Melihat Uniknya Mentawai di Siberut

PadangKini.com | Minggu, 4/5/2008, 22:10 WIB

Oleh: Yanti/PadangKini.com

  <http://www.padangkini.com/foto/jalan2/Wisata-Jalan-jalan-Siberut.jpg> 

GERAK tari ritual para sikerei, tato di sekujur tubuh laki-laki dan perempuan, 
dan rumah adat uma, merupakan warisan budaya tradisional Mentawai yang menarik 
dikunjungi.

Eksotisme alam dan budaya Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat sudah terkenal 
ke mancanegara.

Bukan hanya ombak-ombak besar yang jadi teman akrab para peselancar 
mancanegara, tapi juga budaya Mentawai yang unik sudah pula dikenal sejak lama. 
Orang Mentawai secara historis ditengarai sebagai gelombang pertama bangsa 
Indonesia yang datang dari Asia daratan. 

Mereka terisolasi di Kepulauan Mentawai, ketika kepulauan itu berpisah dari 
daratan Asia dan Pulau Sumatera akibat mencairnya es menjadi lautan pada Zaman 
Pleistocene, kira-kira satu juta sampai 10 ribu tahun lalu. Pemisahan inilah 
yang menyebabkan flora dan fauna Mentawai sangat berbeda dengan Pulau Sumatera, 
begitu juga dengan budayanya.

Kepulauan Mentawai yang letaknya berhadapan dengan Samudera Hindia memiliki 
empat pulau besar yang seluruhnya berpenghuni, yaitu Siberut, Sipora, Pagai 
Utara, dan Pagai Selatan. Dari keempat pulau itu, hanya di Siberut kebudayaan 
tradisional Mentawai masih bertahan.

Melakukan perjalanan ke Pulau Siberut untuk melihat budaya tradisional orang 
Mentawai bisa dimulai dari Padang. Untuk menuju ke sana, jalur satu-satunya 
yang tersedia hanya lewat laut dengan kapal regular setiap dua kali seminggu 
rute Padang-Muara Siberut.

Tantangan berat akan dijumpai jika pergi ke sana di saat musim ombak, sekitar 
April hingga November. Untuk penggemar selancar, waktu-waktu itu bisa jadi 
surga tapi untuk mereka yang tak biasa naik kapal laut, perjalanan di 
bulan-bulan ini akan terasa amat berat. Kapal akan bergoyang lebih keras, 
bahkan bisa saja pelayaran terpaksa ditunda jika ombak terlalu besar dan 
disertai badai.

Menjelang memasuki Pulau Siberut, kita akan melihat pemandangan menakjubkan 
yang mungkin sulit dilupakan, yaitu melihat lumba-lumba yang berlompatan 
mengiringi kapal untuk 'meminta' makanan dari penumpang kapal. Tak hanya itu, 
jika tidak musim hujan, air laut tampak jernih hingga ikan-ikan yang berenang 
terlihat jelas.

Kapal dari Padang akan berhenti di Muara Siberut, ibu kecamatan Siberut 
Selatan. Dari sini kita akan melakukan perjalanan ke kampung-kampung 
tradisional dengan menggunakan perahu motor sewaan menyusuri sungai 
Muarasiberut yang muaranya mengalir di pinggir Muarasiberut. Harga sewa perahu 
untuk pulang-pergi sekitar Rp1,5 juta.

Kampung tradisional yang paling dekat dan sering dikunjungan wisatawan adalah 
jalur daerah Sarereiket yang meliputi beberapa kampung tradisional seperti 
Rogdok, Sakaliou, Madobak, Buttui, dan Atabai.

Menggunakan Bunga dan Daun-daun

Masyarakat tradisional Mentawai hidup secara sederhana di kampung-kampung di 
tengah hutan atau di hulu-hulu sungai dalam rumah adat yang dinamakan uma ini 
hidup terpisah satu sama lain, namun mereka sangat menjaga keseimbangan dengan 
alam.

Penjagaan keseimbangan dengan alam itu didasarkan kepada kepercayaan mereka 
terhadap kekuatan daun-daun atau yang terkenal dengan kepercayaan Arat 
Sabulungan. Tak heran jika dalam setiap upacara adat orang Mentawai selalu 
menggunakan bunga dan daun-daunan.

Dalam konsep Arat Sabulungan, alam dikuasai oleh roh-roh pelindung yang 
melindungi mereka dari berbagai macam bencana alam. Roh pulalah yang menghukum 
mereka jika melanggar pantangan atau berbuat kesalahan. Karena itu orang 
Mentawai dikenal sering melakukan upacara ritual untuk melindungi mereka dari 
bencana.

Misalnya, melepas sampan ke sungai, mendirikan uma, mengobati orang sakit, dan 
pengangkatan sikerei atau tabib yang punen atau pestanya berlangsung hingga 
tiga bulan.

Keunikan lain masyarakat Mentawai adalah tradisi merajah tubuh, menghiasinya 
dengan tato tradisional yang indah.

Tato atau titi' di Mentawai memiliki berbagai arti secara adat. Mulai dari 
tanda pengenal kelompok yang bisa dianalogikan dengan kartu tanda pengenal, 
lambang status sosial, profesi, prestasi, dan tentu saja sebagai aksesori abadi 
yang menempel di tubuh.

Menurut Ady Rosa, peneliti seni tato Mentawai dari Jurusan Seni Rupa 
Universitas Negeri Padang (UNP), seni tato mulai dikenal di Mentawai sejak 
orang-orang Siberut datang ke Indonesia antara 1500-500 SM. Tato di Siberut, 
sudah ada jauh sebelum bangsa Mesir mulai membuat tato sekitar tahun 1.300 SM.

Di Siberut ada sekitar 160 motif tato. Masing-masing tato mimiliki arti 
tersendiri dengan mutu dan keindahan yang memperlihatkan kekuatan ekspresi si 
pembuat tato yang biasa disebut sipatiti.

Tato dibuat dengan cara menggambar motif tato yang diingankan dengan lidi yang 
dilumuri jelaga, arang tempurung, dan dicelupkan ke air tebu di bagian yang 
akan ditato. Setelah itu baru ditato menggunakan jarum. Biar nggak infeksi, 
sipatiti mempunyai cara tersendiri yaitu dengan melumuri tato dengan air abu.

Bagaimana rasanya ditato?

"Sakitnya sampai ke jantung, saat bagian dada saya ditato," kata Teutaloi, 60 
tahun, ketua dewan adat di Ugai, Siberut Selatan.

Ia mengaku selalu demam setiap kali habis ditato. Tapi rasa sakit yang dirasa 
tak menghalangi Teutaloi untuk kembali mentato bagian tubuh lainnya.

Hampir seluruh bagian tubuhnya dihiasi aneka motif tato, meski prosesnya 
dikerjakan secara bertahap dan memakan waktu bertahun-tahun. Rasa sakit ini 
pula yang membuat anak-anak muda Mentawai enggan ditato.

"Saya mau saja kalau tidak sakit," kata Aman Baroigok, anak seorang kepala suku 
di Sakaliau.

Alasan seperti itulah yang kemudian membuat tradisi tato Mentawai mulai langka 
hingga jarang ditemukan orang Mentawai usia di bawah 40 tahun yang masih 
bertato. Uniknya, sebagai sebuah tradisi khas Mentawai, tak jarang para turis 
asing yang berkunjung meminta bagian tubuhnya ditato. Permintaan itu biasanya 
dipenuhi dengan mentato motif yang tak memiliki arti tertentu, hanya sekadar 
hiasan di bagian tubuh yang diinginkan.

Saat datang ke Siberut beberapa waktu lalu, saya sempat singgah di uma suku 
Sakaliau. Uma yang didiami oleh enam kepala keluarga ini pintu masuknya dihiasi 
puluhan tengkorak monyet dan rusa yang digantung bersamaan dengan hiasan kayu, 
dan hasil buruan kepala suku.

Sementara untuk keluarga muda, mereka biasanya tinggal di sapou atau 
rumah-rumah yang lebih kecil.

Selama berada di uma ini saya bisa menyaksikan kehidupan sehari-hari suku 
Sakaliau yang masih tradisional, seperti mengolah sagu dan berburu. Selain itu 
juga sempat menyaksikan upacara pengobatan yang dilakukan oleh seorang sikerei.

Tapi jika kebetulan sedang beruntung kita mungkin bisa menyaksikan upacara 
perkawinan, upacara kelahiran anak, upacara memegang panah pertama, upacara 
pembuatan tato, upacara kematian, dan upacara adat lainnya.

Ingin merasakan bagaimana kehidupan masyarakat Mentawai? Silakan datang ke 
Pulau Siberut. (yanti)

Copyright © 2008 www.padangkini.com All Rights Reserved. 

Need Business Long Distance, Voice PRI, and  <http://longdistance-t1.com/> 
Business VOIP service? Compare free Long Distance Price Quotes from over 30 
providers!  <http://www.addpro.com/> Search Engine Submission AddMe - Search 
Engine Optimization <http://www.addme.com/>  

 <http://www.quickregister.net/> Click here to submit your site to the search 
engines for free!

 <http://s5.shinystat.com/cgi-bin/shinystatv.cgi?USER=padangkini&NH=1>  
 <http://www.shinystat.com/> Free blog counters 

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet.
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting.
- Hapus footer & bagian tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur 
pribadi.
- Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta 
maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke