"Wah tuan benar-benar mengenal masakan enak, hari ini hari keberuntungan
tuan, menu special kami hari ini memang pakasan, saya jamin pasti tuan akan
kecanduan dengan masakan pakasan Ajo Iman, karena beliau terkenal sekali
dengan masakan ini dan biasanya beliau jarang sekali memasaknya, repot
kerjanya."

"Oya, baguslah aku pesan 1 porsi ditambah dengan gulai paku (sejenis tanaman
pakis), aku lihat di sebelah sana orang makan gulai paku dengan enaknya. Dan
juga jangan lupa bawakan 1 ekor ayam goreng."

"Ujang, bawa pesanan ini ke Ajo Iman, bilang wali Bumi yang pesan pasti dia
senang sekali."

Buru-buru pelayan berjalan ke belakang untuk menemui tukang masak, benar
saja dugaan si pengawas begitu tahu ini merupakan pesanan dari orang yang
pernah menolongnya, Ajo Iman dengan senang dan cekatan menyiapkan semua
pesanan wali Bumi.

Sedangkan si pengawas masih mendampingi Bumi dan Kahar,"Tuan-tuan mau minum
apa ? Bagaimana kalau saya sarankan minum tea Embun Pagi yang merupakan
racikan khusus yang di bawa dari daerah Agam. Teanya sangat wangi dan segar
sekali diminum dingin di saat siang garang begini."

"Bagaimana Kahar, apa kamu ingin mencobanya?"

"Boleh uda Bumi, sepertinya sangat menggoda sekali kedengarannya, memang aku
sudah berasa panas untung saja kita duduk di tempat yang semilir anginnya
terasa kalau tidak sudah kegerahan aku dari tadi."

"Sebentar lagi makanan dan minumannya akan kami antar, harap sabar menunggu
pasti tidak akan lama saya jamin. Kalau tidak ada lagi yang hendak dipesan
saya permisi mengurus tamu yang lain."

"Silakan Daus, oya kamu tidak usah beritahu kepada majikanmu bahwa aku ada
di sini, tidak enak rasanya setiap kali ke sini makan gratis apalagi aku
bawa teman. Terima kasih Daus."

"Baiklah tuan Bumi, saya tidak akan memberitahukan majikan, saya permisi."

Segera Daus meninggalkan kedua tamu itu, dia berjalan menuju meja kasir dan
berdiri di sampingnya sambil terus menyapa tamu yang datang dan menemani
mereka jika kebetulan mereka merupakan pelanggan tetap rumah makan ini.

Sepeninggal si pengawas, Bumi mulai berpikir bagaimana caranya untuk mencari
tahu perasaan Kahar kepada Siti, dan dia juga merasa bahwa diantara kedua
insan ini pasti pernah terjadi sesuatu. Karena belum pernah Bumi melihat
Kahar sangat gugup dan cemas dalam menghadapi wanita, biasanya dia
tenang-tenang saja malah kebanyakan wanita-wanita cantik itu dekat-dekat dan
berusaha mencari perhatian dia. Tapi dengan Siti kebalikannya, Kahar yang
berusaha menarik perhatian wanita cantik itu dan sepertinya takut-takut
membuat Siti tersinggung. Menurut Bumi, hal ini sangat menggelikan sekali
dia sudah pernah membahas masalah ini dengan Basri dan Masnan, kedua
temannya juga menganggap lucu sekali. Dan ada satu informasi yang didapat
Bumi dari salah satu anak buahnya, bahwa dulu sekali pernah ada hubungan
antara Kahar dengan Siti tapi entah kenapa hubungan pertemanan itu berakhir.

Bumi ingin sekali mengetahui hal ini, apa penyebab kekakuan dalam hubungan
Kahar dan Siti, seolah-olah Kahar takut menyakiti Siti dan Siti sepertinya
agak menjaga jarak dengan Kahar. Sering Bumi melihat Kahar sembunyi-sembunyi
menatap Siti dengan pilu dan mata yang penuh kerinduan bahkan sekali-kali
Bumi melihat ada guratan penyesalan di wajah pemuda itu. Ini membuat Bumi
penasaran sekali ingin mengetahui apa yang telah terjadi antara ipar dan
adik angkatnya, karena di wajah iparnya dia tidak bisa melihat apapun wajah
itu selalu tenang sepertinya tidak ada gejolak apapun yang bisa mengoyak
ketenangan yang dalam itu.

Hanya anaknya yang bandel itu saja yang mampu membuat wajah Siti mempunyai
emosi, setiap kali menatap Aswin mata dan wajahnya melembut, atau kalau anak
bandel itu terluka dia melihat sinar kecemasan dan kekuatiran tergurat di
wajah cantik itu. Selebihnya dia tidak pernah melihat emosi apapun terpancar
di wajah Siti kecuali ketenangan dan kedamaian. Dulu sekali ketika dia baru
menikahi isterinya, dia sering melihat sinar kebahagiaan bermain-main di
wajah Siti tapi sejak kepulangannya dari merantau dan kematian isterinya,
wajah Siti berubah menjadi tenang yang dingin seolah-olah semua emosi yang
ada dalam dirinya raib bersama kepergian sang kakak tercinta.

Tapi setelah dipikir-pikir dia ingat cerita Kahar, bahwa pemuda itu sudah
lama mengenal Siti dan waktunya itu bersamaan dengan waktu Siti pergi
merantau. Jangan-jangan mereka berdua ada apa-apanya waktu sama-sama
merantau dulu. Semakin Bumi memikirkannya semakin dia penasaran daripada dia
mati karenanya biar dia menanyakan saja pada yang bersangkutan, karena
menanyakan pada Siti tidak leluasa seperti dia bertanya pada Kahar.



Bersambung....




 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke