<http://www.antarasumbar.com/prov/2/padang> 
Inna lillahi wainna ilahi raajiuun...


Baru saja saya baca berita  Antara Sumbar tentang meninggalnya *Bang Buyung*, 
saya langsung teringat secarik kisah ke Masa Setengah Abad yang Lalu, 1967 
di University of Chicago Library. Ketika saya sedang asyik studi di 
perpustakaan, tiba-tiba diam-diam dua orang dari belakang saya. Yang satu 
Nancy Tanner (sekarang alm) mengetok bahu saya dan memperkenalkan Bang 
Buyung (yang kini alm pula). Karena tidak di sangka-sangka, saya terkejut 
melihat Bang Buyung dan kami bersalaman. Ingat saya komentar beliau waktu 
itu, "dengan tidak disangka-sangka saya jumpai pula Orang Awak di 
Univesrity of Chicago Library ini." Dengan wajah bersih dan senyumnya tak 
terlupa,  Beliau berdoa selamat belajar untuk saya. Sekarang, setengah abad 
kemudian terdengar berita beliau meninggal dunia. Selamat Jalan Bang 
Buyung, selamat sampai ke Tujuan Akhir dibawah Lindungan Allah 
Subhanahuata'ala.


Amiin ya Rabbilaalamiin.


-- Sjamsir Sjarif

Santa Cruz, California, USA


*Bang Buyung di Mata Praktisi Hukum Sumbar* 
Jumat, 25 September 2015 13:05 WIB 
Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Berpulangnya pengacara senior Adnan Buyung Nasution pada Rabu, 23 September 
2015 dalam usia 81 tahun membuat sejumlah praktisi hukum dan akademisi di 
Sumatera Barat merasa kehilangan salah satu figur panutan. 
Kendati Bang Buyung, panggilan akrab Adnan Buyung Nasution, tidak berasal 
di Ranah Minang, namun panggilan buyung adalah salah satu panggilan khas 
laki-laki di Minang, dan namanya dikenal sebagai pendekar penegak keadilan 
yang pemberani oleh praktisi hukum Sumbar.

"Keberanian Bang Buyung menyatakan kebenaran dalam memperjuangkan hukum, 
layak dijadikan panutan," kata Ketua Serikat Pengacara Indonesia (SPI) 
Hanky Mustav Sabarta.

Sedangkan Pengurus Peradi Padang Mukti Ali menilai Adnan Buyung adalah 
sosok yang banyak berkontribusi dalam dunia advokat dengan menggagas 
lahirnya Undang-undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat.

"Banyak yang bisa dipanuti dari almarhum dalam bidang hukum, bagi saya 
beliau adalah seorang nasionalis hukum. Berani menyuarakan kebenaran," 
katanya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh pengacara Rimaison Syarief. Ia menilai 
tak banyak yang bisa melakukan perjuangan seperti yang dilakukan Buyung.

Salah satunya pendirian Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia 
(YLBHI)/LBH. Bang Buyung berani dan rela mengorbankan pendapatan 
pribadinya, ujarnya.

"Almarhum rela menggunakan uang pribadinya untuk pendirian YLBHI, sebelum 
mendapatkan donatur-donatur. Ia pejuang HAM yang berani, dan teguh pada 
pendirian, meski sempat mendapatkan pencekalan pada masa Soeharto," katanya.

Rimaison berharap, semangat keberanian, dan nilai kebaikan dari almarhum 
dapat terus hidup, dan dijadikan panutan oleh pengacara lain tidak 
terkecuali dirinya.

"Menegakkan hukum tidak hanya bagi kepentingan materi, tapi demi tegaknya 
hukum itu sendiri secara adil tanpa memandang derajat seseorang. Itu 
panutan, termasuk bagi saya pribadi," jelasnya.

Kabar duka itu juga disampaikan oleh para pengacara lainnya Rahmat Wartira, 
mantan Direktur LBH Padang 1994-1997, pengacara sekaligus Ketua Komite 
Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sumatera Barat Defika Yulfiandra, 
inisiator pengaktifan kembali LBH Padang pascavakum pada 1988 Khairus dan 
mantan Direktur LBH Padang 1997-2000 Miko Kamal.

"Kami turut beduka, kehilangan salah seorang tokoh yang lantang menyuarakan 
kebenaran dan keadilan, semoga semangat beliau tetap terjaga," ujarnya.

Adnan Buyung meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, 
Rabu sekitar pukul 10.15 WIB, pada umur 81 tahun.

Pria dengan nama lahir Adnan Bahrum Nasution itu lahir di Jakarta, 20 Juli 
1934, dan telah berkiprah sejak muda di bidang hukum.

Selain itu, ia juga menjadi aktivis sejak masa mudanya sampai ia wafat. 
Salah satu organisasi yang didirikannya adalah LBH.

Pada 2007-2009, Adnan Buyung Nasution dilantik sebagai anggota Dewan 
Pertimbangan Presiden Bagian Hukum.

Sementara, pengamat sekaligus guru besar bidang hukum pidana Universitas 
Andalas (Unand) Padang Prof Elwi Danil menilai meninggalnya pengacara 
senior Adnan Buyung Nasution, menjadikan Indonesia kehilangan pejuang hukum 
yang lantang menyuarakan hak asasi dan keadilan.

"Indonesia telah kehilangan Bang Buyung yang merupakan seorang pendekar 
hukum bersuara lantang tentang kebenaran dan keadilan meski harus 
dikucilkan pemerintah" kata dia.

Menurutnya saat ini hanya sedikit pengacara dan ahli hukum yang memiliki 
kemampuan dan keberanian seperti Adnan Buyung.

Selain berani dan lantang, katanya, Adnan Buyung juga konsisten 
memperjuangkan hak asasi manusia dan keadilan hukum.

Bahkan, kata dia, pada masa Orde Baru, saat pengacara dan ahli hukum lain 
terdiam, Adnan Buyung berani mengkritik kinerja hukum pemerintah termasuk 
praktik ketidakadilan di dalamnya.

"Akibatnya pada rentang rezim Soeharto tersebut Adnan Buyung dikucilkan dan 
diasingkan," kata dia.

Namun memasuki reformasi pejuang yang juga terkenal dengan kegalakan dan 
ketegasannya tersebut mendapatkan masa keemasannya, katanya.

"Hukum Indonesia telah kehilangan sosok yang sederhana namun berbobot 
seperti Adnan Buyung," katanya.

Dia mencontohkan kesederhanaan ini terlihat saat pertama kali membangun 
kantor pengacara di samping toko kumuh.

Secara tempat, katanya, kantor tersebut tidak layak namun dari situlah 
perjalanan karir Adnan Buyung dimulai.

Selain itu dalam kesehariannya Adnan Buyung juga merupakan sosok yang 
sederhana namun ramah saat ada yang berbicara dengannya.

"Adnan Buyung juga seorang akademisi yang selalu memberikan pemikirannya 
untuk perkembangan ilmu hukum di Indonesia," katanya.

Menurutnya dengan bekal doktor dari Belanda, terlihat jelas bahwa Adnan 
Buyung merupakan pengacara sekaligus akademisi hukum yang kongkret.

Selain menjadi pengacara, kata Elwi, Adnan juga senantiasa menyempatkan 
diri melakukan kuliah umum dan seminar di beberapa kampus se-Indonesia.

"Setelah ini sulit lagi menemukan pengacara yang berkarakter bangsa seperti 
Adnan Buyung," ucapnya.

Senada dengan Elwi Salah satu warga di Padang Suardi menyatakan kehilangan 
atas wafatnya Adnan Buyung Nasution.

Menurutnya selain terkenal dengan rambut putihnya, Adnan Buyung juga 
seorang yang keras dan tegas saat muncul di televisi.

Adnan Buyung memang telah membuktikan tekad dan idealismenya, 
memperjuangkan tegaknya hukum hingga akhir hayatnya, tak hanya dengan ilmu 
hukum yang dikuasai, namun juga dengan nurani. (*)


Editor : Mukhlisun

COPYRIGHT © ANTARASUMBAR 201

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke