Mantaaab sekali tulisan kanda MN.
Apakah kami sebagai rakyat badarai bisa ikut menentukan strategic intent
arah bernegara ini. Karena suara 1/200 juta tidaklah mungkin mempengaruhi
oligapoli itu.
Mudah2an Allah bisa meluangkan lagi kesempatan si Melayu memperbaiki
dirinya setelah dipaksa tidur 66 tahun.

Salam. Darwin Chalidi. 64. Tangsel

Darwin Chalidi
On Feb 8, 2014 6:54 AM, "Mochtar Naim" <mochtarn...@yahoo.com> wrote:

>
> *Kawan2 di RN,*
> *Salam perjuangan ke masa depan.*
>
> *Berikut adalah tulisan saya yang saya tulis ketika berkunjung ke Tilburg,
> Holland, bulan Juli 2011 yl.*
> *Karena masalahnya masih relevan dan aktual dan perlu kita menentukan
> sikap dari sekarang, bagi yang belum sempat membacanya, silahkan baca, dan
> silahkan tanggapi untuk tujuan kita bersama dalam membangun negeri tercinta
> ini.*
> *Mochtar Naim *
>
> *WAKTUNYA KITA SEKARANG *
> *MENENTUKAN SIKAP*
>
> *Mochtar Naim*
> *Tilburg, Holland*
> *23 Juli 2011*
>
> *I*
>   L
>   *EBIH KURANG 5 % dari penduduk Indonesia adalah warga keturunan Cina.
> Selebihnya, 95 %, penduduk pribumi -- dengan sedikit warga keturunan Arab,
> India, dsb. Sebagai perbandingan, di negeri jiran Malaysia, penduduk
> keturunan Cina 35 %, bumiputera 55 %, dan sisanya India dll. Dari
> perbandingan itu, bumiputera yang lebih sedikit di Malaysia dibanding
> dengan di Indonesia, dan keturunan Cina yang lebih besar di Malaysia, tidak
> menghalangi mereka untuk memacu keterbelakangan penduduk bumiputera
> sehingga mampu mengejar segala ketinggalan mereka; sementara penduduk
> pribumi yang lebih besar dengan penduduk keturunan Cina yang lebih sedikit
> di Indonesia, tidak mampu untuk mengejar segala ketertinggalan dari
> penduduk pribumi.*
> *            Perbandingan demografis menurut jalur etnis ini, di
> Indonesia, lagi pula, berbanding terbalik dengan  penguasaan ekonomi sejak
> dari zaman kolonial dahulu sampai saat ini. Secara struktural, oleh karena
> itu, praktis belum ada yang berubah dengan kemerdekaan ini. Rakyat pribumi
> Indonesia yang 95 % itu masih saja jadi obyek, bukan subyek; ditentukan,
> bukan menentukan.  Rakyat pribumi, sejak dari zaman kolonial dulu sampai
> hari ini, sebagai kata Amien Rais, masih berupa rakyat kuli, dengan
> rata-rata berada di bawah garis kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.
> Yang bermain dan dipermainkan dalam perhitungan statistik ekonomi negara
> selama ini hanyalah konjungtur ekonomi makro yang hampir seluruhnya
> dikuasai dan dikendalikan oleh sektor swasta kapitalis berupa aglomerasi
> dari korporasi multi-nasional dan kelompok konglomerat WNI Keturunan Cina.
> Mereka menguasai jalur ekonomi Indonesia dari hulu sampai ke muara, dalam
> semua sektor ekonomi. Mereka mendiktekan corak dan arah ekonomi makro
> Indonesia, baik di bidang industri dan perdagangan maupun jasa. Dan semua
> ini dengan restu dan dukungan dari penguasa politik dari elit pribumi, baik
> di sektor eksekutif, legislatif, maupun yudikatif dan militer. Mereka
> jadikan demokrasi, Pancasila dan UUD1945 sebagai tameng untuk menudungi
> budaya leluhur yang mereka lestarikan yang sifatnya
> feodalistis-paternalistis, etatis-sentralistis dan hirarkis-sentripetal.
> Tujuannya tidak lain dari pelestarian kekuasaan dengan mengaut keuntungan
> sebanyak-banyaknya bagi kepentingan kelompok dan diri mereka. Karena yang
> diperebutkan adalah kekuasaan dan kekayaan itu, sendirinya, suasana politik
> tidak pernah sepi dari konflik saling menyalah dan menjatuhkan, sementara
> yang lagi berkuasa memanfaatkan peluang seluas-luasnya bagi pengayaan diri
> melalui berbagai cara, sehingga korupsi, kolusi dan nepotisme hanyalah
> sebuah konklusi logis semata dari permainan politik itu. Dan itulah memang
> yang terjadi sejak dari zaman Majapahit sampai hari ini. Tidak pernah sepi
> dari konflik dan benturan serta saling menjatuhkan itu.*
> *            Dengan itu, kita melestarikan sistem ekonomi yang selama ini
> berlaku, yang adalah kapitalistis, liberal, pasar bebas, dengan corak
> ekonomi makro yang dualistis, yang dimonopoli dan didominasi oleh kelompok
> korporasi multinasional, di satu kutub, dengan ekonomi tradisional akar
> rumput yang masih bercorak subsisten, dari tangan ke mulut, dari rakyat
> pribumi yang sesungguhnya adalah pewaris yang sah dari Republik ini, di
> kutub yang lain. Kedua-duanya koeksis berseberangan dengan jurang yang luas
> menganga antara keduanya. Bagaimana dahulu di zaman kolonial, begitu juga
> sekarang di zaman pasca-kemerdekaan ini.*
> *            Sekadar perbandingan, di Malaysia, sejak zaman Mahathir di
> awal 1970an, orientasi pembangunan berubah total untuk tujuan kemaslahatan
> dan peluang seluas-luasnya kepada penduduk Melayu bumiputera tanpa menutup
> kesempatan bagi kelompok etnik Cina, India dll, untuk berkembang secara
> wajar. Di Malaysia jumlah pribumi Melayu hanya lebih sedikit dari
> separuhnya, sementara Cina sepertiganya; tapi yang Melayu dengan sistem
> kepemimpinan yang solid dan berorientasi kepada kemaslahatan dan peluang
> yang sebesar-besarnya kepada rakyat bumiputra, dengan orientasi sentrifugal
> bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat secara riel dan aplikatif; tidak
> dengan semata uberan janji seperti kita di Indonesia ini. Malaysia walaupun
> terlambat berangkat, tetapi dengan kerjasama dan kerjakeras sekarang telah
> meninggalkan Indonesia jauh di belakang dengan inkam per kapitanya melebihi
> dua kali dari jumlah di Indonesia.*
>
> *II*
>
> *            Dengan kita sekarang berada di saat penentuan pemilihan: to
> be or not to be, dalam menghadapi ultah RI ke 66 ini, sebuah penentuan
> sikap dan mindset ke masa depan mau tak mau harus dilakukan. Akankah kita
> masih berputar-putar dengan sistem dan struktur yang sudah arkaik dan kuna
> dimakan masa ini, yang kita warisi dari budaya leluhur itu, ataukah kita
> harus mengatakan: enough is enough!*
>             *Jika alternatif kedua yang kita pilih, yaitu bawa dan
> sesuaikan diri dengan tuntutan masa sekarang dan ke masa depan, buang semua
> yang sudah tidak sesuai lagi, kendati datang dari bedungan budaya bangsa
> sendiri, sebagaimana kitapun tak segan-segan menolak dan membuang jauh
> unsur-unsur berseberangan dengan cita-idealisme bangsa yang datang dari
> pihak luar. Oleh karenanya, tentukan ramuan baru yang akan diolah, yakni
>  dengan meramu semua yang baik-baik dari manapun datangnya, dan membuang
> semua yang buruk-buruk dari manapun pula datangnya. Istilahnya: yang baik
> dipakai, yang buruk dibuang, dengan tujuan akhir: melaksanakan amanah dan
> janji kemerdekaan itu di bawah tuntunan dan ridha Allah.*
> *            Penyakit berputar-putar tanpa tujuan dan arah yang jelas
> seperti selama ini sudah harus dihentikan. Kita sebagai berbangsa dan
> bernegara sudah harus menentukan sikap, satu, apakah kita akan selalu
> menjadi obyek, atau, seperti Malaysia, Vietnam, Cina dan India, sekarang,
> menjadi subyek yang seutuhnya menentukan dan mengendalikan apa yang kita
> inginkan. Dua, apakah sistem ekonomi yang kita kembangkan ke masa depan,
> berorientasi kerakyatan seperti yang menjadi cita kemerdekaan itu, atau
> tetap menyerahkan nasib ekonomi bangsa dan negara ini kepada pihak luar dan
> asing yang penanganannya diserahkan kepada kelompok etnis non-pribumi yang
> selama ini mengendalikan ekonomi dalam negeri Indonesia dari hulu sampai ke
> muara. Tiga, apakah cara berfikir kita sebagai berbangsa dan bernegara
> masih sebatas pembangunan fisik dan material, di atas permukaan, seperti
> kecenderungan selama ini, ataukah kita juga menujukan pembangunan bangsa
> kepada pembentukan watak dan kepribadian bangsa yang tangguh dan tahan uji.
> Dan empat,  apakah kita menggantungkan nasib dan usaha bangsa kepada
> kemampuan diri sendiri secara sekuler seperti selama ini, ataukah kita juga
> akan mengandalkan kepada tuntunan dan bantuan serta hidayah dari Allah swt
> secara kaffah, integral dan holistik. ****
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Grup Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke