"Miftah N. Sabri" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:    aaa) Kalau Bung miftah jo Indra 
Piliang laie ambo tahu saketek dan mungkin ado nan lainnyo menjadi Calon 
Pemimpin 2014 sajo.
  bbb) Kami mandukuang pemimpin yang berilmu, tawakal dan punya harga diri 
serta belajar ilmu filsafat dari Tuanku Datuk Tama nan keluaran sekolah di 
Penjara ke penjara.
  ccc) BraVO Generasi Muda Minangkabau. Minimum nan dicari dek rahayat adolah 
nan baumua 35-45 tahun sebagai generasi pendobrak nan tuo nan indak laku dijua 
laie doh.
  Tabiek ambo, Elias Fuentez di Deep Hook, Makati.  


        
--   Sandiaga S. Uno  March 2, 2008  Sandiaga S. Uno Tak Dipersiapkan Orangtua 
Jadi Pengusaha 
  

  SANDIAGA S Uno  adalah Indonesia Sejati, Ibunya :Jawa-Sunda, Ayahnya 
Gorontalo, Kelahiran Rumbai-Riau, dan Beristri  orang betawi. Sandiaga Uno, 
adalah Indoesia yang hidup.
  Sejumlah jabatan strategis diduduki Sandi. Khusus dunia pertambangan, ia 
tercatat sebagai salah satu pemegang saham perusahaan batu bara terbesar di 
dunia, PT Andaro. Bagi Sandi, menjadi pengusaha adalah impian yang tak pernah 
terlintas di benaknya. Orang tua Sandi, Razif Halik Uno, atau yang lebih 
dikenal Henk Uno dan Rachmini Rachman, lebih suka anaknya mengikuti jejaknya 
yakni bekerja di sebuah perusahaan mapan, sampai pensiun. 
  Darah pengusaha juga tak pernah mengalir di tubuh Sandi. Razif dan Rachmini 
adalah pakar kepribadian. Mereka berdua belum pernah menggeluti dunia bisnis. 
"Dulu, tak pernah terpikir oleh orang tua, saya itu akan nyambung ke sini 
(dunia usaha)," tutur pria kelahiran Rumbai, 28 Juni 1969 silam. 
  Tapi bukan berarti langkah Sandi sebagai pengusaha itu tidak mendapat 
dukungan berarti dari kedua orang tuanya. Bahkan, berkat jaringan sang ibu, 
Sandi justru mendapat banyak peluang usaha. 
  Salah satu langkah berani diambilnya ketika pada awal 2000 sektor tambang dan 
peminyakan terpuruk. Sandi justru berinvestasi di bidang ini. "Nah, pas 
sekarang orang berebut tambang, berebut minyak, ya saya sudah investasi 
duluan," ujar Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIMPI) ini. 
  Meski begitu, Sandi tak pernah merasa jika kesepakatan bisnisnya diperoleh 
karena faktor relasi kedua orang tuanya itu. Dia berpendapat, relasi hanya bisa 
membukakan pintu. Jadi seperti jalan. "Untuk selanjutnya, saya harus berjuang 
meyakinkan mereka." 
  Namun seluruh semangat kemandiriannya tersebut, diakui Sandi sebagai satu hal 
yang diasah berkat terasing di negeri orang semasa menyelesaikan pendidikannya. 
Suatu fase yang membentuk kemandirian dan keseriusan. 
  Beruntung dia belum sampai harus bekerja menjadi tukang bersih-bersih. Tetapi 
Sandi mengaku pernah juga merasakan pengalaman bekerja sebagai asisten 
laboratorium, dengan gaji US$3 (sekitar Rp25 ribu) per jam. 
  Untung pekerjaan itu tak dilakukannya dalam waktu lama. Sandi melihat ada 
kesempatan memperoleh pendapatan lebih besar jika menjadi tutor. Gaji tutor 
saat itu mencapai US$6 per jam. Nilai itu terus meningkat sampai menjadi 
asisten dosen. 
  "Sudah jauh dari orang tua dan saudara, hanya ada teman-teman. Mau tak mau 
saya terpaksa harus mandiri dan gigih. Selain udaranya dingin, bahasa pun 
kadang-kadang tak dimengerti," kenang Sandi. 
  Uniknya, kemampuan dalam beradaptasi cukup cepat. Jadi, saat pulang ke Tanah 
Air, Sandi sama sekali tak mengalami kerepotan akibat kejutan budaya atau shock 
culture, seperti umumnya orang telah tinggal lama di luar negeri. 
  Kondisi perekonomian yang porak-poranda melanda negeri ini pada 1997/1998 
bisa disebut telah menjadi tahun-tahun menentukan bagi arah hidup Sandi. Krisis 
itulah yang kemudian membuatnya berpaling, dan meninggalkan dunia profesional. 
Padahal, dia sudah merintis sebuah perusahaan multinasional hingga delapan 
tahun. "Terus terang pulang ke Indonesia itu gara-gara krisis. Aku memutuskan 
pulang Juni 1998. Aku ini pengusaha kecelakaan," tuturnya. 
  Sebelumnya, begitu lulus sebagai sarjana akuntansi dengan predikat summa cum 
laude dari The Wichita State University, Kansas, AS, tahun 1990, Sandi langsung 
ditawari taipan Astra, William Suryajaya bergabung dengan Bank Summa. Hanya 
satu setengah tahun ayah dari Anneesha Atheera dan Amyra Atheefa bertahan 
menduduki jabatan finance and accounting officer di Bank Summa, untuk kemudian 
kembali lagi negeri Paman Sam. 
  Saat itu dia mendapat tawaran beasiswa dari Bank Summa untuk menempuh program 
MBA dari The George Washington University, Washington yang diselesaikannya 
dengan sempurna. Indeks Prestasi Komulatif Sandiaga mencapai 4,00 alias summa 
cum laude. 
  "Banyak hal yang terjadi waktu sekolah. Mulai dari Bank Summa ditutup. Waktu 
itu nggak etis banget [kalau] waktu itu saya tinggalkan bank dalam keadaan 
susah. Apalagi saya sudah diberi beasiswa," tutur suami Noor Asiah itu. 
  Demi loyalitas itu, meski sudah mendapat tawaran dari, Sandi tetap 
menyempatkan diri untuk kembali ke Bank Summa guna membantu proses penyelesaian 
permasalahan bank tersebut. Menurut Sandi, penyelesaian itu sangat terbantu 
sikap William untuk menyelesaikan semua kewajiban kepada nasabahnya, termasuk 
harus kehilangan Astra. 
  Setelah itu Seapower Asia Investment Limited, dan MP Holding Limited Group di 
Singapura menjadi tempatnya berlabuh. Lalu perusahaan minyak dan gas NTI 
Resources Limited, Calgary, Canada menjadi tempatnya berkelana berikutnya. 
Sandi kemudian kembali ke Jakarta setelah perusahaan investasi di Singapura 
yang menjadi tempatnya bekerja tutup. "Saya tidak pernah berpikir untuk jadi 
pengusaha. Setiap bulan pokoknya diberi fasilitas dan gaji." 
  Rupanya begitu pulang ke Jakarta, Sandi baru sadar ternyata dia tidak tahu 
akan melangkah ke mana. Akhirnya dia mendirikan PT Recapital Advisors yang 
berkutat dalam hal review advisory. Beruntunglah Sandi karena cukup akrab 
dengan Edwin Soeryadjaya-anak Williaam. Keduanya lantas sepakat mendirikan PT 
Saratoga Investama Sedaya yang membidangi private equity dan direct investment. 
  Hanya saja meski Sandi sudah menjadi pengusaha. Kemauannya untuk terus turun 
ke lapangan membuat kawan-kawan sesama pengusaha bingung. "Saya tidak mau 
melepas keprofesionalan saya. Kami tidak tahu usaha yang kami jalankan, kalau 
tidak benar-benar mengetahui usaha kami sendiri," tuturnya. 
  Ada filosofi menarik dalam hidup Sandi. Pandangan itu ia peroleh dari ajaran 
kedua orang tuanya. Sedari kecil, Sandi dididik selalu berjiwa optimistis. Ia 
percaya, jika esok pasti akan lebih baik dari hari ini. "Setiap kali ada 
masalah, pasti ada solusi. Setiap ada keinginan, pasti ada jalannya." 
  Karena itu, Sandi melihat semua masalah berdasarkan hari per hari. 
Menggelinding begitu saja. Dia hanya berprinsip tetap bisa survive. "Kalau 
sudah melihat jauh ke depan, tapi tak bisa fleksibel, akhirnya juga susah. 
Sebab, dunia usaha itu sangat dinamis, tiap detik berubah," ungkapnya. 
  Tak cukup sampai di situ, untuk kehidupan pribadi, Sandi juga menyadari 
betapa pentingnya sisi spiritual bagi kehidupan yang dijalani. Dia sadar, 
spiritual menjadi dasar mental bagi setiap langkahnya. "Apa yang saya dapatkan 
saat ini adalah titipan." 
  Bermula dari prinsip inilah, Sandi selalu berusaha memperlakukan semua yang 
telah didapatnya, baik dari segi bisnis maupun keluarga, merupakan suatu 
refleksi bagi dirinya yang bersifat sementara. "Jadi kalau misalnya kalah 
berarti memang belum waktunya," paparnya. 
  Dengan landasan agama itulah, Sandi melakukan berbagai kegiatan yang tak 
melulu berorientasi bisnis. Ia bersama HIPMI juga bekerja sama dengan pesantren 
pimpinan KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym, dengan membentuk Pemuda Pelopor. 
Organisasi yang dibentuk di Bandung ini menjadi ajang Sandi untuk menelurkan 
pengusaha-pengusaha muda yang berlandaskan Islam. 
  Perhatiannya terhadap para pengusaha muda juga membuatnya berempati terhadap 
pengusaha yang merintis usahanya dari nol dan mampu berkembang. "Saya ingin 
succes story seperti ini ditularkan lagi kepada pengusaha-pengusaha yang 
sekarang," katanya. ( Turyanto ) Biodata
Nama : Sandiaga Salahuddin Uno
  Tempat/tanggal lahir : 28 Juni 1969
  Pendidikan:
- Bachelor of Business Administration, The Wichita State University, Kansas, 
AS, lulus 1990
  - Master of Business Administration, The George Washington University, 
Washington, AS, lulus 92
  Pekerjaan
  - Summa Group, Jakarta (Mei 1990-Juni 1993)
  - Seapower Asia Investment Limited, Singapura (Juli 1993-April 1994)
  - MP Holding Limited Group, Singapura (Mei 1994-Agustus 1995)
  - NTI Resources Limited, Calgary, Canada (September 1995-April 199 
  - PT Saratoga Investama Sedaya (April 1998- sekarang) 
  http://jurnalnasional.com




  SEHARI BERSAMA SANDIAGA UNO
Gesit Berbisnis Gila Olahraga  Rutin bermain basket dan pijat refleksi. 
  Rumah Sandiaga Uno, Pukul 08.00
  Matahari telah naik sepenggalah ketika Sandiaga Salahuddin Uno keluar dari 
rumahnya di Jalan Pulobangkeng, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. 
Sandi--panggilan akrabnya--tampil sporty dengan kaus kuning, celana abu-abu 
selutut, dan sepatu putih dengan kaus kaki hitam. Kacamata hitam dan arloji 
sport yang dikenakannya melengkapi penampilannya pada Sabtu pagi dua pekan lalu.
  Pengusaha 38 tahun itu akan melakukan olahraga rutinnya saban akhir pekan: 
bermain basket di Gelora Bung Karno, Senayan. Kedua putrinya, Anneesha Atheera 
Uno dan Amyra Atheefa Uno, ikut menemani. Adapun sang istri, Nur Asia, tak 
menyertainya karena sedang berada di Malaysia.
  Sandi memang penggemar berat olahraga. Boleh dibilang, ia selalu membuka 
harinya dengan berolahraga. "Kalau tidak olahraga sehari saja serasa ada yang 
kurang," kata Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu sesaat 
setelah kami meluncur di atas mobil Toyota Alphard warna perak yang disopiri 
Mono.
  Selain Sabtu, setiap hari Sandi selalu menyempatkan lari di atas treadmill di 
rumahnya. Atau, ia pergi ke sebuah pusat kebugaran sebelum ngantor di kawasan 
Kuningan, Jakarta Selatan. Nah, pada Sabtu pagilah ia rutin bermain basket 
bersama rekan-rekannya di klub basket Citra Satria Jakarta.
  Menurut Sandi, sudah sejak SMA ia bermain basket di lapangan Gelora Bung 
Karno itu. Bagi dia, lewat basket ia belajar tiga hal yang bisa diterapkan 
dalam dunia bisnis yang kini digelutinya. Pertama, team work. Kerja sama tim 
yang kompak mutlak diperlukan untuk memenangkan pertandingan basket.
  Kedua, stamina. Dibutuhkan stamina kuat ketika bermain basket karena tempo 
permainannya yang cepat. Begitu pula dalam bisnis, daya tahan yang kuat sangat 
diperlukan. Tak boleh baru satu-dua kali pukulan saja sudah loyo. "Dalam bisnis 
pandangan harus sudah jauh lima sampai sepuluh tahun ke depan," ujarnya.
  Hal ketiga yang dipelajari dari olahraga basket adalah kepemimpinan. Memang, 
sulit menentukan siapa yang harus memimpin serangan sebuah tim ketika 
bertanding basket. Tapi, setidaknya harus ada satu pemain yang menjadi 
jenderal, yang mengatur strategi serangan. Dalam bisnis pun diperlukan seorang 
nakhoda untuk menjalankan kapal usahanya. "Tiga hal itulah yang saya pelajari 
dalam permainan basket," kata pria yang terpilih sebagai satu dari 22 tokoh 
muda yang paling berpengaruh di Asia versi lembaga Asia Society itu.
  Setiba di lapangan basket, Sandi langsung berbaur dengan teman-temannya 
melakukan pemanasan. Sekitar 15 menit berselang, Sandi dan rekan-rekan satu 
klubnya mulai berebut si kulit bundar. Pagi itu, Sandi bermain sekitar satu 
jam. Tubuhnya tampak bermandi keringat ketika ia menyudahi permainan pada pukul 
10.10.
  Setelah rehat kira-kira 10 menit, Sandi menuju Senayan Golf Drive Range 
dengan berlari. Sudah menjadi kebiasaannya, setiap kelar bermain basket ia 
selalu berlari bila menuju lapangan golf yang masih berada di kompleks Gelora 
Bung Karno. Dikatakannya, ia memang penggemar lari maraton, dan tiap kali ada 
event dia selalu mengikutinya.
  Senayan Golf Drive Range, Pukul 10.35
  Di Senayan Golf Drive Range, Sandi berganti kostum dengan kaus putih dan 
celana pendek biru. Tak lama berselang, ia membimbing kedua putrinya memukul 
bola golf: Anneesha 50 bola dan Amyra 50 bola. Sandi sendiri sempat memukul 20 
bola. Ketiganya asyik bermain disertai celoteh dan derai tawa yang acap meledak 
di sela-sela permainan.
  Menurut Sandi, ia tak menjadikan golf sebagai olahraga. Bagi pria kelahiran 
Rumbai, Riau, 28 Juni 1969, itu, bermain golf sekadar untuk rileks. Golf juga 
dijadikannya sebagai ajang mencairkan suasana ketika terjadi ketegangan di 
antara para kolega bisnisnya. Acap kali ia menjadikannya sarana lobi. "Banyak 
deal-deal bisnis yang tercipta dari lapangan golf," katanya menerangkan.
  Ya, bisnis menjadi dunia yang dipilih bungsu dari dua bersaudara anak Razif 
Halik Uno dan Mien Uno itu sebagai jalan hidupnya. Jiwa bisnisnya mulai 
bertunas ketika dia kuliah di bidang akuntansi di Wichita State University, 
Amerika Serikat. Lulus kuliah pada 1990, ia sempat bekerja di Grup Summa milik 
taipan William Soeryadjaya.
  Setelah bekerja di sejumlah perusahaan di Singapura dan Kanada, Sandi yang 
telah menggenggam MBA dari George Washington University, Amerika, mendirikan 
perusahaan investasi, Recapital Advisors. Kini, selain sebagai orang nomor satu 
di Hipmi, ia juga Presiden Direktur PT Saratoga Capital dan bos di sejumlah 
perusahaan lainnya.
  Sekitar pukul 11.30, Sandi selesai bermain golf dengan anak-anaknya. Ia 
kemudian membersihkan badan. Siang itu, ia akan makan bersama ayah-ibunya di 
restoran yang berada di Senayan Golf Drive Range. Mengenakan kaus putih 
berkerah, celana jins, dan sepatu abu-abu, Sandi memilih meja di bagian tengah 
untuk santap siang bersama orang tuanya.
  Razif dan Mien Uno tiba setengah jam kemudian, pas ketika Sandi memesan nasi 
goreng spesial dan segelas teh manis. Menurut Sandi, ia menyukai hampir semua 
jenis makanan, kecuali durian. Tepat pukul 12.00, acara makan siang keluarga 
Uno itu dimulai. Sembari menikmati santapan, mereka asyik berbincang tentang 
banyak hal. Sesekali tawa mereka meledak.
  Seusai makan, Sandi menerima wartawan yang mewawancarainya tentang penjualan 
salah satu bisnisnya, Pizza Hut. Sandi juga menjelaskan seputar rencana 
usahanya di tahun 2008, yang akan fokus pada bidang infrastruktur, keuangan, 
dan industri sumber daya alam.
  Di tempat sama, Sandi menerima jajaran direksi sebuah perusahaan tambang di 
Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Di perusahaan tersebut ia menjadi salah satu 
pemegang saham. Sekitar 15 menit Sandi menerima laporan perusahaan dari mereka.
  Dengan cara itulah Sandi mengendalikan sejumlah bisnisnya. Ia hanya 
memberikan arahan-arahan yang bersifat umum. Dikatakannya, dia tak mau terlibat 
langsung dalam hal-hal teknis menyangkut kebijakan perusahaannya.
  Dari Senayan Golf Drive Range, Sandi meminta sopirnya mengarahkan mobilnya ke 
Jakarta Hall Convention Centre. Di sana, ia meninjau pelaksanaan pameran 
Agrinex yang digelar oleh Hipmi. Pameran tahunan Hipmi itu bertujuan menggugah 
para pengusaha muda untuk menanam modal di bidang agribisnis.
  Jakarta Hall Convention Centre, Pukul 14.30
  Sesampainya di arena pameran Agrinex, Sandi menemui beberapa pengurus Hipmi 
wilayah Banten dan Sumatera Utara yang telah menunggunya. Ia juga sempat 
bertemu pengusaha biofuel dari Republik Cek yang ingin berinvestasi di 
Indonesia.
  Sorenya, sekitar pukul 16.00, Sandi berkunjung ke stan Zen Living Centre, 
salah satu peserta pameran Agrinex. Zen Living yang memberikan jasa layanan 
reflexology dan spa foot itu salah satu usaha yang dikelola istrinya. 
Sehari-hari usaha itu dijalankan di bilangan Jalan Adityawarman, Jakarta 
Selatan. 
  Menurut Sandi, ia menjadi pelanggan tetap Zen Living, dan secara rutin 
sepekan sekali menikmati spa foot dan pijat refleksi di sana. Selain itu, ia 
rutin memangkas rambutnya di sebuah salon di Jalan Kertanegara, Jakarta 
Selatan, sebulan sekali. "Salon itu sudah menjadi langganan saya sejak 20 tahun 
silam," katanya.
  Pulang dari pameran, Sandi mengajak bertandang ke rumah orang tuanya. 
Sepanjang perjalanan menuju rumah di Kebayoran Baru itu, ia bercerita tentang 
filosofi hidupnya. Dikatakannya, ia menjalani hidupnya simpel saja, tak 
neko-neko. Soal pakaian, misalnya, ia tak mengoleksinya atau fanatik dengan 
merek tertentu. Pakaian yang biasa dikenakannya selalu dibelikan oleh istrinya.
  Untuk sepatu ia biasa memakai merek Nike di kala santai atau saat 
berolahraga. Sedangkan kalau ke kantor ia biasa bersepatu Gucci. Begitu pula 
parfum, dia memilih wewangian yang disemprotkan ke tubuhnya bermerek Hugo Boss.
  Yang menarik, Sandi jarang mengenakan ikat pinggang. Makanya, untuk ke kantor 
ia lebih suka mengenakan batik, yang tak perlu dimasukkan ke celana. "Kalaupun 
tak memakai ikat pinggang tak akan kelihatan."
  Rumah Orang tua Sandiaga Uno, Pukul 17.30
  Rumah orang tua Sandi yang terletak di Jalan Galuh, Jakarta Selatan, itu 
hanya sekitar 500 meter dari rumahnya. Petang itu, Sandi berdiskusi dengan 
ayahnya, sementara kedua putrinya bercengkerama dengan Mien Uno.
  Sesaat sebelum magrib tiba, Sandi mengajak salat di Masjid At-Taqwa, persis 
di depan rumah orang tuanya. Menurut Sandi, masjid itu dirintis dan dibangun 
oleh kakeknya dan kakek istrinya. Entah kebetulan atau tidak, pengeras suara di 
menara masjid itu dihadapkan ke arah kamarnya. Alhasil, saat azan subuh 
berkumandang, mau tak mau Sandi terjaga. "Kebiasaan itu terbawa sampai 
sekarang," ujarnya.
  Tepat pukul 19.00, Mien Uno mengajak makan malam. Di meja tersaji nasi putih, 
ayam goreng, mi goreng, sayur kangkung, bakso, dan kerupuk. Sandi mengambil 
nasi putih, sayur kangkung, dan ayam goreng. Semua anggota keluarga memilih 
makan sambil duduk lesehan di ruang tamu.
  Sembari santap malam, Sandi dan ayahnya melanjutkan diskusi. Kali ini, 
ayah-anak itu membicarakan soal rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga 
nuklir di Muria, Jawa Tengah. Keduanya juga berdiskusi seputar kasus Bantuan 
Likuiditas Bank Indonesia. 
  Sandi melewatkan malam di rumah orang tuanya hingga pukul 20.00. Begitu tiba 
di rumah pribadinya, pengusaha sekaligus penggila olahraga itu bergegas menuju 
ke kamarnya. Malam itu Sandi istirahat lebih awal dari biasanya. 
  ERWIN DARIYANTO
   





-- 
Miftah N. Sabri
Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL-UI)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia

Gdg C Lt3
Kampus UI Depok, 16424
Telp:+62217865879
Fax: +622178887063

Cell: +628568766641




       
---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet.
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting.
- Hapus footer & bagian tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur 
pribadi.
- Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta 
maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku.
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 

Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke