Bekal bacaan.. sebelum liburan panjang., pernah dimuat di Kompas, 13 Juli
2004  -afdal-

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Moh E Hasim, Berkarya sampai Tua

SIAPAKAH orangnya yang sudah berusia 88 tahun tetapi masih tetap produktif?
Jika ada, salah seorang di antaranya adalah Mohammad E Hasim. Ayah sepuluh
anak yang sudah dikaruniai 40 cucu dan delapan buyut itu masih tekun
menyelesaikan tafsir Al Quran dalam bahasa Indonesia yang diberi judul Ayat
Suci dalam Renungan. "Jika diberi umur panjang, Insya Allah, tiga tahun lagi
selesai," katanya. Suaranya masih jelas dan pikirannya masih jernih.

SETIAP hari, setelah pukul 02.30 dini hari selepas menjalankan shalat
tahajud dan kemudian dilanjutkan shalat subuh berjemaah, ia duduk di
belakang meja kerjanya menghadapi mesin tik tua yang selama bertahun-tahun
menjadi sahabatnya. Dalam pagi yang dibalut udara Kota Bandung yang tidak
sejuk lagi, ayat demi ayat ditafsirkannya. "Satu juz rata-rata membutuhkan
waktu empat bulan," ujarnya. Dari 21 juz yang sudah selesai dikerjakan,
sebelas juz di antaranya sudah diterbitkan dan sisanya menyusul.

Ayat Suci dalam Renungan bukanlah karyanya yang pertama. Sebelumnya, ia
telah melahirkan tafsir Al Quran dalam bahasa Sunda, Ayat Suci Lenyepaneun.
Ditulis dengan kalimat-kalimat yang memikat dan mudah dimengerti, tafsir
tersebut terdiri atas 30 jilid karena masing-masing berisi satu juz.
Rata-rata satu jilid 300-400 halaman. Salah satu kelebihan tafsir tersebut
adalah karena Hasim memberi nuansa menggunakan peristiwa atau kejadian yang
relevan dengan ayat tersebut sehingga terasa lebih aktual dan populer.

Prestasi Hasim yang luar biasa itu bukan hanya karena ketekunan dan
pengalamannya semata. Karena kemampuannya menggunakan bahasa Sunda, ia telah
disejajarkan dengan sastrawan Sunda lainnya. Tahun 2001 lalu, ia dianugerahi
Hadiah Sastra Rancage. "Padahal saya bukan sastrawan," katanya merendah
seusai menerima anugerah tersebut dari Prof H Ajip Rosidi, Ketua Yayasan
Rancage.

LAHIR sebagai anak petani kelapa di Desa Cieurih, Kecamatan Cipaku, Kawali,
Ciamis, Jawa Barat, 15 Agustus 1916, umurnya terpaksa dimudakan dua tahun
karena peraturan baru masuk sekolah. Setelah tamat Sekolah Desa, tiga tahun,
ia melanjutkan ke Schackelschool, lalu ke HIS dan MULO. Cita-citanya
melanjutkan ke AMS gagal karena malaise.

Karena kemauannya yang keras, Hasim muda kemudian belajar pedagogi secara
otodidak sehingga bisa diterima menjadi guru di HIS Pasundan. Setelah itu
pindah ke Schackelschool Muhammadyah sampai akhirnya menjadi Kepala
Schackelschool Islam Miftahul Huda.

Pergantian kekuasaan di Indonesia telah berpengaruh pada karier dan
kemampuannya. Pada zaman pendudukan Jepang, ia menjadi guru Sekolah Rakyat
(Kokumin Gakko) lalu dipindahkan ke kabupaten menjadi Boei Kakaricho,
pengerah tenaga untuk menjadi Seinendan dan Keibodan. Walaupun pada masa
revolusi fisik sempat mengangkat senjata bersama para pemuda lainnya, jalan
hidup Hasim adalah jalan guru.

Selain pernah menjadi pengajar bahasa Inggris di SLTP, SLTA, Institut
Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung dan SATKA yang diselenggarakan
Djawatan Kereta Api (DKA/PT KIA sekarang), Akademi Sekretaris dan Akademi
Industri dan Niaga, ia juga memberi kursus bahasa Inggris bagi pelajar yang
akan menempuh ujian di sebuah college di London.

Tahukah Anda jika kemampuannya dalam berbahasa asing itu bukan diperoleh
dari lembaga pendidikan formal? Seperti halnya ketika akan memilih jalan
hidupnya sebagai guru, kemampuannya dalam berbahasa Jepang dan Inggris
dipelajari secara otodidak. Hasim memang luar biasa. Buktinya, tatkala ia
memasuki masa pensiun, semangatnya untuk belajar masih belum padam. Secara
otodidak pula ia belajar bahasa Arab.

KARYANYA Ayat Suci Lenyepaneun lahir sebagai sesuatu yang sebelumnya tidak
direncanakan. Kisahnya, menjelang ulang tahunnya yang ke-70, tanggal 15
Agustus 1986, Hasim ingin memberikan sesuatu sebagai kenang-kenangan kepada
anak-cucu dan anggota keluarga lainnya. Dalam benaknya kemudian muncul
keinginan memberikan tafsir Al Quran agar mereka selalu ingat kepada Allah.

Tetapi, ketika tiba saatnya, ia hanya bisa menyelesaikan sepertiga dari juz
satu. Walau demikian, ia kemudian memperbanyak lalu membagikannya kepada
sanak-saudaranya. Rupanya, ada yang membawa salah satu dari tafsir Al Quran
yang dibagikan tersebut ke Ciamis. Terbukti, setelah enam bulan, ia
kedatangan Kiai Adnan (almarhum) yang menjadi utusan kiai lainnya. Karena
dianggap cocok, mereka minta agar pembuatan tafsir tersebut dilanjutkan.

Hasim makin bersemangat karena dorongan berikutnya diterima dari salah
seorang staf pengajar bahasa Arab di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Bandung. Namun, tatkala hasil kerjanya sudah mencapai dua juz lalu dibawa ke
penerbit, penerbitnya menolak. Bukan karena mutu karyanya, tetapi lebih
karena pengalaman penerbit tersebut menghadapi pengarang yang usianya sudah
lanjut. Katanya, "Penerbit tersebut pernah menerima naskah yang semula
direncanakan sepuluh jilid. Tapi baru dua jilid, penulisnya sudah
meninggal". Karena itu, Hasim diminta menyelesaikan paling tidak lima juz.

Tantangan itu dengan sigap diterimanya. Dengan semangat yang menggebu-gebu,
ia kembali menggeluti helai demi helai Al Quran lalu menafsirkannya sehingga
tahun 1989 mulai diterbitkan.

AYAT Suci Lenyepaneun ternyata mengena di hati masyarakat Sunda. Buktinya,
dari dua jilid yang sudah dicetak dalam waktu singkat habis terjual.
Permintaan terus bertambah sehingga menambah semangat Hasim untuk
menuntaskan karyanya. Bahkan, sampai tahun 2003, beberapa juz yang terdahulu
terbit sudah mengalami lima kali cetak ulang.

Tingginya minat beli tersebut sangat boleh jadi karena Hasim tidak
menerjemahkan ayat-ayat Al Quran secara harfiah. "Bagi saya yang penting
adalah jiwa kalimat itu yang harus dipahami dan dijadikan pegangan,
mengingat susunan kata dan struktur kalimat bahasa Arab berbeda dengan
bahasa Indonesia," katanya.

Karena Hasim lebih menekankan pemahaman, maka setelah menyelesaikan Ayat
Suci Lenyepaneun, kemudian menyusul permintaan baru agar ia juga membuat
tafsir dalam bahasa Indonesia.

Di tengah kondisi fisiknya yang makin menurun, ia masih meluangkan waktunya
untuk terus berkarya, menyelesaikan sembilan juz lagi dari Ayat Suci dalam
Renungan sebagai karya keduanya yang monumental. Tentu saja diseling dengan
hobi yang sudah 15 tahun digeluti, yakni memancing. Atas anjuran dokter, dua
kali dalam seminggu setiap Rabu dan Sabtu, ia harus nongkrong di depan kolam
pemancingan. Biasanya di daerah Padalarang.

(Her Suganda Anggota Forum Wartawan dan Penulis Jawa Barat)

 

 

Afdal Zikri Mawardi, Ak. BKP
Registered Tax Consultant 

MUC Consulting Group 
PP Plaza 3 rd Floor 
Jl. TB Simatupang 57 
Jakarta 13760 
Telp: 021-8403978 Fax. 021-8403937 
Web:  <http://www.mucglobal.com> www.mucglobal.com 
Email:  <mailto:[EMAIL PROTECTED]> [EMAIL PROTECTED] 
Hp: 0811883102 

Yahoo Messenger ID: afdalzikri

 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet.
- Tuliskan Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting.
- Hapus footer & bagian yg tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur 
pribadi.
- Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta 
maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku.
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 

Daftarkan email anda pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Agar dapat melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke