Mungkin dek tabaco Komentar MkNgah di Urang Haluan mangko ditulihnyo pulo 
Tajuak:

Menyoal Jembatan Mewah Jadi Lapak  [image: PDF] 
<http://www.harianhaluan.com/index.php/haluan-kita/37265-menyoal-jembatan-mewah-jadi-lapak?format=pdf>
  [image: 
Cetak] 
<http://www.harianhaluan.com/index.php/haluan-kita/37265-menyoal-jembatan-mewah-jadi-lapak?tmpl=component&print=1&layout=default&page=>
  [image: 
Surel] 
<http://www.harianhaluan.com/index.php/component/mailto/?tmpl=component&link=1afba1f5b1559eee7150818583aa5d2246826566>
   Jumat, 
16 Januari 2015 02:01   

*Dalam *beberapa hal, pemerintah daerah terkadang tidak mampu atau alfa 
dalam mengatur daerahnya. Akibat ketidaberdayaan tersebut, kelompok 
masyarakat yang satu berupaya merampas hak-hak masyarakat lainnya. 
Selanjutnya, ketidakberdayaan pe­merintah daerah pada satu bidang, akan 
merambat ke bidang-bidang lainnya. Sehingga makin marak praktik-praktik 
saling rampas hak-hak di tengah-tengah masyarakat.

Banyak contoh ketidakberdayaan pemerintah daerah dalam mengatur masyarakat, 
sehingga terjadi konflik horizontal psikologis dan ekonomis di 
tengah-tengah masyarakat. Pribadi atau pun sebuah kelompok masyarakat 
merasa berhak berbuat sesuatu, namun nihil mem­per­timbangkan bahwa 
pelaksanaan haknya itu justru telah merampas hak-hak masyarakat lainnya. 
Bahkan banyak orang yang dirugikan atas pelaksanaan hak oleh pribadi atau 
sekelompok masyarakat tersebut. 

Contoh konkrit ketidakberdayaan pemerintah daerah dalam mengatur masyarakat 
terjadi di Kota Padang dan kota/daerah lainnya di Sumatera Barat dalam hal 
pengaturan pedagang kaki lima (PKL). Para PKL berdagang cenderung sesuka 
hatinya; berdagang di depan toko orang bahkan sampai menutup  akses ke toko 
yang ada di belakangnya. Padahal toko tersebut dikontrak/disewa dengan 
biaya mahal.

Kekebasan PKL di Kota Padang yang sudah jauh melewati batas-batas kewajaran 
menjadikan denyut nadi kegiatan perekonomian di Pasar Raya Padang laksana 
mati suri. Tapi, pemerintah daerah,  dalam hal ini Pemko Padang laksana tak 
berdaya menghadapi kondisi itu. Penertiban demi penertiban, seperti tidak 
digubris. Pemko Padang pun laksana sudah kehilangan wibawa, karena berbagai 
aturan, imbauan dan ancaman sanksi seperti tak ditakuti atau pun disegani 
oleh para PKL tersebut. Akibatnya, tidak jelas entah butuh berapa tahun 
lamanya untuk menata Pasar Raya Padang, sehingga bisa tertib, rapi dan 
teratur, seperti tahun 1980-an atau 1990-an.

Kasus ketidakberdayaan pemerintah daerah dalam mengelola dan mengatur 
masyarakat juga tampak pada keberadaan jembatan mewah berbiaya mahal yang 
ada di Kota Padang dan beberapa daerah lainnya di Sumatera Barat. Contohnya 
pada Jembatan Kelok Sembilan di Kabupaten Limapuluh Kota. Jembatan berbiaya 
sekitar Rp650 miliar tersebut diperuntukan bagi sarana vital perhubungan 
darat antara Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat dengan Kabupaten 
Kampar, Riau.

*Jembatan Kelok Sembilan bukan dibuat untuk tempat parkir apalagi menjadi 
lokasi berdagang. Namun dalam praktiknya, sekarang sudah puluhan atau 
mungkin mencapai seratusan pedagang yang menggelar dagangannya di atas 
jembatan tersebut. Jembatan yang selesai tahun 2013 itu pun juga menjadi 
lokasi parkir bagi ratusan mobil dan sepeda motor setiap harinya, karena 
pemiliknya berfoto-foto di atas jembatan sembari menikmati aneka jajanan 
yang dijajakan para pedagang. Meskipun telah dilarang berdagang dan 
menjadikan badan jembatan sebagai lokasi parkir, tapi pemerintah daerah 
Kabupaten Limapuluh Kota seperti tak bergigi lagi menegakkan peraturan 
untuk Jembatan Kelok Sembilan.*
. dst caliak Haluahn.
-- MakNgah

On Thursday, January 15, 2015 at 8:17:29 AM UTC-8, Sjamsir Sjarif wrote:
>
> Iko barito jo gambarnyo nan dikhawatirkan angku Maturidi di Duri tu:
> Jembatan Takambang Jadi Lapak 
> <http://www.harianhaluan.com/index.php/berita/sumbar/37240-jembatan-takambang-jadi-lapak>
>   [image: 
> PDF] 
> <http://www.harianhaluan.com/index.php/berita/sumbar/37240-jembatan-takambang-jadi-lapak?format=pdf>
>   [image: 
> Cetak] 
> <http://www.harianhaluan.com/index.php/berita/sumbar/37240-jembatan-takambang-jadi-lapak?tmpl=component&print=1&layout=default&page=>
>   [image: 
> Surel] 
> <http://www.harianhaluan.com/index.php/component/mailto/?tmpl=component&link=143e2d1e5ebe2fed3de0ff70acadee4ff2fb9097>
>     
> Kamis, 15 Januari 2015 02:48   
>
> *PROYEK MILIARAN RUPIAH TAK DIGUNAKAN SEMESTINYA*
>
> Sejumlah proyek jembatan yang tergolong fenomenal di Sumbar sejak tahun 
> 2002 lalu sudah difungsikan, mulai dari Jembatan Siti Nurbaya di Padang dan 
> teranyar, *Fly Over* di Bukittinggi. *Ntah* karena bakat orang Minang 
> berdagang, sejumlah sudut jembatan tersebut justru dikuasai pedagang.
>
> *BUKITTINGGI, HALUAN — *Fenomena jembatan di Sum­bar memang menarik untuk 
> dicermati. Jembatan fly over di Bukittinggi yang diba­ngun dengan uang 
> sebesar Rp98 miliar itu ditargetkan untuk mengurai kemacetan. Sayang­nya, 
> belum lagi jem­batan itu resmi di pakai, jalur yang ada di bawahnya sudah 
> “dikuasai” pedagang. 
>
> Dari pengamatan wartawan *Haluan* di Bukittinggi, jemba­tan layang atau 
> fly over di Jalan By Pass Aur Kuning Bukit­tinggi telah difungsikan pada 
> Minggu 11 Januari 2015 lalu. Meski baru berstatus uji coba, namun jembatan 
> ini menjadi primadona baru bagi warga kota itu. Meski di sepanjang *fly 
> over* terpajang rambu-rambu dilarang berhenti, tapi tak sedikit 
> pengendara yang ber­henti disana, hanya untuk sekedar foto-foto.
>
> Jembatan ini menjadi mag­net tersendiri, karena jika berdiri di sana dalam 
> keadaan cerah, terben­tung dua gunung yang indah, Gunung Marapi dan Gunung 
> Singgalang, pada sisi kiri dan kanan.
>
> Namun kondisi tidak nyaman mulai muncul di kalangan sebagian warga, karena 
> di saat truk serta alat berat yang melintas, siapapun yang berdiri di atas 
> jembatan akan merasa guncangan bak merasakan gempa.
>
> Kondisi ketidaknyamanan itu tidak dirasakan di atas jembatan saja. Pada 
> bagian bawah jembatan, peda­gang kaki lima mulai bermunculan. Mereka mulai 
> muncul pada siang hingga sore. Sebut saja pedagang durian, pedagang 
> keliling serta beberapa pedagang lainnya yang mulai betah mangkal di bawah 
> jembatan.
>
> Meski jumlahnya baru sedikit, namun jika tidak diantisipasi dengan cepat, 
> mereka bisa menjamur. Lara­ngan untuk berjualan di bawah jembatan yang 
> terpajang di sekitar bagian bawah jembatan terbukti tak cukup untuk 
> menyadarkan mereka.
>
> Kondisi tersebut sangat berbeda jika pada hari pasar (Rabu dan Sabtu). 
> Jika hari pasar tiba, puluhan peda­gang berbondong-bondong untuk berjualan 
> di bawah jembatan. Mung­kin bagi para pedagang telah meru­pakan aktivitas 
> biasa. Namun kebia­saan itu sangat berdampak besar bagi arus lalu lintas di 
> sekitar­nya.
> .. dst Caliak Haluan
>
> Samantaro tu, tambahan di MakNgah katu  malalui Jambatan Indah manakjubkan 
> *Kelok 
> Sambilan* bolak baliak ka Pekanbaru dan Pangkalan patang ko, di ateh 
> Jambatan Indah tu lah baserak pulo lapak-lapa urang manggalangh sapanjang 
> bagian puncaknyo. Banyak urang oto baranti, urang bakodak-kodak. Mungkin 
> sarok-sarok balai lah jatuah lo ciek-ciek ka bawah tu ...
>
> -- MakNgah
>
> On Tuesday, January 13, 2015 at 12:18:25 AM UTC-8, Maturidi Donsan wrote:
>>
>>  
>>
>> Sasudah mancigok kodak malinteh nan dilewakan  dd mm ko, io takana 
>> kampuang, ingin rasonyo raun sabalik ka ranah.
>>
>> Panjang umua raso kadi aju jo baliak.
>>
>> Cuma talinteh nan marusuah  ciek, sausai manengok kodak TOL Aur Kuning 
>> apo alah salasai atau masih dijalan.
>>
>>  
>>
>> Kalau Tol Aur Kuniang ko salasai tak lakeh disaok dibawahnyo, iko jadi 
>> hunian urang import untuak proyek permurtadan di Minangkabau.
>>
>> Siapopun akan sulit melarang, alasannyo, itu kan tanah negara, apo 
>> salahnyo dipakai samintaro oleh rakyat yang tak punyo tanah.
>>
>>
>> Apo  lai kalau  nan manguasoi badia di Kiktinggi  melati ciek atau duo 
>> dari nan  basilang, lai kata adok-i dek WAKOT.
>>
>> Pangalaman bawah Tol Jakarta  cukup untuak palajaran, karano inyo samo 
>> inyo, penghuni bawah tol tu aman malah dapek aliran listrik PLN. Sampai 
>> tapanggang bawah tol tu aman sajo. Kemudian kalau tak salah diberi saguhati 
>> dan  diuruskan pulo pemindahanyo oleh pemda.
>>
>> Elok samo dipikiakan dari kini, sana-sanak nan Salingkuang gunuang 
>> Marapi, elok mambisiak Wakot Kiktinggi tu. Jaan dibari paluang bawah tol tu 
>> jadi lapak.
>>
>> Pangalaman  sepanjang Rel Padang luar Kiktinggi mungkin alun samonyo 
>> takamehi.
>>
>> Rencana Tol Padang - BIM baa kolah, kalau  TOL nyo jadi, bawahnyo tabuka 
>> ,TENDA CEPER nan diusia dari Bunguih, pantai Padang, samintaro kabanyo alah 
>> majala ka utara sampai ka  Jambak, maaf kalau ambo salah, sadiang elok bana 
>> masuak kabawah TOL. Pendekingnyo bukan sembarangan.
>>
>> Untuk Sumbar Tol simbol kemajuan ya, tapi akan merusakbila tidak diikuti 
>> dengan pengamanan.
>>
>> Baa gak ati dd mm.
>>
>> Salam
>>
>> Maturidi (L/76) Talang, Solok, Kutianyia, Duri Riau
>>  
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke