December 18, 2014 7:35 am | Published by sgl17 | No comment

PADANG — Pertumbunan ekonomi Provinsi Jambi dalam dua tahun terakhir
tertinggi di Sumatera yaitu 7,88 persen (2012) dan 7,44 persen (2013).
Sedang Sumbar hanya 6,18 dan 6,38 persen.

Pada 2012, hanya Jambi yang pertumbuhan ekonomi (PE)-nya di atas 7 persen
yaitu 7,88 persen. Provinsi lain, hanya seputaran 6 persen. Bahkan Riau
hanya 2,6 persen. Pada 2013, setelah Jambi disusul Bengkulu 6,6, Babel
6,53, Sumbar, 6,38, Sumut 6,22, Sumsel 6,01, Kepri 5,73, NAD 5,18 dan yang
menyedihkan PE Riau pada 2013 hanya 3,55 persen.
“Beginilah kondisinya, Sumbar kalah dari Jambi,” kata ekonom Syafruddin
Karimi kepada Singgalang, kemarin. Data yang sama sudah ia sampaikan juga
dalam sebuah acara di Bank Indonesia (BI) Padang, pekan lalu.

Pertumbuhan ekonomi itu, berbanding lurus dengan penduduk miskin. Karena
itu, menurut Syafruddin, pemerintah harus berusaha melecut pertumbuhan
ekonomi di daerah. Ia menyebut, investasi penting, sehingga lapangan kerja
terbuka dan pasar bergerak.

Data dari BI menunjukkan, PE Sumbar 2015 diprakirakan stabil, dengan
tingkat stagnan pada angka 6,1 sampai 6,5 persen.
Stagnasi PE Sumbar memang sudah berlangsung sejak 2009. Kinerja ekspor dan
iklim investasi masih menjadi faktor yang cukup berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Syafruddin mengatakan, angka pertumbuhan sebesar itu tidak banyak pengaruh.
Pertumbuhan seperti itu berjalan biasa saja seperti sebelumnya.
“Tak ada terobosan. Seharusnya bisa berada di angka 7 persen,” katanya.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi Sumbar terefleksi dari terus menurunnya
kontribusi perekonomian Sumbar terhadap nasional.

Perekonomian Sumbar sangat bergantung pada permintaan dari negara-negara
mitra dagang utama dan harga komoditas ekspor berbasis sumber daya alam.
Sumbar kurang mampu menghasilkan produk-produk bernilai tambah besar,
sehingga menahan perekonomian untuk melaju lebih baik lagi. Sementara dari
struktur perekonomian, porsi industri pengolahan masih kecil.

Akibatnya, investasi berjalan lambat karena minimnya kegiatan berskala
besar. Lemahnya investasi Sumbar juga terkonfirmasi dari penelitian
National University of Singapore mengenai analisis daya saing dan strategi
pembangunan untuk 33 provinsi di Indonesia.
Hasil penelitian yang dirilis BI itu menunjukkan Sumbar menempati posisi
daya saing ke-17 dari 33 provinsi. Dari aspek stabilitas ekonomi makro dan
aspek perencanaan pemerintah dan institusi relatif lebih rendah, berada di
posisi 26 dan 25 dari 33 provinsi. Menurut penelitian tersebut, salah satu
penyebabnya adalah rendahnya skor untuk daya tarik terhadap investasi
asing. (003/106)


http://hariansinggalang.co.id/pertumbuhan-ekonomi-sumbar-kalah-dari-jambi/

-- 



*Wassalam*



*Nofend St. Mudo37th/Cikarang | Asa: Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok
SelatanTweet: @nofend <http://twitter.com/#!/@nofend> | YM: rankmarola *

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke