Si tabib tahu mereka tidak mempercayai pembicaraan dia, "Sekali lagi aku Tanya, mau apa kalian datang ke sini?"
"Sungguh tabib, saya mau berobat datang ke sini bukan untuk main-main!"tegas Pandekar Konek. "Baiklah, aku percaya pada kalian tapi jika aku tahu kalian berbohong kalian bertanggung jawab sendiri atas racun yang sudah masuk ke dalam tubuh kalian. Kesinikan tanganmu kakek, aku ingin memeriksanya." Konek mengulurkan tangan kanannya ke arah tabib, begitu jari tabib itu menyentuh nadi tangan kanannya, serangkum angin yang sejuk dingin menerpa tangannya. Karena kaget dia cepat menarik tangannya, lupa dia akan julukan tabib yang mereka cari itu, langsung saja dia melompat berdiri dari kursinya. Malik yang melihat hal itu ikutan terkejut akibat gerakan kakek Konek, dasar pemuda cerdas dia dapat menduga bahwa si kakek kaget karena jari tabib yang memegang nadinya terasa sejuk dingin. Dan si tabib melihat hal ini tenang-tenang saja, malahan dia memandang mereka berdua dengan wajah dingin dan terlihat senyum mengejek di bibirnya. Tadinya Konek kaget karena berpikir mau diserang oleh si tabib sehingga dia lupa informasi yang dia dapat sebelumnya bahwa tabib ini mempunyai tangan yang dingin sejuk. Dengan muka merah menahan malu dia memandang Malik dan si tabib bergantian, seolah minta bantuan untuk memperbaiki keadaan. Malik yang memang seorang pemuda yang sangat cerdas sekali cepat membaca situasi berusaha membantu Konek agar si tabib tidak tersinggung dan rahasia mereka ketahuan. "Kakek, kenapa bergerak seperti itu, bukannya kakek merasa tubuhnya tidak enak, kalau kakek selalu ketakutan diperiksa oleh tabib, bagaimana bisa sembuh yang ada malah nanti kakek tambah sakit, aku juga yang susah jadinya. Sekarang kakek duduk lagi di kursi itu dan tenang sajalah diperiksa tabib kalau tabib itu mencelakakan kakek akan aku hantam dia jadi kakek jangan kuatir yah." Secara tidak langsung Malik juga mau bilang ke si tabib jika dia berani macam-macam, dia tidak sungkan-sungkan untuk menghajar si tabib. Tabib mendengar perkataan Malik tambah dalam senyum mengejeknya dan matanya bersinar tambah dingin menatap pemuda itu, kembali Malik merasa hatinya berdenyut tidak karuan menerima tatapan mata itu. Entah kenapa hal ini bisa terjadi Malik sendiri bingung kenapa setiap mata tabib itu menatapnya dia merasa jantungnya seakan berdenyut lebih cepat, dia pikir apa tabib ini menggunakan ilmu kebatinan untuk menaklukannya. Cepat dia mengerahkan ilmu kebatinan yang diajarkan oleh ayahnya untuk mengatasi kalau-kalau dia diserang oleh ilmu kebatinan, tapi kembali dia heran dia tidak merasa ada serangan ilmu kebatinan terhadap dirinya tapi kenapa jantungnya berdenyut tidak karuan begini. Apa dia sudah gila bisa merasa seperti ini hanya tatapan dari seorang tabib laki-laki yang sudah tua begini, cepat dia menggeleng kepalanya untuk menghapus pikiran tidak warasnya. Tabib yang melihat tingkah laku kedua orang yang ada di depannya tertawa geli dalam hati, dia merasa mereka berdua sungguh lucu sekali terutama pemuda tampan itu, karena setiap dia menatap pemuda itu langsung muka pemuda itu memerah dan salah tingkah tidak karuan. Apa pemuda itu tahu bahwa dia seorang gadis ? Tapi tidak mungkin, karena gejolak emosi yang bermain di wajah pemuda itu mengatakan dia sendiri bingung kenapa bisa bertingkah seperti itu. Dan si kakek tua itu dari tadi seperti merasa terancam dan selalu siap sedia akan serangan mendadak, memang dia sedikit nakal menyebarkan racun daun bunga malam untuk mengerjai kedua orang ini dan kedua orang yang ada di depan. Dia sudah mencuri dengar pembicaraan mereka mengenai ingin mengujinya apakah dia tabib yang dicari atau bukan, biarpun dia ahli pengobatan tapi untuk ilmu silat dia tidak kalah lihaynya dia mendapat didikan langsung dari sang ibu dan sang kakek, tabib mato tigo, yang ahli silat ternama juga. Memang ilmu silatnya tidak selihai ilmu peringan tubuhnya apalagi dibandingkan dengan ilmu pengobatannya tapi bukan berarti dia tidak bisa membela diri. Makanya dia sengaja tadi mengerahkan sedikit tenaga dalamnya sehingga tangannya terasa dingin menyentuh kulit kakek yang mengaku sedang demam panas itu. Dia sudah berbulan-bulan mempelajari racun Awan Biru dari buku-buku pengobatan pemberian dari gurunya dan satu-satunya pengobatan hanyalah dengan mencampurkan daun bunga malam, jahe, daun bertulang putih dan kadal kaco (kaca, dinamakan kadal kaca karena mempunyai bentuk tubuh yang bening sehingga bisa terlihat isi tubuh dari kadal tersebut). Daun bertulang putih harus ditumbuk dengan darah bening dari kadal kaco lalu dimasak dengan tambahan daun bunga malam dan jahe setelah mendidih langsung diminumkan kepada penderita racun Awan Biru. Dan dia tahu kedua barang pertama merupakan barang langka yang sangat susah sekali mendapatkannya karena dibutuhkan kesabaran yang besar sekali untuk mencarinya di sekeliling puncak Gunung Tadikat yang luas itu. Kembali kakek itu mengulurkan tangannya ke tabib untuk diperiksa, tapi kali ini sengaja dara yang bernama asli Siti ini, ingin memberi pelajaran kepada kakek dan pemuda tampan itu. Bersambung.... --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---