Iyo Pak Saaf. Banyak buktinyo. Sampai kini galigaman contohnya adalah
kenyataan tidak banyak toilet di sekolah2 dan universitas2 di Sumatera
Barat yg bisa dibilang memenuhi standar, padahal kito tahu bahwa bersuci
itu pelajaran awal setahu ambo di ilmu fikih.

Ambo memang berniat melakukan penelitian tentang keberagamaan orang Minang
setelah salasai sakola ko. Ambo pikir studi relijiusiti harus lebih
disempurnakan. Dulu penelitian yg disebut Pak Saaf menemukan negara2 Muslim
justru paling tidak islami. Salah satu faktornya karena kito memang alun
maju2 dari segi keamanan dan sejahteraan dimana para peneliti banyak
melihat dari segi hasil akhir. Ambo ingat bahwa New Zealand, misalnya,
dianggap Islami karena aman dan sejahtera. Di sisi lain negara ini
melegalkan perkawinan sejenis.

Mokasi ateh saran Pak Saaf makin manambah motivasi ambo. Semoga disegerakan
penelitian ambo selanjutnya tentang keberagamaan urang Minang ini.

Salam
Donard G, 34

2014-12-24 1:05 GMT+08:00 Saafroedin Bahar <drsaafroedin.ba...@gmail.com>:

> Sanak Donar, saya setuju, urang awak nampaknya memang indak se-religieus
> nan kito kiro doh. Banyak bukti faktual yang menunjukkan hal itu.Lk, 78,
> Jkt.
>
> Mungkin baik kalau diadakan semacam survai mengenai masalah ini, semacam
> yang telah diadakan leh dua peneliti The George Washington University
> beberapa tahun yang lalu.
>
> Wassalam,
> Saafroedin Bahar
>
>
> Dr.Saafroedin Bahar
> Male, 78 yrs, Jakarta
>
> 2014-12-23 12:38 GMT+07:00 Donard Games <donardga...@gmail.com>:
>
>> Waalaikumsalam wr wb
>>
>> Uda ANB dan Palanta RN,
>>
>> Ambo melihat poin2 yg disampaikan Uda ANB patut ditelaah lebih lanjut.
>> Ambo bukan ahli statistik atau ahli metode penelitian, tapi apa yg
>> dipertanyakan uda ANB sudah pada tahap filosofi alias PhD. Iyo PR baru utk
>> kito basamo [?].  Memang penelitian ilmu sosial di ranah Minang rada
>> mandek karena pendekatan masih takotak2.
>>
>> Sekadar menambahkan, dalam hal ini saya pikir, kita bisa menambahkan
>> variabel bebas religiousity karena faktor ABSSBK sebagai pendorong utama.
>> Jadi tambahan hipotesis:
>> - Semakin relijius urang Minang semakin meningkat keinginan membentuk DIM
>> - Semakin relijius urang Minang maka makin efektif penerapan ABS SBK
>>
>> Tugas kita merumuskan apa bentuk kriteria penerapan ABSSBK yg efektif.
>>
>> Dengan demikian nantinya bisa terjawab apakah memang DIM diinginkan atau
>> DIM atau tanpa DIM, ABS-SBK sebenarnya bisa berjalan.
>>
>> Dulu pernah saya sampaikan penelitian Sari (2014) menemukan bahwa urang
>> Minang tidak serelijius yang kita mungkin bayangkan. Yang bana2 Islami
>> maksudnya.
>>
>> Salam,
>> Donard
>>
>>
>>
>> 2014-12-22 1:39 GMT+08:00 Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>:
>>
>>> Assalamu'alaikum Wr. Wb. dunsanak Palanta RN n.a.h.
>>>
>>> Setelah membaca sejumlah pendapat tentang wacana pembentukan Daerah
>>> Istimewa Minangkabau (DIM) sebagai pengganti Sumatra Barat yang dikenal
>>> sekarang, seluruh pendapat yang ingin DIM segera terbentuk sebagai "baju
>>> baru" orang Minang adalah berdasarkan argumentasi adanya koridor hukum yang
>>> disediakan Pasal 18 B UUD 1945 yang memungkinkan untuk itu. (Meski tafsir
>>> atas pasal ini juga ternyata tidak seragam, bahkan yang datang dari Ranah
>>> sendiri seperti disebutkan Yulfian Azrial S.E, Kepala BKKP, Balai
>>> Kajian Konsultansi, dan Pemberdayaan, Nagari Adat Alam Minangkabau, dalam
>>> link wawancara yang diposting sanak Ibnu. Yang ingin membaca lengkap bisa
>>> di sini:
>>> http://yulfianazrialcyber.blogspot.com/2014/11/mewujudkan-daerah-istimewa-minangkabau.html?m=1
>>> ).
>>>
>>> Tetapi anggaplah semua pendapat dari Ranah itu seragam (semua ingin
>>> DIM), apakah penisbatan terhadap satu pasal itu sudah merupakan *master
>>> key* yang akan membuka semua "rahasia masa depan" Minang? Dan secara
>>> teoritis, semua masalah yang ada sekarang, minimal di atas kertas, bisa
>>> diatasi tersebab asumsi "dengan berlakunya DIM maka penerapan ABS SBK akan
>>> lebih mudah"?
>>>
>>> Harus diingat, bahkan oleh mereka yang paling DIM adalah obat mujarab
>>> bagi Minang masa depan, bahwa yang sekarang diyakini baru sebatas asumsi.
>>> Ilmu pengetahuan, termasuk rumpun Social Sciences, tak akan bisa menerima
>>> argumen, "Yang penting status DIM tercapai dulu, selebihnya lihat saja
>>> nanti." Itu yang namanya "try and error". Iya kalau setelah dicoba, dan
>>> tujuan berhasil, seluruh proses selanjutnya berjalan baik. Alhamdulillah.
>>> Bagaimana kalau sebaliknya yang terjadi, semua prediksi optimistis sekarang
>>> ternyata tidak berjalan seperti yang direncanakan. Macet. Bukankah terlalu
>>> berat pengorbanan yang sudah dilakukan rakyat di Ranah?
>>>
>>> "Ah, mana mungkin jika DIM tercapai penerapan ABS SBK malah macet?"
>>> Mungkin begitu bantahan spontan yang akan muncul dari mereka yang sudah
>>> yakin. Sampai posisi ini, ada baiknya semua yang sudah yakin membaca ulang,
>>> dan membaca ulang, dan membaca ulang lagi sejarah terbentuknya Provinsi
>>> Banten yang melepaskan diri dari Provinsi Jawa Barat. Memang contoh kasus
>>> dan konteksnya tidak persis sama dengan wacana DIM, tetapi esensinya serupa
>>> bahwa rakyat Banten (ketika masih menjadi bagian Jawa Barat) merasa yakin
>>> dan optimistis bahwa mereka pasti akan lebih baik (dan "lebih-lebih"
>>> lainnya jika bisa mengatur diri sendiri seperti yang diinginkan). Tetapi
>>> sejarah Indonesia akan mencatat, bahwa sejarah Banten setelah menjadi
>>> "dirinya sendiri" justru tidak semakin baik. Yang kaya semakin kaya (dan
>>> terpusat pada klan yang berkuasa saja) sementara infrastruktur justru tak
>>> berkembang. Contoh ini, jika dikaji dengan tenang dan seksama, bisa jadi
>>> "wake up call" bagi orang Minang.
>>>
>>> "Ah, itukan hanya di Banten saja. Belum tentu akan terjadi di Minang?"
>>> Mungkin tanggapan seperti itu juga akan muncul. Ya, tentu saja. Selama
>>> faktor "belum tentu" dan "kita lihat saja nanti" masih mendominasi jawaban,
>>> semua akan menjadi "belum tentu lebih buruk" sebagaimana juga semua "belum
>>> tentu lebih baik."
>>>
>>> Karena itu sudah saatnya kita menggunakan cara pandang kuantitatif yang
>>> disediakan ilmu pengetahuan, terutama ilmu statistika modern, untuk
>>> mengukur dan memprediksi faktor-faktor "belum tentu" tadi.
>>>
>>> *MODEL KORELASI-KAUSALITAS*
>>>
>>> Pertama yang harus menjadi kesepakatan bersama adalah bahwa seluruh
>>> pemangku kepentingan Minang sesungguhnya ingin ABS SBK berjalan optimal dan
>>> bisa mengatasi pelbagai masalah sosial yang kini berjangkit di Ranah.
>>> Jangan sampai ada individu-(individu) yang merasa bahwa dirinya (atau
>>> kelompoknya) yang paling prihatin dengan keadaan mutakhir di Ranah.
>>>
>>> Kedua, sebagai sebuah model teoritis yang akan diuji, seluruh pihak
>>> harus menahan diri untuk bersikap a priori. Jika hal ini bisa dilakukan,
>>> model teoritis untuk menguji apakah format DIM memang akan punya pengaruh
>>> signifikan terhadap kelancaran ABS SBK bisa sedikit membantu. Karena memang
>>> itulah fungsinya ilmu pengetahuan, sebagai suluh ke depan. Untuk
>>> memprediksi secara lebih obyektif.
>>>
>>> Ketiga, sebetulnya yang lebih cocok untuk membuat model teoritis ini
>>> adalah para statistikawan handal di Palanta seperti kanda ZulTan atau
>>> adinda Ahmad Ridha, karena memang terlatih untuk itu. Ambo hanya ingin
>>> menyajikan stimulus awal agar diskusi tentang DIM ini menjadi lebih ilmiah
>>> dan lebih lengkap selain hanya dari sisi hukum saja melalui peluang Pasal
>>> 18 B itu.
>>>
>>> Konsep dasar yang perlu dipahami adalah "korelasi" dan "kausalitas"
>>> (sebab-akibat), yang ambo lihat selama ini bercampur baur dalam argumen
>>> yang lalu-lalang di Palanta. Padahal dalam perspektif statistika yang
>>> digunakan dalam ilmu pengetahuan sosial, analisis korelasi (
>>> *correlation*) dan analisis kausalitas (*causation*) adalah dua hal
>>> berbeda. Satu hal yang menjadi aksioma penting di sini adalah: *correlation
>>> does not imply causation*. Atau dalam bahasa mudahnya,* korelasi belum
>>> tentu sebuah kausalitas, namun sebuah kausalitas sudah pasti hubungan
>>> korelasi*.
>>>
>>> Model sederhana yang terjadi adalah sebagai berikut:
>>>
>>> Variabel 1: Terbentuknya DIM  --> boleh juga disebut Faktor X
>>> (Eksogen/variabel bebas)
>>>
>>> Variabel 2: Kelancaran ABS SBK --> boleh juga disebut Faktor Y
>>> (Endogen/variabel tergantung)
>>>
>>> Dari kombinasi antarvariabel ini muncul dua hipotesis, yakni:
>>>
>>> 1. "Terbentuknya DIM akan mempengaruhi positif terhadap praktik ABS SBK".
>>>
>>> 2. "Ada hubungan antara DIM dengan praktik ABS SBK."
>>>
>>> Hipotesis 1 menjadi dasar bagi mereka yang yakin bahwa DIM adalah
>>> satu-satunya jalan untuk mempercepat akselerasi ABS SBK. (Analisis
>>> kausalitas).
>>>
>>> Hipotesis 2 menjadi dasar bagi mereka yang berpikir -- jangan langsung
>>> diartikan tidak mendukung, apalagi menentang DIM -- apakah memang DIM
>>> adalah satu-satunya jalan untuk kelancaran penerapan ABS SBK (Analisis
>>> korelasional).
>>>
>>> Tingkat kekuatan X --> Y  (atau Status DIM berpengaruh signifikan
>>> terhadap ABS SBK) bisa diukur dengan menggunakan analisis regresi atau
>>> analisis regresi linier ganda -- tergantung variabel-variabel pendukung
>>> yang akan dianalisis) sehingga pengukuran terhadap "signifikan" atau "tidak
>>> signifikannya" X --> Y menjadi lebih bisa dikuantifikasi dan terbebas dari
>>> opini subyektif.
>>>
>>> Misalkan menggunakan regresi berganda, lewat Path Analysis (Analis
>>> Jalur) umpamanya, nanti akan menghasilkan estimasi mengenai tingkat
>>> kepentingan (*magnitude*) dan signifikansi (*significance*) hubungan
>>> sebab hipotetikal yang menjadi "perdebatan" selama ini.
>>>
>>> Hasil uji statistik itu yang akan menjadi salah satu indikator tentang
>>> valid tidaknya asumsi bahwa "Status DIM berpengaruh langsung terhadap ABS
>>> SBK" (kausalitas) atau hanya "Memang ada hubungan korelasional, tetapi
>>> bukan dalam konteks sebab-akibat yang niscaya".
>>>
>>> Di antara sejumlah pendukung wacara DIM harus segera diberlakukan, ada
>>> nama-nama yang biasa berkutat dengan penelitian sosial. Bukankah seharusnya
>>> peluang yang ditawarkan ilmu pengetahuan (statistika) ini selayaknya
>>> digunakan sehingga bisa menjadi hujjah yang lebih meyakinkan bagi semua
>>> pihak?
>>>
>>> Itulah yang dalam konteks email ambo sebelumnya selalu ambo sampaikan
>>> menyangkut "kesabaran" dari mereka yang sudah yakin DIM bisa menjadi
>>> solusi, terhadap mereka yang belum begitu yakin DIM otomatis menjadi jalan
>>> keluar.
>>>
>>> Penggunaan model analisis korelasional atau analisis kausalitas ini bisa
>>> menjadi "jalan keluar", "penengah" yang cukup adil bagi semua pihak.
>>>
>>> Nah, tinggal bagaimana caranya agar model pengujian itu bisa disusun dan
>>> diuji oleh para ekspert RN seperti -- antara lain kanda ZulTan atau dinda
>>> Ahmad Ridha di atas. Mungkin juga ada dunsanak lain yang sudah terbiasa
>>> seperti Donard Games mungkin?.
>>>
>>> Jika ini bisa dilakukan, ambo yakin hasilnya akan sangat membantu dalam
>>> pemahaman bersama kita secara lebih menyeluruh.
>>>
>>> Dan apa pun hasilnya kelak -- apakah memang ada kausalitas yang jelas
>>> atau hanya korelasi biasa yang tidak signifikan untuk sebuah sebab akibat
>>> -- yang terpenting adalah seluruh pemangku kepentingan Minang tetap dalam
>>> suasana silaturahim yang hangat, dengan spirit saling menghormati, dan
>>> terus berikhtiar untuk membangun Minang dengan satu atau lain cara sesuai
>>> dengan kompetensi dan kemampuan masing-masing.
>>>
>>> Allahu a'lam.
>>>
>>> Wassalam,
>>>
>>> ANB
>>> 46, Cibubur
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>  --
>>> .
>>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>>> ===========================================================
>>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>>> * DILARANG:
>>> 1. Email besar dari 200KB;
>>> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>>> 3. Email One Liner.
>>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>>> mengirimkan biodata!
>>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>>> mengganti subjeknya.
>>> ===========================================================
>>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan
>>> di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
>>> ---
>>> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
>>> Grup.
>>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>>> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>>> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>>
>>
>>  --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>> 1. Email besar dari 200KB;
>> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>> 3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
>> Grup.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>
>
>  --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke