Disiko lai capek lari kureta kapadangkito tu nyiak, walau dengan jaringan nan lah sagalo lamban kini.
Nyiak, nampaknyo (mungkin dek baru bukak) lai gak baragam informasi nampaknyo Nyiak, silakan inyiak tambah carito2 zaman saisuak wakatu inyiak dikampuang dulu ka kami nan mudo2 ko. Ambo mulai jo artilel dipadang kito perihal "Sisa Zaman Kolonial Belanda di ‘Padang Kota Lama' Sisa Zaman Kolonial Belanda di ‘Padang Kota Lama' PadangKini.com | Rabu, 5/3/2008, 8:08 WIB Oleh: Syofiardi Bachyul Jb/ PadangKini.com sesudut bangunan kota lama di kampung cina pondok padang KOTA Padang menyimpan kenangan sejarah zaman Kolonial Belanda. Hampir sepanjang abad 19, Padang sudah menjadi kota terbesar di luar Pulau Jawa. Kota ini tumbuh menjadi kota dagang, sekaligus kota ‘markas' militer Pemerintahan Hindia Belanda untuk penaklukan dan pertahanan daerah-daerah di Pulau Sumatera. Sebagai kota metropolitan pada masa itu, Padang tak hanya dibangun oleh Pemerintahan Hindia Belanda, tetapi juga tumbuh dengan partisipasi pihak swasta dan percampuran berbagai bangsa. Bangsa Belanda, Indo (orang-orang Eropa lainnya), Cina, Arab, India, dan Minangkabau ikut membangun dan mewarnai arsitektur kota. Sisa-sisa metropolitan itu masih bisa dilihat sekarang di sudut kota yang disebut ‘Kawasan Padang Kota Lama'. Kawasan ini terletak sekitar Muara Padang, Jalan Batang Arau, dan Pasa Gadang. Jalan Batang Arau merupakan jalan yang terletak di sisi kanan sungai itu. Di sana berderet bangunan-bangunan tua dan besar menghadap ke jalan dan Batang Arau. Gedung-gedung besar ini merupakan kantor pemerintahan, perbankan, dan kantor dagang peninggalan VOC. Lebih Selusin Bangunan Asli Bangunan yang menonjol adalah gedung NHM (Nederlansche Handels-Maatschappij), Padangsche Spaarbank, De Javansche Bank, dan NV Internatio. Gedung NHM yang didirikan sebelum 1920 berarsitektur unik dan tak ada duanya di kota Padang. Bergaya arsitektur neo-klasik dari sekitar abad ke-20, gedung dengan tinggi 24 meter dan berdinding permanent ini atapnya berbentuk gambrel dengan dua cerobong pada puncak atap sebagai tempat sirkulasi udara. NHM adalah kantor dagang swasta di mana dulunya juga berkantor beberapa perusahaan swasta, asuransi, dan perbankan. Kini bangunan ini hanya dijadikan gudang oleh PT Panca Niaga. Di seberang gedung NHM, dibatasi jembatan Siti Nurbaya yang baru dibangun pemerintah menyeberangi Batang Arau terdapat kantor Bank Indonesia. Bangunan kantor ini dulunya adalah gedung De Javasche Bank yang dibangun sekitar 1930. Gedung bergaya arsitektur modern (tropis) Indonesia yang berkembang sekitar 1930-1940 ini menonjol dengan bagian puncak atapnya yang menyerupai atap mesjid. Sekitar 100 meter dari NHM arah ke hulu Batang Arau, terdapat Gedung Padangsche Spaarbank didirikan pada 1908. Gedung berlantai dua dengan tinggi 35 meter yang berdiri membelakangi sungai ini bergaya neoklasik yang mendapat pengaruh dari arsitektur art-deco. Gedung dengan gaya mahkota di bagian depan atas dengan tulisan 1908 ini besar kemungkinan gedung terbagus di zamannya di kawasan Padang Kota lama. Padangsche Spaarbank kini menjadi Hotel Batang Arau yang dikelola pasangan Amerika Cris Scurrah dan Christine Florance. Di salah satu ruangnya yang dijadikan kamar hotel masih dapat dilihat kotak brankas peninggalan bank zaman Hindia Belanda itu. Di sebelah Spaatbank terdapat gedung NV Internatio, sebuah perusahaan dagang, yang dibangun sekitar 1910. Gedung yang sekarang milik BUMN Cipta Niaga itu berarsitektur neoklasik bercampur modern yang berkembang sebelum 1920. Ada lebih selusin bangunan lagi di Jalan Batang Arau yang menarik dan masih asli, di antaranya gedung bekas kantor Geo Wehry, gedung Okupasi Warga Keturunan Tionghoa, dan gedung bekas kantor Nederlansch Idische Escomto My. yang sekarang menjadi kantor Bank Mandiri. Jalan Batang Arau pada zaman Kolonial Belanda merupakan kawasan perkantoran pemerintahan, perdagangan, dan militer. Hal ini berbeda dengan kawasan di belakangnya dan bagian ke hulu Batang Arau yang merupakan kawasan pasar di mana terdapat deretan toko-toko lama. Tiga Pasar Lama Ada tiga kawasan pasar di pengujung abad ke-19 itu yang bangunannya aslinya masih bisa dilihat sekarang. Ketiga pasar yang terletak bersebelahan dengan Jalan Batang Arau itu adalah Pasar Gadang (Pasar Hilir), Pasar Mudik, dan Pasar Tanah Kongsi. Bangunan-bangunan di ketiga pasar ini diperkirakan jauh lebih tua dibanding bangunan di Jalan Batang Arau. Pasar Gadang, Pasar Mudik, dan Pasar Tanah Kongsi diperkirakan sudah mulai berkembang sejak tahun 1667 hingga 1900-an. Bahkan Pasar Gadang sampai pertengahan abad ke-19 menjadi urat nadi perekonomian kota. Pasar Gadang terdiri dari deretan ruko dua tingkat yang berfungsi selain sebagai took juga untuk rumah tinggal. Bangunan yang menonjol di sini adalah ruko yang sekarang berfungsi sebagai agen penyalur Semen Padang dan sebuah rumah bulat yang hampir terletak di tengah jalan. Rumah bulat dulunya adalah warung dan sekarang sudah diperbaiki dan juga difungsikan sebagai warung. Bangunan di Pasar Gadang dipengaruhi arsitektur kolonial Belanda bercampur arsitektur tradisional Cina dan ukiran pada ornament dinding, dan atap pada beberapa bangunan pengaruh arsitektur Minangkabau dan Melayu. Bangunan lain yang menarik adalah sebuah ruko yang terletak di Jalan Pasar Malintang, hanya 60 meter dari Pasar Gadang. Bangunan yang sekarang menjadi rumah tinggal itu dulunya adalah toko batik yang dibangun sekitar tahun 1902. Bangunan yang cukup besar berlantai dua ini di bagian atapnya diberi banyak ornament dari batubata sebagai dekorasi dengan gaya klasik sebelum tahun 1910. Pasar Mudik dibangun pada pertengahan abad ke-19 oleh perusahaan dagang Badu Ata & Co. Beberapa bangunan menonjol di sini adalah Hotel Nagara, Gedung Juang 45, dan TK Asyiyah. Sebagai pasar, gedung-gedung di Pasar Mudik berupa ruko serangkai. Pengaruh arsitektur Cina, Arab, India, dan Minang terlihat di bagian atapnya. Sebagai bangunan pasar, banguan-bangunan di sini terkesan praktis dan tidak banyak ornamen. Pasar Tanah Kongsi didirikan warga keturunan Tionghoa, karena itu arsitektur umumnya gaya colonial Belanda bercampur dengan arsitektur tradisional Cina. Gedung yang menonjol di sini adalah Kelenteng yang dibangun pada abad ke-17 dan gedung HBT (Himpunan Bersatu Teguh). Sayang, selain Kelenteng umumnya bangunan berbentuk rumah toko (ruko) di Pasar Tanah Kongsi ini sudah diubah bentuknya, kecuali bagian atapnya. Kawasan Lainnya Sebagai kota penting di zaman Pemerintahan Hindia Belanda, tentu bangunan lama tak hanya terdapat di Padang Kota Lama. Tetapi juga ada di beberapa tempat yang memang hanya berjarak hingga 1,5 km dari kawasan Padang Kota Lama. Beberapa bangunan yang menarik adalah Balaikota Padang yang terletak di Jalan M. Yamin yang didirikan sebelum 1935 sebagai Gedung Gemeente yang dikepalai residen. Gedung ini sekarang menjadi kantor Wali Kota Padang. Kemudian sejumlah bangunan gereja dan sekolah di Jalan Gereja dan Jalan Sudirman. Jika Anda ingin menyaksikan bangunan-bangunan tua Kota Lama, cara yang paling efektif adalah dengan menyewa bendi yang biasa mangkal di Pasar Raya Padang, di samping Balaikota Padang. Dengan mencarter Rp20.000 hingga Rp50.000 (tergantung kemahiran Anda menawar) Anda sudah bisa diajak berkeliling kawasan Padang Kota Lama. Saat ini sebanyak 75 bangunan peninggalan Zaman Kolonial Belanda di Kawasan Padang Kota Lama dan kawasan sekitarnya dilindungi Pemerintah Kota Padang sebagai cagar budaya sehingga keasliannya tetap terpelihara. Kawasan Padang Kota Lama juga telah ditetapkan sebagai objek wisata sejarah dan budaya. Meski begitu, sebagian besar bangunan di Padang Kota Lama tak memiliki fungsi yang berarti yang berhubungan dengan kegiatan wisata selain sebagai gudang dan bahkan sebagian dijadikan tempat usaha burung walet. Satu-satunya bangunan yang saat ini dijadikan hotel dan restoran hanyalah Hotel Batang Arau. Tempat ini alternatif untuk menginap dan menikmati hidangan dan minuman di restorannya dengan pemandangan sungai Batang Arau yang banyak kapalnya. Suasana hotel dan restoran yang bersahabat akan membuat Anda betah karena seperti di rumah sendiri.** Padangkita.com -----Original Message----- From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of hambociek Sent: 27 Maret 2008 19:00 To: RantauNet@googlegroups.com Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Portal Berita Baru PadangKini.com Tapi manga mangko lamban bana? Indak dapek masuak walaupun lah bamanuang-manuang sabanta? Lai kalua halamannyo tapi kosong; dituncik- tuncik ikua mancik tapi indak manggarik. Mungkinkoh dek urang bagadoro pai ka Padang kini? Salam, --MakNgah --- In [EMAIL PROTECTED], "Nofend St. Mudo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.519 / Virus Database: 269.22.1/1345 - Release Date: 26/03/2008 18:50 --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet. - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting. - Hapus footer & bagian tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi. - Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku. =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---