Warga Seberang Batang Sangir, Solsel Berjuang Melewati 'Jembatan Maut' 
Dibaca: *8* kali 
Selasa,16 Februari 2016 - 03:24:47 WIB
[image: Berjuang Melewati 'Jembatan Maut'] Sejumlah murid sekolah dasar 
‘menantang maut’ melintasi jembatan gantung di Jorong Talakiak, Nagari 
Ranah Pantai Cermin, Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan dengan 
kemiringan sekitar 45 derajat akibat banjir bandang, Senin (8/2). (JEFLI) 

*W**arga** seberang sungai Batang Sangir,  tepatnya Jorong Talakiak, Nagari 
Ranah Pantai Cermin, Kecamatan Sangir Batang Hari (SBH)  harus berjuang 
keras untuk bisa keluar dari daerah mereka, terutama murid sekolah dasar. 
Mereka harus melewati jembatan gantung yang kondisinya sangat 
memprihatinkan. Warga setempat menyebutnya ‘jembatan maut.*

Jembatan gantung yang nyaris terseret arus sungai Batang Sangir 
pascabencana galodo yang melanda Solok Selatan (Solsel) masih digunakan 
sebagai akses penghubung warga setempat.

Warga yang bermukim di seberang Batang Sangir di Dusun Talakiak harus 
menyeberangi ‘jembatan gantung maut’ itu kendati bertaruh nyawa. “Jembatan

gantung ini merupakan akses satunya bagi warga untuk bisa keluar, kendati 
beresiko harus tetap dilalui,”kata seorang warga setempat, Chandra saat 
ditemui *Haluan* di lokasi, Senin (15/2).

Setelah kejadian galodo yang memporak-porandakan daerah itu, warga di dusun 
yang dihuni sekitar 30 kepala keluarga (kk) atau sekitar 150 penduduk tidak 
bisa keluar dari dusun mereka selama dua hari. Sebab, pascabencana banjir, 
fondasi jembatan gantung itu terbongkar oleh derasnya arus sungai Batang 
Sangir. Dengan terbongkarnya fondasi jembatan menyebabkan jembatan 
mengalami kemiringan sekitar 45 derajat.

Disamping kondisi jembatan yang miring, papan alas dan pagar pegangan 
jembatan mengalami kerusakan. “Jika tidak hati-hati menyeberang bisa 
berisiko ma­ut,”kata Chandra. Setelah ter­isolasi selama dua hari akhirnya 
warga secara swadaya berusaha untuk membenahi kondisi jem­batan agar bisa 
keluar dari dusun mereka.

“Dengan mempergunakan bahan seadanya, kami gotong-royong memperbaiki 
jembatan sebisanya. Yang penting bisa dilalui dengan jalan kaki walau­pun 
menanggung risiko dila­lui,”tambahnya.

Ratna, seorang Ibu yang menjemput anaknya sepulang dari sekolah menyebutkan 
jika anaknya yang bersekolah di SDN 01 Ranah Pantai Cermin (RPC) baru Senin 
kemarin mau pergi ke sekolah dikarenakan takut untuk menyeberangi jembatan 
gantung “maut” itu. “Saya terpaksa men­dampingi anak saya untuk 
me­nyeberangi sungai karena alasan takut anak saya tak mau kesekolah 
sendiri,”ujar Ratna.

Ia menyebutkan, anaknya merupakan murid kelas satu SDN 01 RPC. “Jangankan 
anak-anak kita saja sangat hati-hati untuk melintasi jembatan itu dan untuk 
ukuran orang dewasa maksimal bisa melintas sebanyak tiga orang jika lebih 
jembatan berayun sangat ken­cang,”bebernya.

Dalam kondisi normal, jembatan gantung jika dilalui beberapa orang saja 
mengalami goncangan atau berayun-ayun apalagi dengan kemiringan 45 derajat 
dan disertai beberapa pijakan yang terbuat dari papan ada yang tidak 
lengkap atau berlubang-lubang. Sedangkan, untuk mengangkut hasil 
perke­bunan keluar masuk kampung, warga sangat terkendala sebab dalam 
kondisi normal, jembatan bisa dilalui kendaraan roda dua.

Terlihat, sepulang sekolah puluhan murid SD melintasi jembatan gantung 
‘maut’ itu dengan menanggung risiko yang cukup ekstrem. Mereka bahkan 
sampai berjongkok sambil me­megang pegangan jembatan dengan sangat pelan.

Sementara, Kepala SDN 01 RPC, Feri Agusman mengatakan perkiraan jumlah 
muridnya yang tinggal di seberang Batang Sangir, Jorong Talakiak sekitar 23 
orang anak. “Ada sekitar delapan orang murid kelas rendah (kelas I,II dan 
III) takut alias kena mental tidak mau melintas jembatan, Namun, kondisi 
demikian kita pa­hami,”katanya.

Ditambahkan, aktivitas bela­jar mulai normal bagi siswa yang berasal dari 
kampung seberang jembatan pada hari Jumat,(12/2). “Sebab sampai 
Kamis,(11/2) warga masih gotong-royong mem­benahi seadanya agar bisa 
dilewati,”lanjutnya.

Ia mengharapkan, demi lan­car­nya akses ekonomi masya­rakat serta 
mengantisipasi risiko terjadinya korban akibat kondisi jembatan gantung 
yang ekstrem, supaya pihak atau instansi terkait segera melakukan 
pembenahan dan perbaikan. “Kami berharap segera diperbaiki pihak terkait 
karena sangat berisiko,” tutupnya. *****

 

Laporan: *JEFLI*

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke