Kanda Niz, ambo favor Desi Anwar. Tapi sebagai pembawa acara TV indak pantas 
inyo mangecek cando tu. Inyo malecehkan dokter RSPAD nan manyatokan PS sehat 
jasmani rohani.
Jaleh inyo mangutip ucapan Hendopriyono nan manyabuik PS sakik jiwa....Sangat 
indak nice sebagai anchor tv nasional...

-------- Original message --------
From: Bunda Nismah <nismahru...@gmail.com> 
Date:08/07/2014  9:29 PM  (GMT-05:00) 
To: rantaunet@googlegroups.com 
Subject: Re: [R@ntau-Net] Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan 
Megalomania-Delusional Prabowo Ikut Pilpres? 

Desi memang orang Minang dan dia bebas memberikan pendapatnya tak perlu dia 
menurut anda yang sudah mengkultuskan seseorang capres.

@Hayatun Nismah Rumzy#

On 7 Agt 2014, at 20.56, Dedi Suryadi <dsuryadi...@gmail.com> wrote:

Assalamualaikum...

Kl ambo indak salah, Desy Anwar ko urang awak.
Prihatin ambo jo bahasonyo..
********

Mendorong Perubahan

Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut Pilpres?
| Rabu, 06 Agustus 2014 - 08:09 WIB | 598343 Views

Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan karmanya memiliki seorang 
kandidat presiden yang pecundang yang tidak mau menerima kekalahan

JAKARTA, Baranews.co - Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan 
karmanya memiliki seorang kandidat presiden yang pecundang yang tidak mau 
menerima kekalahannya dengan lapang dada, melanjutkan saja hidupnya, dan 
membiarkan negeri ini kembali menjalankan urusan sehari-hari.

Alih-alih, selama lebih dari dua minggu sejak kita menjalankan kewajiban 
memilih, lewat pemilu yang demokratis, damai, dan transparan, kita masih saja 
harus menenggang pidato-pidato retorikanya tentang hasil-hasil pemilu yang 
menurut versinya sendiri, ia semestinya dialah yang menang, pidato tentang 
Komisi Pemilihan Umum yang curang dan tidak demokratis, tentang seluruh proses 
pemilihan umum yang tidak sah karena didasarkan pada upaya penipuan yang masif 
dan sistematis. Semua itu hanya karena dia tidak sedang beruntung. Semua karena 
dia kalah.

Sebab hasilnya— sejak hasil perhitungan cepat (quick count) ditayangkan, sampai 
ketika hitungan resmi oleh KPU di bawah pengawasan ketat di seluruh negeri demi 
memastikan tidak ada ketidakwajaran yang terluputkan— secara konsisten dia 
berada di kubu yang kalah.

Padahal, selama berbulan-bulan kubunya telah dengan gigih dan tiada henti 
melancarkan upaya kampanye garang secara besar-besaran, efektif dan sistematis 
di setiap basis media yang sebenarnya sudah berhasil mendongkel kenaikan suara 
daripada yang semestinya ia dapatkan. Kendati telah mengerahkan upaya-upaya 
humas yang taktis dan besar-besaran untuk mengangkatnya menjadi tokoh 
penyelamat negeri ini ditambah lagi dengan berbagai aktivitas, baik yang secara 
terang-terangan maupun yang secara sembunyi-sembunyi, untuk mempengaruhi para 
pemilih agar memilihnya. Belum lagi entah berapa banyak uang, waktu, dan ahli 
strategi kampanye profesional, energi dan kenaikan tensi darah demi memenuhi 
ambisi seumur hidupnya: menjadi presiden di negeri ini.

Namun, dalam kenyataan, pemenangnya hanya boleh ada satu. Dan pemangnya sudah 
terpilih, dan bukan dia. Kendati apapun yang dicemoohkan kubu seberang, kendati 
ia telah mengumumkan ke seluruh dunia bahwa dialah sang pemenangnya, kendati 
seberapa banyak pun amarah dan ngamuk, fakta itu tidak bisa diubah. Kenyataan 
adalah banyak sekali kandidat presiden yang kalah di dunia ini ujung-ujungnya 
toh harus menerima kekalahan, seberapa pahitpun, tanpa harus jadi ngamuk-ngamuk 
yang membuat iba. Toh semua ini hanya dunia politik, bukan taman bermain di 
Taman Kanak-Kanak.

Alih-alih mundur dengan tenang dan anggun— yang merupakan tindakan terhormat, 
terutama bagi seorang yang perkasa dan patriot seperti pengakuannya tentang 
dirinya selama ini— dia telah mencuri terlalu banyak perhatian media yang 
seharusnya dapat dimanfaatkan untuk memberi ucapan selamat kepada presiden 
terpilih yang baru, malah harus difokuskan bagi rasa sakit hatinya, rasa 
frustrasinya, dan perasaan terkhianati tiada terhingga.

Kan dialah simbol heroisme dan keberanian? Kan dialah seorang pendekar 
demokrasi? Kan dialah kastria berseragam berkilau para yang telah ditakdirkan 
untuk mengangkat rakyat Indonesia dari kebodohan, mentalitas-budak, dan dari 
penindasan pihak-pihak asing yang arogan itu?

Tidakkah jelas bahwa dialah sang pemenang pemilu yang sebenarnya dan yang sah, 
bukan lelaki kerempeng pembuat mebel yang tak jelas asal usulnya yang tidak 
pernah menunggang kuda, tak pernah menyandang senjata atau tak pernah membela 
negara dalam peperangan? Seorang yang tak punya nyali untuk berhadapan dengan 
seorang yang terlahir dari keluarga berada dan dengan keturunan yang dapat 
dilacak selama berabad-abad?

Pastilah ada kekeliruan. Ada kejahilan yang keji. Atau semacam konspirasi 
sistematis dan masif yang direkayasa oleh para pendukung Kekuatan Jahat untuk 
merampas tahta yang sepenuhnya telah menjadi miliknya sejak ia dilahirkan. 
Mereka yang berada di atas itu tidak pernah salah. Maka yang salah adalah 
seluruh proses pemilu ini. Dan adalah kewajibannya untuk meluruskan kesalahan 
itu, apapun yang terjadi, karena kalau tidak maka bahaya mengancam bila 
ketidakadilan tidak ditegakkan.

Tak masalah bahwa seluruh negeri menjadi tersandera oleh murkanya. Tak masalah 
bahwa ia memperlakukan lembaga-lembaga terhormat dengan cara hina macam seorang 
tiran penindas yang memuakkan dan agresif, dan ini ketika dia bahkan belum jadi 
presiden. (Hanya Tuhan yang tahu apa jadinya bila dia yang menjadi presiden).

Karena itu, saya sepenuhnya menyalahkan KPU karena dari awal telah membiarkan 
seorang megalomania delusional mengikuti pemilihan presiden. ***


Tulisan asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Rani Rachmani Moediarta.

(Nugie Stine/Facebook)

Sumber: 
http://www.thejakartaglobe.com/opinion/desi-anwar-take-delusional-prabowo/

* Catatan Redaksi:

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

- Megalomania adalah kelainan jiwa yang ditandai khayalan tentang kekuasaan dan 
kebesaran diri

- Delusi adalah pikiran atau pandangan yang tidak berdasar (tidak rasional), 
biasanya berwujud sifat kemegahan diri atau perasaan dikejar-kejar; pendapat 
yang tidak berdasarkan kenyataan; khayal
© 2013 baranews.co

Wassalam dan terimakasih
dedi suryadi

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke