Sangenek soal para tokoh gabung ke LG

Dalam mensejahterakan rakyat indonesia, negarawan dan cendekiawan atau
apalah namanya kemungkinan terbelahterbelah.



PERTAMA, bergantung ke investor

Kalau tidak adar  ekonomi kita tak bisa bertumbuh bla-bla dst.

Pengangguran, obatnya hanya investor, akibatnya  berangsur sedikit atau
banyak  diikuti dengan pengurangan lahan  baik dikota maupun didesa  untuk
investor.

Keinginan ini kalau tidak dibendung akan menghabiskan lahan Indonesia ini,
ujungnya pribumi hanya buruh dinegerinya sendiri.



Contoh yang dekat adalah yang menimpa penduduk Betawi, 90 % tanah Jakarta
itu bukan lagi dikuasai pribumi Betawi. Ini akibat kerinduan kepada
investor untuk pengembangan kota.



Ada beberapa negara kaya tapi kurang lahan, maka dengan adanya pengundangan
investor ini mereka akan menguasai lahan Indonesia ini, malah nanti pulau
akan disewakan atau malah di HG kan sampai hari kiamat.



 KEDUA, hidup berdikari, hidup sederhana dengan apa yang ada dinegeri ini.
Investor diperlukan terbatas, sekedar untuk alih tegnologi.



Ini umumnya para petani dan sebagian kaum agama

Bagi mereka lebih baik hidup merdeka, berusaha sendiri dilahan sendiri dari
pada kaya, glamour , megah tapi jadi buruh/budak  orang asing maupun bangsa
sendiri.



Mereka gigih mempertahankan lahannya untuk gantungan hidupnya.

Memang mereka tidak hidup glamour seperti yang banyak ditampilkan penjual
jasa yang berhasil alias buruh halus maupun kasar.



Kesederhanaan  hidup ala Badui di Banten, Anak Dalam di Jambi, Sakai di
Riau, Tengger di Jawa Timur dan lain-lain suku di Indonesia yang masih
hidup dengan iklim pedesaaan,  jauh lebih terhormat dan bermartabat
daripada hidup glamour yang kita pertontonkan karena hasil penjualan jasa
atau glamour karena belas kasihan cukong/investor.



Sebagian oknum yang boleh dikatakan negarawan, cendekiawan,  dsb kehilangan
harga dirinya

karena belas kasihan cukong, didepan cukong harga dirinya NOL



Bagaimana pun, jujur diakui, kita-kita yang menjual jasa  adalah budak dari
investor, tidak jauh beda kedudukannya dengan budak hitam Amerika 1800-san
atau sebagian warga kita yang ke Suriname abad yang lalu.



Akibat kita sudah terbiasa 50-60 tahun dibawah investor asing, bukannya
mendapatkan alih teknologi dan kepercayaan diri, malah mungkin
menghilangkan kepercayaan diri..



Ini kelihatan para senior kita yang sudah dianggap cukup modal dan
kemampuan teknik-manegerial tidak bergabung sebagi bumiputera membentuk
usaha malah masih menggandul ke konglomerat non pri seperti apa yang
disebutkan diawal diskusi ini





Dikedua pembelahan ini, kita tinggal pilih, yang PERTAMA atau KEDUA.





Dipermukaan, nampaknya pemerintah mulai dari ORDE BARU sampai sekarang
memilih jalan pertama, oknum-oknum di pemerintahan mungkin keenakan, setiap
investor masuk, ada sedikit terima uang pelicinlah.



Kedepan demi martabat dan harga diri bangsa lebih baik kita pilih yang
KEDUA, dan itu belum terlambat, kalau tidak, kemungkinan SDA kita habis
diangkut keluar negeri, kita dan anak cucu kita terima karabangnya saja
lagi.



Wass,



Maturidi (L/77) Talang, Solok, Kutianyia, Duri Riau

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke