rina protes, kini se nan dapek >> galak noh, saisuak kalau gau tau Piak nagari parang tun cando aaa.. iyo >> antahlah kadisabuik. Indak talulua angok doh," kecek Mama. Mama juo >> mengalami sebab waktu PRRI Mama tengah dimasa kegadisan baliau, pertengahan >> SMP. Kudian Mama dilindungi dek Pak Camat Datuak Rangkayo Basa dan jadi >> anak mudo kesayangan beliau sebab nio patuah dan mambantu program2 APRI di >> kampuang kami. Dan di maso yang samo Papa jadi buruan tentara APRI di >> rimbo2 sebab menjadi tentara pelajar satalah ditangkok karena jadi anggota >> PMI nan dicurigai jadi tentara lua. Sungguh ironis. >> >> >> >> Walaupun paik dan sadis, tapi izinkanlah kami nan mudo2 untuak turuik >> bisa tau kemalangan di maso PRRI ko. Buku sejarah dan tinjauan sejarah >> sabana indak bisa mamuehkan dan mewakili raso ingin tau hal detail, paralu >> bantuan ahli sastra untuak mengungkapkan kondisi real bisa dirasokan. >> Sialaih salain novel Enrico dan Ketiko Merah Putih Terkoyak, samo2 kito >> tunggu tanggal terbitnyo the next novelnyo. Siapo tau novel tu bisa >> berkekuatan sarupo Novel Presiden Prawiranegara. Dan meluruskan sejarah >> bahwa Sumbar dan urang Minang ini bukan hanya sekedar wilayah pemberontak. >> Kalau indak ado pimpinan sipil takah Buya Natsir atau Pak Syafruddin >> Prawiranegara, mungkin alah jadi perang dunia dimano kekuatan Cina, Rusia, >> Amerika, Inggris dan Australia batamu mampasokok-an pulau nagari kito ko. >> >> >> >> Bukan sejarah Negara lain atau daerah lain nan kami ingin tau tu, tapi >> daerah kampuang sorang, masakan para Urangtuo kami di palanta indak nio >> mambagi-baginyo. >> >> >> >> Wassalam >> >> Rina, 36, Batam >> >> >> >> *From:* rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantaunet@googlegroups.com] *On >> Behalf Of *Zubir Amin >> *Sent:* Friday, January 24, 2014 7:14 AM >> *To:* RantauNet Group >> >> *Subject:* Re: [R@ntau-Net] Adakah cerita Organisasi Pemuda Rakyat (OPR) >> underbow PKI, Gerwani dll --> kajian komprehensif ttg PRRI. >> >> >> >> Dd Dut n kel nn sadang kadinginan di Virginia DC or NY(?)-maaf Ajo lupo) >> n sanak palanta nn berbahagia. >> >> Bergidik tu baso awak e' 'manyagkak bulu kuduak or. maramang bulu kuduak' >> dek ketakutan atas sesuatu nn angker. Biaso e' keadaan itu muncul kalau >> melewati kuburan2 dimalam hari surang diri or rumah2 kosong or takajuik dek >> 'suatu peristiwa' nn dilua nalar nn normal aghah nn dd alami itu. >> Soal keinginan dd tuk menggentian subject nn sadang di pacatuihkan di >> Palanta ini,buliah2 je tapi tolong dipikia n dirasokan parasoan para sanak >> kito nn jadi korban dek keganasan n kebiadaban PKI cq OPR nn membantai >> mereka pd maso mereka dapek angin ukatu PRRI dulu atas batuan apri cq >> personil div diponegora nn ditugaskan di Sumbar.. >> Ajo menjadi salah surang saksi sejarah di Piaman atas tindakan barbar n >> sadisistis kedua belah pihak baik nn dilakukan oleh PKI cq OPR plus oknum >> div diponegoro terhadap orang2 nn mereka duga anggota,pengikut,simpa tusan >> PRRI pd masa2 1958-1959/60 maupun nn dilakukan oleh mereka2 nggota prri or >> simpatisannya sebagai aksi balas dendam kpd anggota PKI n ormas2 nn >> menjaadi mantel PKI cq OPR sesudhah G30S/PKI. >> Memang tagak bulu kuduak awak kiniko kalau mangana kekejaman2 kedua belah >> pihak terhadap lawan2 mereka.Bagi sipelaku2 dulu,perbuatan mereka adalah >> semacam tinda kan 'kepahlawan' nn penting musuh hrs dibunuh or dihancurkan >> tanpa merasa salah. >> Itulah dd 'seni sejarah kemanusiaan' nn tajadi di saan tero dunia ini >> tamaasuak di Ina cq Sumbar.Hukum alam? Antahlah! >> JB,DtRJ,75thn - senek,s >> >> -- >> . >> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat >> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ >> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. >> =========================================================== >> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: >> * DILARANG: >> 1. Email besar dari 200KB; >> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; >> 3. Email One Liner. >> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta >> mengirimkan biodata! >> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting >> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply >> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & >> mengganti subjeknya. >> =========================================================== >> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: >> http://groups.google.com/group/RantauNet/ >> --- >> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari >> Grup Google. >> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, >> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . >> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out. >> > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: > * DILARANG: > 1. Email besar dari 200KB; > 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; > 3. Email One Liner. > * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta > mengirimkan biodata! > * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > --- > Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari > Grup Google. > Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, > kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . > Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out. > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.