Dari Haluan kito baco pulo:

REPLIKA WAJAH DARI BATOK KELAPA Zainal Sulap Limbah Kelapa Jadi Rupiah 
Dibaca: *32* kali 
Jumat,05 Agustus 2016 - 03:58:13 WIB
[image: Zainal Sulap Limbah Kelapa Jadi Rupiah] PEDAGANG replica wajah 
menggelar dagangannya di Jalan Dobi Nomor 38, Padang, Kamis (4/8). (HUDA 
PUTRA) 

*PADANG, HALUAN —* Se­lama ini, buah kelapa hampa atau tak berisi 
dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau ter­buang begitu saja. Namun, di 
tangan Zainal (54), limbah kelapa itu disulap menjadi kerajinan yang 
bernilai tinggi.

Mak Itam demikian pang­gilannya membuat membuat berbagai kerajinan dari 
batok kelapa yang telah dikeringkan, dengan cara mengukirnya menjadi wajah 
manusia dan hewan, seperti kera, kura-kura, panda, dan tupai. Ia juga 
menerima pesanan dari pem­beli yang meminta dibuatkan tiruan wajah binatang 
jenis apa saja.

Ia mendapatkan ide mem­buat tiruan wajah dari batok kelapa setelah melihat 
kera­jinan itu menjadi hiasan din­ding di majalah. Menurutnya, itu 
kerajinan yang ada pasar­nya, apalagi setelah ia tahu bahwa tak ada yang 
membuat kerajinan seperti itu di Padang. Ternyata benar. Setelah pro­duk 
itu dibuatnya, peminat­nya cukup banyak.

Mak Itam membuat re­plika wajah itu berbekal pisau. Satu replika standar 
disele­saikannya dalam dua jam, lalu dijualnya dengan harga Rp­50.000 
hingga ratusan ribu per satu ukiran, tergantung uku­ran, bentuk, dan 
kerumitan membuatnya.

Omzet yang didapatkan Mak Itam dari menjual du­plikat wajah itu tidak 
menen­tu. Kadang ia mendapakan omzet Rp200 ribu sehari, kadang Rp500 ribu 
kalau ada yang membeli secara boro­ngan. Rata-rata-rata ia meraih omzet 
Rp200 ribu sehari.

Omzet itu diraihnya sete­lah ia rutin berjualan setiap hari di tempat 
usahanya, Jalan Dobi Nomor 38, Padang. “Saya ba­ru tiga bulan belakangan 
ru­tin setiap hari berjualan ini. Pa­dahal, saya sudah setahun men­jalankan 
usaha ini. Dulu sa­ya belum rutin berjualan ka­rena ada usaha lain. Usaha 
ini saya jadikan usaha sam­pingan saja,” tuturnya, Kamis (4/8).

Selama ini, kata Mak Itam, pembeli produknya ialah orang yang kebetulan 
lewat di de­pan tempatnya berjualan, ter­masuk turis asing. Pembeli 
lain­nya ialah pemilik usaha ka­fe.

Ke depannya, ia akan mem­buat kerajinan ukir yang lebih bervariasi lagi. Ia 
juga berencana merekrut pemuda yang menganggur di sekitar tempat itu 
sebagia pekerjanya kalau usahanya sudah maju alias penjualan sudah banyak. 
Saat ini, ia baru memiliki 3 orang pekerja. “Nantinya akan saya coba 
membuat lampu hias dari batok kelapa,” kata­nya. *(h/mg-hud)*

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke