Berkaitan jo carito ajo Duta, iko film ttg pembantaian PKI di Medan
mandapek penghargaan.
http://www.jawaban.com/index.php/mobile/entertain/detail/color/blue/id/249/news/140122102734/limit/0/Film-tentang-PKI-Masuk-Nominasi-di-2-Penghargaan-Bergengsi.html

Salam,
Zorion Anas, 58, Padang
Pada 2014 1 25 15:32, "Akmal Nasery Basral" <ak...@rantaunet.org> menulis:

> Rina Permadi manulih:
>
> "Siapo tau novel tu bisa berkekuatan sarupo Novel *Presiden Prawiranegara*.
> Dan meluruskan sejarah bahwa Sumbar dan urang Minang ini bukan hanya
> sekedar wilayah pemberontak."
>
> ANB:
>
> Ayo, Rky Rina, tulihlah novel sejarah tu, In syaa Allah bisa. Perbanyak
> saja membaca novel-novel dengan genre sejenis, baik kejadian di luar negeri
> mau pun di luar negeri.  Salah satunyo adolah *Napoleon dari Tanah
> Rencong* tentang DI/TII Aceh yang deskripsi dan narasinya jauh labiah
> padek dari Presiden Prawiranegara (dek maso riset dan penulisan juo labiah
> lamo).
>
> Kurangi membaca novel genre lain (setidaknya untuk saat ini), sehingga
> memperkuat stimulus dan inspirasi dalam pencarian bentuk penceritaan untuk
> (calon) novel Rina,.
>
> Wass,
>
> ANB
> 45, Cibubur
>
> PS: Sebagai pemancing awal, iko resensi novel *Napoleon dari Tanah
> Rencong *nan ditulih penyair-budayawan Aceh, Fikar W. Eda, di Serambi
> Indonesia, duo pakan silam. Semoga bermanfaat.
>
> Kisah 'Napoleon' Menentang Wali Negara
> Minggu, 12 Januari 2014 13:42 WIB
>
> NAPOLEON dari Tanah Rencong, memberi lukisan hidup tentang sosok Hasan
> Saleh, salah seorang figur sentral dalam peristiwa pergolakan DI/TII Aceh.
>
> Dituturkan dalam bentuk karya novel, membuat kisah 'Sang Napoleon' jauh
> dari kesan menggurui atau ingin mendominiasi peristiwa sejarah. Novel ini
> memang bukan novel sejarah, melainkan novel dengan latar sejarah yang
> mengalir cair pada tiap halaman dan bab.
>
> Novel ini ditulis Akmal Nasery Basral, yang pernah bekerja sebagai
> wartawan sejumlah majalah berita terkemuka di Indonesia. Tangan dingin
> Akmal telah melahirkan sederet novel seperti; *Naga Bonar Jadi 2 *(2007), 
> *Sang
> Pencerah *(2010), *Batas* (2011), *Presiden Prawiranegara *(2011), *Anak
> Sejuta Bintang* (2012).
>
> 'Napoleon dari Tanah Rencong' diterbitkan PT Gramedia Jakarta, 2013,
> merupakan hasil riset mendalam tentang kehidupan Hasan Saleh dan sepak
> terjangnya dalam panggung sejarah Aceh. Akmal menghabiskan waktu tiga tahun
> untuk kerja riset tersebut. Istilah 'Napoleon', menurut catatan Iqbal
> Hasan, putra Hasan Saleh, bersumber dari Hasan Saleh sendiri yang
> membandingkannya dengan Napoleon Bonaparte di Prancis. "Iqbal, lihat peta
> Prancis itu. Kan tidak besar-besar sekali juga Prancis itu? Kalau di sana
> ada Napoleon sebagai panglima perang yang jago, lalu apa bedanya dengan
> bapak di Aceh," kenang Iqbal tentang percakapan dirinya dengan sang ayah.
> Alasan itulah yang kemudian dipilih jadi judul novel dengan gambar sampul
> depan sebilah rencong milik Hasan Saleh.
>
> Dibuka dengan peristiwa masa kecil 'Sang Napoleon' di Desa Pulo Kameng,
> Metareum, Pidie, kita--pembaca--mula-mula diperkenalkan dengan tingkah bocah
> 'Napoleon' dalam keluarga single parent Cut Manyak. Tingkah Hasan Saleh
> kecil dilukiskan begitu hidup dan interaksinya dengan ketiga saudaranya
> yang lain memperlihatkan keluarga itu rukun-harmonis, walau pun mereka
> empat bersaudara dari tiga ayah yang berbeda. Paling sulung Ismail Syekh,
> berasal dari ayah Muhammad Syeh, yang kemudian meninggal dunia. Cut Manyak
> menikah dengan Muhammad Saleh, yaitu abang dari Muhammad Syekh. Dari
> perkawinan dengan Muhammad Saleh, lahir Ibrahim Saleh dan Hasan Saleh.
>
> Tapi pernikahan kandas di tengah jalan. Perjalanan waktu mempertemukan
> dengan Tgk Muhammad Aly, yang kelak menjadi suami ketiganya. Perkawinan itu
> melahirkan seorang anak laki-laki bernama Yacob Aly, yang berbeda umur 5
> tahun dengan Hasan Saleh.
>
> 'Napoleon' tumbuh sebagai anak cerdas, lincah, dan panjang akal pada
> situasi sulit. Hasan Saleh menjalani masa kecil di zaman Belanda,
> dilajutkan zaman Jepang dan zaman Kemerdekaan ketika memasuki usia  dewasa.
> Ia juga menjalani konflik sosial peristiwa Cumbok.
>
> Hasan Saleh sejak kecil mengikuti pendidikan agama dan menguasai bahasa
> Arab sangat baik. Sedangkan bahasa latin, sama sekali tidak ia kuasai,
> bahkan menulis nama sendiripun sulitnya minta ampun.
>
> Belakangan, Hasan Saleh lebih dikenal sebagai sosok militer. Itu diawali
> dari pendidikan militer di sekolah militer Jepang di Lhokseumawe, Kembu
> Yoin. Di sana pula ia berkenalan dengan Teuku Syamun Gaharu, Teuku Abdullah
> Titeu, Teuku Abdurrahman Keumangan, dan lain-lain.
>
> Karir militer Hasan Saleh terbilang cemerlang. Ketika berpangkat Kapten
> TNI, Hasan Saleh yang memimpin batalion "Seulawah Jantan" ditugaskan
> memadamkan pemberontaakan Kahar Muzakar di Sulawesi dan pemberontakan
> Republik Maluku Selatan (RMS).
>
> Seluruh misi itu berhasil dijalankannya dengan hasil sangat baik. Ketika
> berhadapan dengan Kahar Muzakar, Hasan Saleh bahkan tidak perlu memuntahkan
> satu pelurupun di medan perang, karena langsung dicapai kesepakatan damai
> dan pasukan Kahar Muzakar turun gunung.
>
> Pada bagian lain, novel ini juga memperlihatkan keteguhan hati Hasan Saleh
> terhadap prinsip, meski harus berhadapan dengan atasannya. Ia pernah
> menolak perintah KASAD Kolonel A Haris Nasution untuk mengembalikan senjata
> ketika pasukan Batalion 110 Seulawah Jantan yang dipimpinnya bertugas di
> Sulawesi.
>
> Keteguhan sikap itu juga tercermin pada perundingan 'Misi Hardi', di mana
> Hasan Saleh sama sekali tidak beranjak dari sikapnya untuk meminta
> keistimewaan Aceh.
>
> Ia juga berkali-kali bersitegang dengan Wali Negara Daud Beureueh,
> pemimpin tertinggi DI/TII. Puncak ketegangan terjadi saat Hasan Saleh
> selaku Penguasa Perang memutuskan mengambil alih seluruh kekuasaan sipil
> dan militer dari tangan Wali Negara Abu Daud Beureueh. Drama pertentangan
> tersebut diceritakan dalam Bab 24; 'Kembali ke Pangkuan Republik.'
>
> Peristiwa tersebut terjadi pada 15 Maret 1959. Hasan Saleh tak punya
> pilihan lain  setelah pertentangan dengan Wali Negara Daud Beureuh pada
> Rapat Cubo yang memecat Hasan Saleh dan Ayah Gani selaku Wakil Perdana
> Menteri DI dengan tidak hormat karena dianggap mengkhianati perjuangan.
>
> Alasan pemecatan Hasan Saleh dan Ayah Gani, karena Wali Negara Daud
> Beureueh mengetahui kedua tokoh tersebut bertemu dan berunding dengan
> Jenderal AH Nasution di Kutaradja. Dalam pertemuan itu Jenderal Nasution
> melobi Hasan Saleh agar memilih jalan damai, bukan jalan perang seperti
> yang dipidatokan Wali Negara Daud Beureueh dalam satu kesempatan di
> Lhokseumawe. Ketika itu Wali Negara bersikukuh ingin tetap melanjutkan
> perang. "Saya tahu Teungku Daud Beureueh tak mau berdamai. Dia bilang akan
> bergerak 1 Januari 1959, sepuluh hari lagi. Itu sebabnya saya memilih
> berbicara dengan saudara lebih dulu, sebagai Menteri Urusan Perang. Jika
> ingin berdamai saya tidak akan berbuat apa-apa. Tapi kalau mau berperang,
> kami akan lebih dulu bergerak," kata Jenderal Nasution.
>
> Dialog 'negosiasi' dilukiskan berlangsung alot hingga sampai kepada
> kuputusan bahwa Hasan Saleh menjamin keamanan Aceh dan akan menggagalkan
> usaha untuk berperang kembali seperti yang sebelumnya diumumkan Wali Negara
> Daud Beureueh. Hasan Saleh menyampaikan tuntutan diberikannya peningkatan
> status Aceh sebagai 'negara bagian.'
>
> Hasil pertemuan dengan Jenderal Nasution disampaikan Hasan Saleh kepada
> Ketua Majelis Syura Amir Husin Al Mujahid, dan menyatakan sependapat dengan
> Hasan Saleh untuk menyudahi perang. "Sekarang setelah jalan ke luar dari
> masalah ini ditemukan, kita wajib menentang kemauan Wali Negara karena
> kepentingan rakyat jauh lebih penting dibanding kepentingan seseorang,"
> kata Amir Husin.
>
> Wali Negara Daud Beureueh merespons pertemuan Hasan Saleh dengan Amir
> Husin Al Mujahid dengan menggelar pertemuan di Cubo dengan mengundang
> seluruh komandan resimen dan pemuka masyarakat sipil, termasuk menteri
> dalam negeri dan menteri kehakiman. Amir Husein tak diundang, tapi
> berinisiatif datang sendiri ke rapat tersebut. Peserta rapat menjadi
> terbelah dua, mendukung Wali Negara dan menolaknya. Belakangan suara
> mayoritas mendukung Wali Negara untuk memecat Hasan Saleh dan Ayah Gani
> dari jabatannya dengan tidak hormat. Ketika peristiwa itu berlangsung,
> Perdana Menteri DI, Hasan Aly sedang berada di Amerika. Tiba di Aceh, Hasan
> Aly mencoba melobi Wali Negara untuk membatalkan keputusannya.
>
> Sampai 14 Maret 1959, tenggat waktu yang diberikan, tak ada jawaban dari
> perdana menteri. Esoknya, 15 Maret 1959, mengumumkan pengambilalihan
> seluruh kekuasaan dari Wali Negara Daud Beureueh olehnya selaku Penguasa
> Perang NBA-NII. "Kemudian kekuasaan saya limpahkan kembali kepada Dewan
> Revolusi dengan tugas pokok untuk menyelesaikan pemberontakan di Aceh,"
> ujar Hasan Aly ketika di Metareum.
>
> Dewan Revolusi diketuai Ayah Gani, Wakil Ketua dan Panglima Militer Hasan
> Saleh, Sekjend A Gani Mutiara, Penasihat Militer Husin Yusuf, Penasihat
> Sipil T Amin, Penata Keuangan TA Hasan dan Penghubung Dewan Revolusi dengan
> Pemerintah RI Ishak Amin.
>
> Sidang pertama Dewan revolusi dilakukan dengan mengangkat Teungku Amir
> Husin Al Mujahid sebagai Wali Negara yang baru (halaman: 486).
>
> * Peristiwa lucu*
> Selain menyimpan unsur-unsur ketegangan, novel ini juga memuat berbagai
> peristiwa lucu. Hasan Saleh dengan gampang menjuluki pelatih militer Jepang
> yang kejam sebagai 'Si Parot' karena kejengkelannya terhadap perilaku kejam
> si Jepang yang menjadi pelatih di sekolah militer.
>
> Peristiwa lucu lainnya adalah ketika Hasan Saleh berada di Malaysia.
> Secara kebetulan ia bertemu dengan sejumlah prajurit TNI yang transit dan
> prajurit itu berbincang mengenai 'sosok' Hasan Saleh yang misterius,
> bergerilya di hutan Aceh. Dengan fasih, prajurit tersebut menyebut Hasan
> Saleh sebagai orang yang ditakuti dan kepalanya dihargai jutaan rupiah.
>
> Prajurit tersebut baru saja kembali dari dinas di Aceh menumpas
> pemberontakan DI/TII. Sama sekali tidak diketahui bahwa orang yang sedang
> dibincangkan itu ada di hadapan mereka.
>
> Hasan Saleh juga sosok romantis. Ini diperlihatkan bagaimana dia 'jatuh
> hati' kepada Cut Asiah, muridnya yang cantik, dan kelak menjadi pendamping
> hidupnya. Ia benar-benar takluk kepada gadis itu.
>
> Novel ini, menurut saya, telah memperkaya pengetahuan mengenai berbagai
> peristiwa bersejarah di Aceh. Gaya penulisan seperti ini merupakan pilihan
> yang tepat, imajinasi pembaca dengan mudah terbenam dalam setiap peristiwa
> yang ditampilkan. Pembaca bisa merasakan efek-efek dramatik dari setiap
> kejadian.
>
> Ke depan, kita tentu mengharapkan lahirnya novel-novel lain tentang Aceh.
> Ibarat buku, Aceh tidak akan habis dibaca dalam satu malam. Aceh harus
> terus dibaca sepanjang masa dengan beragam peristiwa dan aktor-aktornya.
> Inilah, salah satu bentuk kekayaan lain dari negeri yang bernama Aceh.*(fikar
> w.eda)*
>  Editor: hasyim
>
>
>
> Pada 24 Januari 2014 09.35, Rina Permadi <r...@rantaunet.org> menulis:
>
>>  Batua dan tarimo kasih Mamanda JB, Mamak Ajo Duta, Pak Saaf, Pak
>> Wannofri, Mak Maturidi, Mak MM, Amak ambo Bundo Evy, jo adidunsanak palanta
>> nah,
>>
>>
>>
>> Banyak maaf untuak Rangtuo kami di Palanta ko,
>>
>>
>>
>> Rina barusan bbrp hari nan lewt mambaco ulang Novel abad pertengahan Gone
>> with the wind. Disinan banyak digambarkan banyak sekali kekejaman parang
>> ko. Antaro Orang Konfederat, Orang Yankee jo Negro nan ikuik mandapek hati
>> dek orang Yankee mambuek mereka dibebaskan dari perbudakan.  Baa kondisi
>> mereka pasca perang nan sangat menyedihkan bagi orang Konfederat. Banyak
>> bana polemiknyo sahinggo ambo jadi agak bisa mambayangan parang PRRI ko.
>>
>>
>>
>> Walaupun ambo banyak dapek carito nan mambaco banyak keterangan tapi nan
>> disabuikkan kebanyakan kesimpulan masyarakat umum bukan perasaan hati urang
>> nan mengalami. Papapun, Rina raso banyak manyembunyikan raso hati nan liau
>> rasokan sabananyo. Baitupun Mak Ngah, mambaco kisah pertemuan imajiner nan
>> ditulih Uda ambo Da Andiko, Mak Ngahpun  baurai aia mato mambaconyo.
>>
>>
>>
>> Saketek gambaran nan agak berani hanyo dari Mak Mantiko alias Alm. Charl
>> Chairul di novel liau Ketika Merah Putih Terkoyak. Dimano isi di dalamnyo
>> Rina yakin maambiak settingan nan tajadi di kampuang dan seputaran rumah
>> nenek kami dari beberapa wawancara yang Rina dapek dari urangtuo nan indak
>> nio dipublikasikan. Bahkan Mak Charl Chairul menggambarkan indak mode nan
>> sabananyo dimano sabananyo labiah parah.
>>
>>
>>
>> Nan jaleh PRRI adolah jaleh parang nan sangat menyakitkan perasaan
>> siapopun maso tu. Mereka indak bermusuhan awalnyo malah kawan, keluarga dan
>> senasib sepenanggungan samo2 pembela Negara. Indak samo jo Sipil War 1836
>> nan memang terjadi dek kebencian kedua belah pihak. CMIIW
>>
>>
>>
>> Pembicaraan tentang PRRI ko terkadang jadi bahan nan lucu katiko ado nan
>> mambuek galak dicaritokan Papa. Tapi Mama rina protes, kini se nan dapek
>> galak noh, saisuak kalau gau tau Piak nagari parang tun cando aaa.. iyo
>> antahlah kadisabuik. Indak talulua angok doh," kecek Mama. Mama juo
>> mengalami sebab waktu PRRI Mama tengah dimasa kegadisan baliau, pertengahan
>> SMP. Kudian Mama dilindungi dek Pak Camat Datuak Rangkayo Basa dan jadi
>> anak mudo kesayangan beliau sebab nio patuah dan mambantu program2 APRI di
>> kampuang kami. Dan di maso yang samo Papa jadi buruan tentara APRI di
>> rimbo2 sebab menjadi tentara pelajar satalah ditangkok karena jadi anggota
>> PMI nan dicurigai jadi tentara lua. Sungguh ironis.
>>
>>
>>
>> Walaupun paik dan sadis, tapi izinkanlah kami nan mudo2 untuak turuik
>> bisa tau kemalangan di maso PRRI ko. Buku sejarah dan tinjauan sejarah
>> sabana indak bisa mamuehkan dan mewakili raso ingin tau hal detail, paralu
>> bantuan ahli sastra untuak mengungkapkan kondisi real bisa dirasokan.
>> Sialaih salain novel Enrico dan Ketiko Merah Putih Terkoyak, samo2 kito
>> tunggu tanggal terbitnyo the next novelnyo. Siapo tau novel tu bisa
>> berkekuatan sarupo Novel Presiden Prawiranegara. Dan meluruskan sejarah
>> bahwa Sumbar dan urang Minang ini bukan hanya sekedar wilayah pemberontak.
>> Kalau indak ado pimpinan sipil takah Buya Natsir atau Pak Syafruddin
>> Prawiranegara, mungkin alah jadi perang dunia dimano kekuatan Cina, Rusia,
>> Amerika, Inggris dan Australia batamu mampasokok-an pulau nagari kito ko.
>>
>>
>>
>> Bukan sejarah Negara lain atau daerah lain nan kami ingin tau tu, tapi
>> daerah kampuang sorang, masakan para Urangtuo kami di palanta indak nio
>> mambagi-baginyo.
>>
>>
>>
>> Wassalam
>>
>> Rina, 36, Batam
>>
>>
>>
>> *From:* rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantaunet@googlegroups.com] *On
>> Behalf Of *Zubir Amin
>> *Sent:* Friday, January 24, 2014 7:14 AM
>> *To:* RantauNet Group
>>
>> *Subject:* Re: [R@ntau-Net] Adakah cerita Organisasi Pemuda Rakyat (OPR)
>> underbow PKI, Gerwani dll --> kajian komprehensif ttg PRRI.
>>
>>
>>
>> Dd Dut n kel nn sadang kadinginan di Virginia DC or NY(?)-maaf Ajo lupo)
>> n sanak palanta nn berbahagia.
>>
>> Bergidik tu baso awak e' 'manyagkak bulu kuduak or. maramang bulu kuduak'
>> dek ketakutan atas sesuatu nn angker. Biaso e' keadaan itu muncul kalau
>> melewati kuburan2 dimalam hari surang diri or rumah2 kosong or takajuik dek
>> 'suatu peristiwa' nn dilua nalar nn normal aghah nn dd alami itu.
>> Soal keinginan dd tuk menggentian subject nn sadang di pacatuihkan di
>> Palanta ini,buliah2 je tapi tolong dipikia n dirasokan parasoan para sanak
>> kito nn jadi korban dek keganasan n kebiadaban PKI cq OPR nn membantai
>> mereka pd maso mereka dapek angin ukatu PRRI dulu atas batuan apri cq
>> personil div diponegora nn ditugaskan di Sumbar..
>> Ajo menjadi salah surang saksi sejarah di Piaman atas tindakan barbar n
>> sadisistis kedua belah pihak baik nn dilakukan oleh PKI cq OPR plus oknum
>> div diponegoro terhadap orang2 nn mereka duga anggota,pengikut,simpa tusan
>> PRRI pd masa2 1958-1959/60 maupun nn dilakukan oleh mereka2 nggota prri or
>> simpatisannya sebagai aksi balas dendam kpd anggota PKI n ormas2 nn
>> menjaadi mantel PKI cq OPR sesudhah G30S/PKI.
>> Memang tagak bulu kuduak awak kiniko kalau mangana kekejaman2 kedua belah
>> pihak terhadap lawan2 mereka.Bagi sipelaku2 dulu,perbuatan mereka adalah
>> semacam tinda kan 'kepahlawan' nn penting musuh hrs dibunuh or dihancurkan
>> tanpa merasa salah.
>> Itulah dd 'seni sejarah kemanusiaan' nn tajadi di saan tero dunia ini
>> tamaasuak di Ina cq Sumbar.Hukum alam? Antahlah!
>> JB,DtRJ,75thn - senek,s
>>
>>   --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>> 1. Email besar dari 200KB;
>> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>> 3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
>> Grup Google.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
>> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>>
>
>  --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Grup Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke