VII : Menerima anak harimau yang terluka
Dikarenakan sekujur badan Saiful terluka dan lembam maka mereka sepakat kereta yang tadinya hendak digunakan oleh Masnan dan Burhan, dipakai Basri untuk mengangkut Saiful yang terluka. Anak itu butuh ruang untuk istirahat akibat luka-lukanya. Dan kebetulan juga Masnan memang ingin cepat-cepat kembali memilih menggunakan kudanya membawa Burhan. Sedangkan barang-barangnya bisa dikirim menyusul, hanya barang-barang yang penting saja dibawanya seperti beberapa lembar baju Burhan. Segera Basri mengeluarkan perlengkapannya untuk membuat kereta yang mengangkut Saiful menjadi nyaman bagi orang yang kesakitan seperti anak itu. Basri merasa hatinya sakit setiap kali melihat keadaan Saiful, karena itu ia mempercepat kerjanya agar bisa segera membawa anak itu pergi, dia juga mengupah orang untuk membantunya selama perjalanan di samping para kusir keretanya. Perjalanan ke kampung halamannya dari Nagari Batang Kapeh ini cukup jauh bisa memakan waktu 3 hari 2 malam, makanya dia membekali diri dengan segala obat2an dan makanan kering yang bergizi serta air minum yang bersih untuk membantu memulihkan kondisi Saiful secepatnya. Setelah semua persiapan selesai, mereka segera berangkat, Saiful yang dalam keadaan lemah digendong Basri dengan hati-hati diletakkan di kasur yang sudah disiapkan sebelumnya. Basri yang menggendong tubuh ringkih Saiful merasa hatinya sesak dan rasanya ingin memukul orang. Dia tidak habis pikir kenapa ada orang tua yang tega memukuli anaknya sendiri seperti ini, begitu banyak dia menemui orang jahat dan kejam tapi belum pernah dia melihat kekejaman seperti ini. Sempat dalam hati dia mempertanyakan kebijaksanaan Tuhan dalam mengatur takdir manusia , dia yang sangat mengharapkan bisa diberikan anak, Tuhan tidak berikan kepadanya tapi malahan diberikan kepada mereka yang tidak bertanggung jawab atas titipan Tuhan itu. Tapi dengan dasar iman yang teguh dia menarik kesimpulan mungkin justru inilah rencana Tuhan mempertemukan dia dengan Saiful yang menderita untuk menjadi murid sekaligus anaknya. Dia sadar jika anak itu lahir dari rahim isterinya belum tentu anak itu akan bisa menjadi anak yang baik karena pasti akan sangat dimanjakan oleh orang tua Basri maupun orang tua isterinya. Dengan mempunyai dasar penderitaan seperti Saiful, melatih anak itu untuk lebih sabar dan menghargai hidup serta tahan derita. Tetapi tetap saja dia tidak terima ada seorang laki-laki besar memukuli seorang anak kecil bertubuh kurus dan ringkih tanpa memikirkan akibatnya. Karena itu timbul niat dalam hatinya untuk tidak akan pernah memberikan uang yang telah dijanjikan kepada orang tua Saiful sepeserpun. Hari sudah lewat tengah hari ketika Basri berpamitan untuk berangkat pada Bumi dan Kahar serta Siti, tiba-tiba dari samping kereta sebelah kanan bapaknya Saiful memunculkan diri dengan agak takut-takut mendekati Basri dan Bumi. Basri yang melihat pria itu sudah langsung ingin menghajarnya untung Kahar dan Bumi sempat mencegahnya. Bapaknya Saiful buru-buru mundur ke belakang takut kena hajar oleh pria yang akan bawa anaknya pergi. Sebenarnya dia takut untuk datang menagih janji kepada pria itu karena dia tahu pria itu sangat membenci dia sehingga bisa saja memukulnya habis-habisan seperti dia memukuli anaknya tadi pagi. Keberaniannya untuk memunculkan dirinya ke hadapan Basri dikarenakan isterinya sudah mengancam jika dia tidak bawa uang yang dijanjikan tersebut isterinya akan pergi dengan pria lain yang merupakan saingan dia sejak dulu dalam memperebutkan isterinya. Selain itu dia juga sudah bosan jadi orang miskin dan dilecehkan oleh orang yang paling dicintainya, dia berharap dengan adanya uang ini dia bisa mempertahankan isterinya dan hidup makmur tanpa perlu bekerja keras lagi. Dorongan hasrat inilah yang memicu keberaniannya untuk menemui Basri, dia rela dipukulin habis-habisan selama dia bisa menerima uang banyak dari Basri. Tadi pagi dia dan isterinya memukuli anak mereka, karena Saiful tidak mau pergi dengan Basri, anak itu bersikeras ingin tetap tinggal dan berjanji akan melakukan apapun selama tidak menyuruh dia pergi dari rumah. Isterinya naik pitam mendengar hal ini karena dia sudah membayangkan bisa mempunyai rumah bagus dan baju-baju yang mewah, langsung menghajar anak mereka. Lalu isterinya tidak puas mulai menteror dirinya untuk membuat anak mereka pergi dengan pria yang menjanjikan uang banyak pada mereka itu. Akibat tidak tahan dengan teriakan-teriakan kemarahan isterinya yang menyakitkan hatinya, dia ikut-ikutan memaksa anaknya untuk pergi dengan memukulinya sekaligus sebagai pelampiasan kesakitan dia akibat kata-kata tajam dari sang isteri. Kesakitan hati dia membuat dia lupa dan buta bahwa yang dia pukuli itu adalah anak kandungnya dan seorang anak yang masih kecil sekali dengan tubuh kurus dan ringkih seperti itu. Pukulan kayu yang menghajar tubuhnya, membuat dia tersadar apa yang telah dilakukannya, tapi dia sudah tidak sempat menyesalinya karena keburu pingsan. Setelah diguyur dengan air dingin oleh isterinya dia menjadi sadar dan dari isterinya, dia tahu yang memukul dirinya adalah tukang kebun wali nagari mereka, dan langsung dia menyadari dia akan mendapatkan masalah dengan janji uang itu. Sang isteri tidak mau tahu bahkan tetap memaksanya untuk menagih janji kepada Basri, sempat dia merasakan ketakutan yang sangat membayangkan apa yang bakal terjadi jika dia meminta uang tersebut. Tapi karena desakan dan ancaman dari sang isteri dan membayangkan hidup yang mewah membuat dia mengeraskan hati dan menepis perasaan ketakutannya untuk bertemu dengan Basri. Melihat pria itu, hawa amarah Basri memuncak sampai ke ubun-ubunnya, kalau tidak dipegang Kahar dan dicegah Bumi ingin rasanya dia meremukkan muka pria itu dan menguncang-guncang otaknya supaya sadar akan perbuatannya. Dia tahu pria ini datang untuk menagih janjinya, dan dia sudah bertekat untuk tidak memberikan uangnya. Dengan tangan masih dipegang Kahar dan Bumi yang berdiri diantara dia dengan pria bajingan itu, dia berusaha menahan kemarahannya mengingat jika memperpanjang masalah dia tidak akan bisa membawa Saiful pergi secepatnya. Suasana penuh ketegangan, Bumi yang tidak suka dengan pria ini berusaha sabar karena terus terang saja ingin rasanya dia juga turun tangan untuk memberi hajaran kepada pria ini, tapi dia sadar sebagai wali nagari dia tidak bisa bertindak sembarangan saja. Melihat bahwa Basri tidak bisa bicara akibat kemarahannya, maka Bumi berinisiatif bertanya. "Ada perlu apa, awak(kamu) datang ka siko (ke sini)?" Tanya Bumi "Ehhh, anu. ini.ehh. mamaamauu tatannyaa,.."dengan gugup ayah Saiful menjawab. Bersambung. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet. - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting. - Hapus footer & bagian tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi. - Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku. =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---