DJODJOVERSUS DIM MochtarNaim21Juni 2015 | P | ROFDR Djohermansyah Djohan, alias Djodjo, mantan Dirjen Otonomi Daerah, KementerianDalam Negeri, menyatakan pada Haluan di Jakarta tgl 3 Feb 2015, bahwa beliautidak melihat ada urgensinya Provinsi Sumatera Barat diubah namanya dengan ProvinsiDIM (Daerah Istimewa Minang-kabau), seperti halnya dengan DIYogya, DIAceh danDIPapua. Pak Djodjo lupa barangkali bahwaperubahan dimaksud bukan hanya sekadar perubahan nama, dari Sumbar ke DIM, tapijauh lebih dari itu. Para ahli yang merumuskan Naskah Ilmiyah DIM itu mencatatsedikitnya ada tujuh alasan kenapa Sumbar perlu dirubah menjadi DIM. Sementara olehKetua Umum LKAAM, HM Sayuti Dt RajoPangulu, ada 17 alasan perlunya Sumbar dirubah menjadi DIM. Kita tentu saja tidak asal-asalanmengajukan perubahan nama itu, karena di balik perubahan nama itu ada perubahanmendasar dari orientasi dan cara mengambil keputusan dari yang sebelumnyaketika masih bernama Sumbar dengan sekarang bernama DIM. Yang jelas jika denganSumbar yang diberi otonomi itu hanyalah Kabupaten dan Kota, sekarang seluruhsistem, dari Provinsi, Kabupaten/ Kota, Kecamatan dan Nagari yang sekianbanyaknya itu masing-masing diberi hak otonomi untuk mengatur dan melaksanakantugas pemerintahan itu. Kalau tidak bukan Daerah Istimewa dan Daerah Khususnamanya, karena semua diatur secara khusus dan istimewa, yang haknya itudiberikan oleh UUD1945 kepada kita, sesuai dengan Pasal 18 B. Dengan DIM, bagaimanapun, tidak adaniat untuk melepaskan diri dari NKRI. Tidak! Karena semua yang ada di NKRI jugaada dan dipakai di DIM. DIM datang justeru adalah untuk memperkuat NKRI itu.Coba lihat, siapa yang tidak akan menangis dan tersedu-sedan, melihat Sumbarsekarang telah meluncur demikian jauh ke bawah, sehingga oleh data-datastatistik ditunjukkan bahwa Sumbar sekarang telah berada pada urutan ketiga,bukan dari atas, tapi dari bawah. Bayangkan, daerah yang tadinya penghasil pemimpindan orang-orang pintar yang menonjol di tingkat nasional, sekarang telahmerosot jauh ke bawah. Sementara tingkah laku sosial yang menjijikkan, termasukkorupsi, narkoba, penyalah-gunaan prilaku seksual yang tidak lagi mengenalhalal-haram, dsb, telah menjatuhkan Sumbar ini ke tingkat yang tergolongterbawah. Memang aneh, ada saja orang Minang, dan pentolan lagi, yang tidakmelihat itu atau melihat hanya dengan pandangan biasa saja. Khusus mengenai Kepulauan Mentawai,kita menginginkan hubungan yang lebih akrab lagi walau adat dan agama berbeda.Mentawai harus maju, semaju daerah di tanah tepi. Kekayaan alam Mentawai adalahuntuk membangun Mentawai, bukan akan dibawa ke tanah tepi, Sumbar. Dan kitaingin membuktikan dengan kerja nyata, bukan hanya sekadar saduran di tepi bibir. Daerah-daerah tetangga yang jugaberadat dan berbudaya Minang, mereka tetap di provinsi masing-masing, membangundaerah mereka secara bersama di daerahnya itu pula. Juga bagaimana mungkinmemasukkan Negeri Sembilan di Malaysia, Brunei di Kalimantan Utara, Sulu diFilipina dan Madagaskar di Afrika, jika yang kita lihat adalah sejarah masalalu kerajaan Minangkabau yang punya wahana tersendiri. Cukuplah kalau ituadalah kenang-kenangan manis sejarah, sebagaimana meluasnya Islam sekarang inimenjadi agama terbesar di dunia dan merambat ke mana-mana. Dengan DIM, DIM tidak akan mungkinterpikirkan kalau kita tidak memiliki akar budaya yang namanya ABS-SBK itu.Yang kita inginkan sudah barang tentu tidak untuk sekedar disebut-sebut, tetapidisebut-sebut untuk dipraktekkan, dan dipraktekkan secara faktual dan mendasar.Dan kebetulan pula hubungan antara adat dan syarak yang kita pakai dan berlakudalam kehidupan kita adalah adat dan syarak yang berkesinambungan secarasintetik, dan menyatu, bukan secara sinkretik seperti di Jawa yang berbeda-bedatapi sama dan setara. Sintetisme antara adat dan syarak itu dibuhul lagi dalamikatan yang menempatkan Kitabullah Al Qur'anul Karim sebagai sumber utama danrujukan utama dari ikatan adat dan agama itu. Dikatakan: syarak mengata, adatmemakai, adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Yang berlaku selama ini, dan terutamasejak kemerdekaan ini, frasa ABS-SBK hanya untuk disebut-sebut tetapi tidakdipraktekkan dan diamalkan. Apalagi sampai di tingkat Nagari sekalipun, orangtidak lagi menyelesaikan urusan dengan berdasar pada ABS-SBK, tetapi pada ketentuanhukum nasional yang berlaku praktis di semua bidang. Kalau ada sengketamengenai apapun, orang tidak lagi membawanya kepada musyawarah antara tungkunan tigo sajarangan, tapi langsung ke polisi, ke pengadilan dan ke pengacara --sehingga arang habis, besi binasa. DIM tujuannya adalah itu betul.Memakai dan memanfaatkan nilai budaya paradigma ABS-SBK untuk menyelesaikanurusan sengketa di bidang apapun, ya politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan,dsb. DIM tentu saja memberikan pengarahan ke mana biduk mau dilalukan dalamkomplikasi situasi yang mau tak mau harus kita hadapi. Dengan ABS-SBK yangmengutamakan syarak dari adat, maka semua-semua apapun yang kita hadapi kitamengacu pada Kitabullah, Al Quranul Karim. Kalau di Aceh, Qanun bisa jalan,maka di DIM pun syarak akan menjadi pedoman dan ukuran utama, di semua bidangkehidupan, ya politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, dsb. Dengan pariwisata yangdisebut-sebut, seperti Pak Djodjo bilang itu, selama tujuannya adalah untukmenikmati keindahan alam, dan keindahan sosial-budaya yang kita miliki, dan tidakuntuk tujuan yang bukan-bukan seperti di daerah lain-lainnya, silahkan datang.Bukankah selama ini tidak juga ada larangan untuk berpariwisata ke daerahMinang untuk siapapun dan dari daerah manapun. Malah kita undang mereka datang.Yang terjadi justeru yang sebaiknya. Dengan pariwisata, semua kebejatan sosialyang tidak dikenal selama ini, sekarang telah menjadi bagian dari perangai kitapula. Pariwisata yang kotor dan mengotorkan ini harus kita bersihkan dansingkirkan jauh-jauh dengan menerapkan prinsip budaya ABS-SBK itu. Terakhir, Pak Djodjo dan siapapunyang berminat mau jadi Gubernur di ranah nanti, pikir-pikir benarlah. DIM kedepan adalah sebuah keharusan, khususnya dalam rangka mengobati dan menyehatkankembali ranah tercinta yang telah rusak ini. Dengan DIM kita bangun kembali bumiMinangkabau yang kita sayangi ini. ***
-- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
150621 DJODJO VERSUS DIM.docx
Description: MS-Word 2007 document