Waalaikum salam Uda Akmal,

Sebuah seruan yg bagus utk umat dan memang idealnya haruslah seperti itu.
Tapi, ada tapinya juga ternyata uda...

Pengalaman kami dilapangan berkata lain. Suatu hari seorang tokoh
masyarakat (di sebuah kampung yg standard hidup rakyatnya dibawah garis
kemiskinan, bahkan lantai rumah mereka dari tanah) datang dengan sebuah
"proposal". Dia bilang lebih kurang spt ini:

"kami diajak utk mencoblos kuning dapat 50ribu perkepala, merah juga kasih
50ribu. Kalau ustadz mau bantu kami, cukup 20ribu saja, kami akan pilih PKS"

Kami terdiam, fakta bahwa kehidupan yg sulit mereka jalani, dapur mereka
yang baru berasap jika upah harian sebagai kuli angkat sudah diterima, upah
harian sebagai pembajak sawah yg jauh dari layak, anak-anak yang telanjang
kaki ke sekolah, dllnya, telah menjadi pertanyaan tersendiri bagi kami :

Masih relevankah kita menyodorkan hadist dan ayat-ayat kepada mereka sedang
didalam kepala mereka yg bermain adalah apa yang akan dimakan besok hari ?

Bagi mereka, pemilu adalah sebuah kesempatan emas untuk bisa sedikit
"menikmati" dunia. Mereka bisa dapat sekian lembar baju kaos (kalau bisa
dapat dari semua partai) yg bagi mereka berharga sekali. Kalau akan
mencoblos, mereka bisa mengantongi puluhan ribu, bahkan bisa sampai 100ribu
uang, yang belum tentu bisa mereka dapatkan dari bekerja. Mereka tidak tahu
dan tidak peduli dengan istilah money politics yg dihembuskan oleh
orang-orang kota atau para pengamat. Bagi mereka, ini saatnya utk sedikit
rehat dari penatnya mengumpulkan uang yg hanya dapt ribuan perharinya.
Salahkah jika mereka berpandangan demikian ?

Saya pernah tanya ke salah seorang ibu mengenai tabungan. Dengan bangga ia
menjawab bahwa ia telah punya tabungan 70ribu, hasil menabung lebih dari
setahun.

70ribu ? Bukankah itu hanya sepertiga atau seperempat saja dari nilai makan
kita sekeluarga disebuah restoran di jakarta ?

Lalu salahkah jika mereka juga berharap dapat uang dari semaraknya pemilu
ini ? Toh uang yang mereka peroleh tsb adalah sebagai penopang kehidupan
mereka esok hari ?

Melihat kenyataan ini, kami akhirnya memutuskan utk tetap memberikan apa yg
mereka minta. Kami robah proposal mereka, menjadi infaq tanpa ada embel
janji dari mereka untuk harus memilih PKS. Kami niatkan untuk berinfaq
membantu mereka, mengenai perolehan suara dari kampung ini, biarlah Allah
saja yg mengaturnya.

Kami juga sadar, jika kemudian hari hal ini dicium oleh media, maka akan
diberitakan sebagai money politics tanpa mereka mau menggali lebih jauh apa
sebenarnya yg terjadi. Media, umumnya hanya bisa menghukum tapi gagap
memberi solusi. Disisi lain, masyarakat dgn gampang menelannya, tanpa mau
berusaha utk mengunyahnya.

Begitulah uda Akmal dan sanak di Palanta saketek "curcol" dari ambo.

Kita tentu ingin sekali seruan Imam Besar Masjid Istiqlal itu terlaksana
sehingga mereka-mereka yg duduk di dewan itu adalah "the right persons".
Tapi sebagian besar masyarakat kita masih hidup dibawah standard
kemiskinan, cara pandang mereka sangat berbeda, maka mengangkat mereka
terlebih dahulu dari kemiskinan adalah sesuatu yg sangat urgent.

Sangenek dari ambo

Wassalam
Ronald - Depok
On Apr 1, 2014 5:43 AM, <ak...@rantaunet.org> wrote:

>
> Assalamu'alaikum Wr. Wb dunsanak palanta RN n.a.h.,
>
> Iko ado pasan dari Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub, Imam Besar Masjid
> Istiqlal, nan relevan awak perhatikan.
>
> Semoga bermanfaat.
>
> Wass,
>
> ANB
>
> ***
>
> UANG POLITIK
> Ali Mustafa Yaqub
>
> REPUBLIKA.CO.ID,
> Ada pelajaran penting dari Rasulullah SAW terkait pemilihan umum. Dalam
> hadis sahih, beliau bersabda,ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara
> oleh Allah SWT pada hari kiamat, tidak dirahmati, tidak diampuni dosanya,
> dan bagi mereka siksa yang sangat pedih.
>
> Pertama, orang berkelebihan air, namun tak mau memberikannya kepada
> musafir yang memerlukan atau makhluk lainnya.
>
> Kedua, orang yang menjual barang dagangan sesudah Ashar dengan bersumpah
> menyebut nama Allah SWT agar pembeli tertarik, tetapi barang tersebut tidak
> sesuai dengan yang ia tawarkan.
>
> Ketiga, orang yang membaiat pemimpin dan ia tidak membaiatnya, kecuali
> mendapat imbalan harta. Apabila ia diberi harta itu, ia memenuhi baiatnya
> dan apabila ia tidak diberi harta, ia tidak membaiatnya. (HR Imam Ahmad bin
> Hanbal dalam kitabnya, al-Musnad, Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dalam
> kitab Shahih mereka).
>
> Pelajaran dari hadis ini yang berkaitan dengan pemilihan umum (pemilu)
> adalah poin ketiga, yaitu orang yang membaiat seorang pemimpin.
>
> Dalam konteks Indonesia masa kini, membaiat pemimpin adalah dengan cara
> memilih atau memberikan suara dalam pemilu.
>
> Seperti disebutkan dalam hadis tersebut, seorang yang memilih pemimpin,
> tetapi ia tidak memilihnya, kecuali apabila mendapatkan uang atau yang
> lazim disebut uang politik (political money), pada hari kiamat nanti ia
> diancam dengan berbagai hukuman berat.
>
> Pertama, ia tidak disapa oleh Allah. Kedua, ia tidak diberi rahmat oleh
> Allah. Ketiga, ia tidak diampuni dosanya oleh Allah. Keempat, ia akan
> mendapatkan siksa yang sangat memedihkan.
>
> Imam al-Kahlani dalam kitabnya, Dalil al-Falihin, yang merupakan kitab
> syarah atas kitab Riyadh al-Shalihin karya Imam al-Nawawi menyatakan,
> apabila sebuah perbuatan diancam dengan hukuman, perbuatan itu termasuk
> yang menimbulkan dosa besar.
>
> Karena itu, menerima uang dalam rangka memilih seorang pemimpin adalah
> perbuatan dosa besar yang dalam hadis itu dinyatakan tidak akan diampuni.
> Berdasarkan kaidah hukum Islam, sesuatu yang haram diambil, haram juga
> diberikan.
>
> Maka, calon pemimpin (wakil rakyat) haram hukumnya memberikan uang kepada
> calon pemilih agar ia memilihnya. Sebaliknya, rakyat alias calon pemilih
> juga haram menerima imbalan (uang politik) dalam rangka memilih calon
> pemimpin itu.
>
> Keharaman ini tidak main-main karena diancam dengan beberapa hukuman
> sangat berat. Maka, perbuatan yang berkaitan dengan uang politik itu, baik
> yang memberi maupun menerima, akan menerima konsekuensi berupa dosa besar
> yang tidak akan diampuni.
>
> Ada seorang bertanya, ia tidak menerima uang apa pun dalam rangka memilih
> seorang pemimpin. Hanya, ia diberangkatkan untuk menjalankan ibadah umrah
> ke Makkah.
>
> Begitu pula ada orang tidak menerima uang, tetapi menerima hadiah sepeda
> motor untuk memilih seorang pemimpin dan atau wakil rakyat. Apakah
> perbuatan seperti itu termasuk yang diharamkan berdasarkan hadis tersebut?
> Jawabannya adalah benar!
>
> Diberangkatkan untuk umrah atau mendapatkan benda selain uang sama saja
> hukumnya dengan mendapatkan uang. Karena benda-benda itu dapat dinilai atau
> diuangkan. Istilah sudah telanjur masyhur, itu disebut uang politik.
>
> Hakikatnya, semua pemberian yang berkaitan dengan pemilihan seorang
> pemimpin atau wakil rakyat termasuk dosa besar yang tidak akan diampuni.
> Karena itu, sangat menyesatkan sebuah spanduk besar yang bertuliskan,
> "Ambil uangnya, jangan pilih orangnya."
>
> Karena, mengambil uang seperti itu, kendati tidak memilih orang yang
> mencalonkan dirinya sebagai pemimpin adalah sesuatu yang diharamkan dalam
> agama. Wallahu a'lam.
>
> Redaktur: Damanhuri Zuhri
>
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry(R)
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
>   1. Email besar dari 200KB;
>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Google Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Reply via email to