Assalamu'alaikum W.W.
Bari maoh ambo, kok lah talambek bana. Dek karano baru pulo mancigok ka lapau sasudah libur panjang. Ambo sato mengucapkan salamat untuak keberhasilan iko. Semoga ilmu yang didapek akan selalu mambuek rang Minang semakin diperhitungkan dalam dunia " CHEMISTRY" Disiko iyo nan sabana CHEMISTRY, indak samo jo istilah CHEMISTRY nan acok dicilotehkan dek para ARTIS diberbagai berita GHIBAH samacam info seleb ditayangan tipi. Bak dunsanak kito disalah satu suduik Minang. Kalau nan elok " ba-lancik2 an ghumah wae jo wak den tu"....Tapi kok rang Maliang: "iyo indah jalaiah dek awak do.... Naghari awak kan lawwweeeh mah".... Kabatulan baliau iko diawal tahun 70an pernah jadi adiak kelas ambo. Jadi samacam SUHENGlah didunia persilatan. Kalau baliau lah jadi : Prof. Tantu ambo bisa pulo jadi : Tuan Prof ( mukasuiknyo tuan dek baliau nan Prof iko..... macam ....Usman Msc yang mantan supir camat itu) He.....he..... Wass TR-53 ITS Kukuhkan Guru Besar Geokimia Organik Pertama di Indonesia Rektor ITS dan Guru Besar yang dilantik usai acara pengukuhan<http://www.rileks.com/images/content/11896475130.jpg> Rektor ITS dan Guru Besar yang dilantik usai acara pengukuhan Dalam rapat terbuka Senat ITS di Graha 10 Nopember, Rabu (12/9-2007). Mereka dikukuhkan sebagai guru besar ke-59 dan 60 di ITS. Keduanya adalah Prof Dr RY Perry Burhan MSc dalam bidang Ilmu Geokimia Organik pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Prof Dr Ir Mahfud DEA dalam bidang Ilmu Teknik Reaksi Kimia pada Fakultas Teknologi Industri (FTI). Dengan pengukuhan tersebut, berarti Prof Perry Burhan menjadi guru besar pertama dari bidang Ilmu Geokimia Organik di Indonesia. Saat ini, di Indonesia hanya memiliki empat pakar di bidang Geokimia Organik ini, namun baru Prof Perry yang berhasil dikukuhkan sebagai guru besar. Ilmu Geokimia Organik sendiri merupakan ilmu yang masih cukup baru. "Ilmu geokimia organik ini adalah ilmu yang mempelajari senyawa-senyawa yang sudah menjadi fosil," paparnya. Karena itu, dalam orasi ilmiahnya, pria kelahiran Payakumbuh, 15 Februari 1959 ini mengangkat tema Geokimia Organik dan Peranannya Dalam Eksplorasi Bahan Bakar Fosil untuk Kesejahteraan dn Keselamatan Bangsa. Dalam orasinya tersebut, ayah satu putra ini mencoba mengungkapkan banyaknya implementasi ilmu ini ke dalam kehidupan nyata. Melalui fosil-fosil senyawa ini, menurut Perry, kita dapat merunut ke belakang tentang asal usul makhluk hidup tersebut. Bahkan hingga jejak migrasinya pun dapat terlacak. "Jadi kita bisa mengetahui bagaimana makhluk itu dulu sewaktu hidup, bagaimana matinya, dan setelah jadi fosil pindah dari tempatnya hidup atau tidak," sambung peraih gelar doktor dari Universite Louis Pasteur, Strasbourg, Prancis. Kegunaan merunut masa lalu fosil senyawa ini salah satunya untuk menentukan dengan pasti sumber minyak bumi. Dari hasil pengeboran, dapat ditelusuri apakah lokasi tersebut memang benar-benar ladang minyak ataukah hanya berupa semburan kecil belaka. "Sebab, kadang-kadang minyak bisa bermigrasi dari tempat asalnya jika mengalami tekanan," ungkapnya. Selain itu, fosil senyawa ini juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan minyak bumi yang akan dieksplorasi. Sementara itu, Prof Mahfud dalam orasi ilmiahnya mengangkat tema Peranan Ilmu Teknik Reaksi Kimia dalam Pengembangan Produk Berbasis Bahan Baku Terbarukan (Renewable Resources). Menurutnya, kebutuhan akan produk-produk hasil turunan dari minyak bumi di masa yang akan datang akan semakin sulit dan mahal untuk didapatkan. "Sebab minyak bumi itu sumber yang tidak tergantikan, sehingga perlu dicarikan alternatif lain," ujar pria kelahiran Bangkalan, 2 Agustus 1961 ini mengingatkan. Kebutuhan pencarian alternatif pengganti ini sebenarnya sudah dilakukan sejak dua dekade ke belakang. Namun, teknologi yang dirumuskan di tahun 80'an ini belum juga populer hingga sekarang. Salah satu contohnya adalah sumber tenaga biodiesel. "Masalah utama masih terletak pada harga, biodiesel belum dapat bersaing dengan harga bahan bakar dari minyak bumi lainnya," sambungnya. Meski begitu, Prof Mahfud tetap optimistis sumber energi alternatif ini bakal dilirik di masa depan. Mahfud mengaku, konsentrasi utama saat ini masih berkisar pada pencarian sumber bahan bakar alternatif. Padahal, banyak bahan yang menggunakan turunan minyak bumi yang juga harus segera dicarikan atternatifnya. Misalnya, bahan baku plastik. "Selama ini, plastik dibuat dari polimer, padahal banyak bahan yang bisa untuk menggantikan polimer ini, seperti dari ketela pohon salah satunya," ungkap ayah tiga anak ini. Dari ketela ini, dapat disarikan menjadi gula, alkohol, hingga polimer. Padahal, imbuhnya, hasil plastik dari ketela pohon justru menjadi plastik yang ramah lingkungan karena dapat terurai sempurna. (PR ITS/ly) ________________________________ Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.</a <http://us.rd.yahoo.com/evt=51734/*http:/tools.search.yahoo.com/newsearc h/category.php?category=shopping> --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet. - Tuliskan Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting. - Hapus footer & bagian yg tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi. - Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku. =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Agar dapat melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---