Tulisan ini saya buat beberapa tahun lalu ketika diminta oleh dinas pariwisata 
dan budaya DIY sebagai pembicara dalam seminar dialog antar etnis. memang 
jogjakarta terkenal dengan kemajemukan penduduknya, meskipun simbol kraton 
masih dipertahankan.

Menyambung diskusi Pencalonan Putra Terbaik Minang pada Pilpres 2009 esok, 
hendak pula saya bertanya kepada bapak2 dan ibu, uda-uda dan uni2 yang 
terhormat, UNTUK APA KURSI RI NO 1 YANG AKAN DIPERJUANGKAN TERSEBUT???



KOMITMEN MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM MENJAGA KEUTUHAN NKRI                     
                 Pada kesempatan dalam acara "Halal bi Halal Masyarakat 
Minangkabau Yogyakarta", di gedung Graha Sabha Pramana UGM pada tanggal 23 
November 2006 yang lalu, Prof. Dr. Syafi'I Ma'arif, seorang intelektual Minang 
dalam ceramah "Hikmah Syawalan" menyampaikan suatu pernyataan terkait sikap 
orang Minang terhadap keutuhan NKRI. "Seandainya seluruh daerah yang ada saat 
ini, satu per satu memisahkan diri dari NKRI, maka Minangkabau (Sumatera Barat) 
adalah daerah yang terakhir kali yang akan memisahkan diri".

 Dalam pemaparannya Buya Syafi'i tidak merinci secara jelas mengapa beliau 
mengutarakan tesis tersebut. Penulis mencoba untuk mencari informasi terkait 
dengan hal ini. Jawaban yang penulis temukan berangkat dari perspektif 
historis. Paling tidak ada 3 sejarah yang membuktikan hal ini:

 a.Pendiri NKRI banyak berasal dari Minangkabau
 Siapa tidak kenal Muhammad Yamin dan Muhammad Hatta? Beliau berdua adalah 
putra Minangkabau yang berjuang untuk kemerdekaan RI. Bukan hanya berjuang 
secara politik, beliau berdua berperan memformat Negara Indonesia.
 Muhammad Yamin adalah tokoh yang tergabung dalam Tim Sembilan BPUPKI yang 
bertugas merumuskan dasar Negara Indonesia merdeka. Beliau pulalah yang 
mengajukan konsep dasar Pancasila sebagai dasar Negara.

 Sebuah kisah yang membuktikan bagaimana komitmen Bung Hatta dalam persatuan 
NKRI, dapat kita lihat dalam penetapan Piagam Jakarta sebagai dasar NKRI. Sore 
17 Agustus 1945, Hatta diberitahu oleh salah seorang perwira Jepang, bahwa ada 
laporan "pemimpin di Indonesia Timur enggan untuk bergabung NKRI, jika redaksi 
Piagam Jakarta masih seperti semula". Akhirnya Hatta berembuk dengan tokoh 
Nasional lainnya dan diputuskan kata-kata "...dengan kewajiban kewajiban 
menjalankan syari'at...", dihapuskan keesokkan harinya dalam rapat PPKI. Hal 
ini membuktikan komitmen Hatta dalam menjaga keutuhan kesatuan bangsa 
Indonesia. Dengan kematangannya, beliau menjelaskan secara jernih kepada 
tokoh-tokoh Islam yang menginginkan dasar Negara tetap berdasarkan piagam 
Jakarta tanpa dirubah sedikitpun, supaya "legowo" menerima hal ini demi 
persatuan dan kesatuan Indonesia.

 b.Penyelemat Kemerdekaan Indonesia melalui PDRI
 Perjuangan kemerdekaan nasional dalam saat krisis antara bulan desember 1948 
sampai juli 1949 di saat tertawannya Presiden Soekarno dan Wakil Presiden 
Mohammad Hatta, serta hamper seluruh anggota cabinet, tetap berlanjut di bawah 
pemerintahan darurat Republik Indonesia yang dipimpin oleh Syafroeddin Prawira 
Negara di Sumatera (Bukittinggi). Perjuangan tersebut telah menyelamatkan 
Republik Indonesia, baik di tingkat Nasional maupun internasional (Buku "Dua 
Sejoli", terbitan Yayasan Mataram Minang Lintas Budaya Yogyakarta tahun 2003, 
hal 228).

 c.Sumbangsih Kepada Bahasa Indonesia
 Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu yang menjadi sarana komunikasi bagi 
seluruh suku bangsa yang berbeda-beda bahasanya yang ada di tanah air. Prof. 
Bahder Johan menyatakan, "Minangkabau berpuluh tahun lamanya memberi inspirasi 
ke dalam perkembangan bahasa Melayu/Indonesia. Kalau kita tinjau sejak awal 
perkembangan bahasa, bagaimana tumbuhnya bahasa Minang dan kedudukannya di 
samping bahasa Melayu, akan mengertilah pula kita betapa besarnya bahagian 
Minangkabau dalam perkembangan bahasa Indonesia modern (Hamka, "Islam dan Adat 
Minangkabau", Panjimas; Jakarta hal 123). Sumbangsih Minangkabau bukan hanya 
dari segi bahasanya saja, tetapi sastra Indonesia telah diwarnai oleh 
pujangga-pujangga besar dari Minang.

 Demikianlah secara singkat menurut penulis, sejarah yang menanamkan semangat 
masyarakat Minangkabau untuk tetap menjunjung tinggi dan menjaga keutuhan NKRI.
   Seorang pakar sejarah dari Universitas Andalas Padang menyampaikan kisah 
yang menarik terkait dengan komitmen ini. "Pada saat gelombang reformasi 
1997-1998, kondisi Indonesia diperparah oleh keinginan beberapa tokoh daerah 
yang ingin melepaskan diri dari NKRI (separatism). Hal ini juga terjadi di 
Sumatera. Ada Aceh Merdeka, Riau Merdeka, dan lain sebagainya. Dalam sebuah 
pertemuan aktivis Minang di sebuah kota di Sumatera Barat, mencuat wacana 
"Minang Merdeka". Dengan emosi meledak sang dosen ini, yang ikut diundang dalam 
pertemuan itu, angkat suara, "Engku-engku ini latah. Tidak tahu sejarah. Orang 
berkata merdeka, engku teriakan juga merdeka. Apakah engku-engku tidak tahu 
siapa yang mendirikan Negara ini?" Terdiamlah semua yang hadir saat itu.

 Perjalanan sejarah menjadi bukti akan komitmen Minangkabau kepada NKRI. 
Mungkin pembaca sekalian akan mematahkan argument ini dengan mengemukakan fakta 
sejarah lainnya, bahwa di Sumatra Barat pernah terjadi pemberontakan PRRI. 
Berdasarkan pengetahuan penulis , PRRI tidaklah bertujuan untuk memisahkan diri 
dari NKRI namun sebuah bentuk "meminta perhatian" dari Pemerintah Pusat di Jawa 
untuk menengok kehidupan dan penderitaan yang terjadi di luar Jawa. Bagaimana 
kesenjangan kesejahteraan dan perlakuan kebijakan tidak mendapat perhatian 
khusus dari Pemerintah Pusat.

 Namun, apa yang terjadi, Pemerintah Pusat mengirimkan tentara ke Sumatra Barat 
dan melakukan pembunuhan terhadap masyarakat sipil. Sebuah cerita yang 
disampaikan oleh seorang guru di Batusangkar yang pada saat itu masih SMA, 
menggambarkan kegananasan tentaraterhadap orang-orang PRRI, "suatu ketika 
pejuang PRRI ditangkap, kemudian dijejer di tepi jurang Ngarai Sianok 
(Bukittinggi). Mereka ditembaki. Dalam keadaan sekarat, mereka ditendang 
kejurang. Bukan hanya itu saja, siswa-siswa SMA dipaksa menonton kekejaman 
ini". Tragedy ini, masih menysakan luka mendalam bagi masyarakat Minangkabau. 
Mungkin pergantian generasi saja yang bisa menghapus jejak-jejak kepedihan ini.

 Sebenrnya kalau kita pelajari secara seksama budaya Minangkabau secaara utuh, 
maka kita akan temui bagaimana demokratisnya orang Minang dalam menghadapi 
perbedaan pendapat. Cerita ringan yang menggambarkan hal ini, pernah suatu kali 
orang Minang ditanya, kenapa dalam bersilat, didahului oleh berbalas pantun 
dulu ?. ini adalah symbol budaya yang menggambarkan orang Minang lebih 
mendahulukan diplomasi dibandingkan pendekatan militer dan kekerasan fisik. 
Ketidakmampuan pemerintah Soekarno dalam membaca PRRI, telah membuat kecelakaan 
sejarah yang perih bagi Minangkabau.

 Penamaan Minangkabau akan memperjelas tentang berakarnya budaya diplomasi, dan 
musyawarah masyarakat Minang. A.A Nafis dalam satu bukunya menuliskan kisah 
klasik ini.

 " pada suatu masa datanglah bala tentara yang dipimpin anggang dari laut yang 
hendak menaklukkkan mereka. Melihat kekuatan pasukan, mufakatlah Datuk yang 
berdua (Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatih nan Sabatang ) beserta Cati 
BilangPandai untuk mencari akal bagaimana menangkis serangan musuh.

 Akhirnya didapat kata sepakat kata sepakat bahwa untuk melawan pasukan yang 
kuat itu haruslah dengan strategi. Strategi yang dipilih ialah mengadu kerbau. 
Kerbau siapa yang menang itulah yang memenangkan pertempuran. Usul diterima 
oleh panglima pasukan yang datang itu.

 Pihak musuh mendatangkan kerbau yang sangat besar. Jarak kedua ujung tanduknya 
empat depa. Untuk menandinginya tidak ada kerbau yang sepadan. Lalu 
dirundingkan lagi. Cati Bilang Pandai mengajukan saran agar kerbau besar itu 
dilawan dengan anak kerbau yang lagi syarat menyusui. Sebelum dilepas 
kegelanggang, anak kerbau itu beberapa hari tidak dibiarkan menyusu pada 
induknya. [ada hidungnya diikatkan sepotong besi yang runcing. Besi itu disebut 
minang.

 Demikianlah, pada hari yang ditetapkan pihak musuh melepaskan kerbaunya yang 
besar ke gelanggang. Kemudian pihak yang menanti melepaskan anak kerbau yang 
kecil itu. Ketika melihat seekor kerbau yang besar di gelanggang, anak kerbau 
itu menyangka induknya . berlarilah anak kerbau itu dan menyeruduk ke perut 
kerbau besar itu. Ia lari kesakitan, sejak kemenangan itu, tempat gelanggang 
itu menjadi kampong yamng dinamakan Minangkabau".

 Apa pelajaran yang dapat dipetik dari cerita ini. Sesungguhnya orang 
Minangkabau akan mendahulukan akalnya dari kekuatan fisiknya. Berhubungan 
dengan ini pendekar hebat di Minangkabau bukanlah hanya jawara di gelanggang, 
akan tetapi "Pandeka" (Pendekar) adalah orang yang "panjang aka" 
(cerdik-pandai).

 Salah satu sikap budaya yang dimiliki masyarakat Minangkabau adalah merantau. 
Konsep merantau orang Minang dijiwai oleh semangat "dima bumi dipijak, di sini 
langik dijunjuang" (dimana bumi diinjak, di situ langit dijunjung). Artinya, 
dimanapun daerah tujuan merantau, maka orang Minang akan menyesuaikan diri 
dengan budaya setempat. Bukan berarti meninggalkan identitas, namun toleransi 
dan memahami budaya orang lain didahulukan oleh orang Minang.


 Sebagai penutup makalah ini, penulis kutipkan pernyataan Bike Parekh seorang 
proponen Multikulturalisme, "budaya yang berbeda mempresentasikan system makna 
dan visi tentang kehidupan yang baik yang juga berlainan. Karena masing-masing 
menyadari kapasitasnya dan emosi manusia dan hanya mampu menangkap sebagian 
saja dari totalitas eksistensi manusia. Ia membutuhkan budaya-budaya lain 
membantunya memahami dirinya secara lebih baik, mengembangkan cakrawala 
intelektualnya, merentangkan imajinasi dan menyelamatkannya dari narcisme untuk 
menjaganya dari godaan mengabsolutkan diri 

Daftar Pustaka

(Budiman, Hikmat (Ed). 2005. "Hak Minoritas: Dilema Multikulturalisme di 
Indonesia". Yayasan TIFA; Jakarta. Hal 3-4).
 

       
---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet.
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting.
- Hapus footer & bagian tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur 
pribadi.
- Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta 
maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku.
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 

Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke