Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi wa Barakatuh,
  e. Bandaro Labieh, yang dimuliakan Allah,
   
  Sabananyo, nan paralu di gali baliek adolah baa rakyaik banyak di Sumatera 
Barat khususnya menerima keberadaan PRRI itu.
  Peristiwa itu terjadi 1958. 
  Artinya baru sepuluh tahun setelah nagari awak di hoyak perang kemerdekaan 
(clash I dan clash II).
  Di tahun 1947 maso KNIL masuak kanagari awak kutiko parang kemerdekaan itu, 
alah banyak korban nan di rasoi oleh urang banyak. 
  Mereka rela berkorban, karena ada satu keinginan "ingin merdeka dari 
penjajahan". 
  Artinya ada idea dalam masyarakat yang kemudian mendukung sebuah gerak.
  Sepuluh tahun kemudian, terjadi pergolakan lagi.
  Nagari, taratak dan dusun kembali dipenuhi urang dari kota.
  Mereka rela menerima, sepertinya di rasakan di Halaban, Taram, Lintau, 
Maninjau, Lubuak Basuang, Katiagan, dan Muaro Selaya Mangilang, Bandue Picak di 
XII Koto Kampar atau Silaiang di Mapat Tunggul, dan banyak nagari kalau di 
sabuik satu persatu.
   
  Nan buya mukasuik, adolah nilai kegotong royongan masyarakat itu lahir karena 
ada idea dalam jiwanya. Ini yang menjadi kekuatan di dalam membangun umat 
meraih masa datang.
  Sejarah hendaknya mengungkap ini pula, walau di dalam perjalanan sejarah, 
revolusi selalu memakan korban.
   
  Tarimo kasih e. Bandaro Labiek.
  Wassalam,
  BuyaHMA.
  

bandaro labiah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    Assalamu'alaykum 
   
  Boeya Masoed Abidin !
   
  salamo di palanta RN ko lah banyak pulo carito tantang PRRI ko, umuno dari 
carito nan disampaikan, iyo masyakarakat awak manarimo kaadaan nanatun, sarupo 
jo nan Boeya sampaikan, kalau banyak bantuan nan dibarikan dek masyarakat. 
Sabagai urang mudo, ambo iyo indak pulo manyasa kalau ado PRRI tu doh, malah 
sabaliakno bisa dikatokan bangga pulo. baa dek baitu ??
  indak lain indak bukan iyo karano mndangakan carito nan heroik dari ;para 
pelaku PRRI nantun, baa baliau bajuang, baa baliau dalam rimbo, baa bantuan nan 
datang dari masyarakat
  mungkin nan agak babeda carito tu kalau datangno dari upeh nan datang dan 
atau upeh nan di atua dari jawa, nan mamandang PRRI sabagai pemberontakan
   
  sagalo surek nan bahubuangan jo PRR nan masuak ka RN ko iyo ambo simpan bana, 
untuang kok lai baguno di ari kini jo isuak
   
  wasssalamu'alaykum
   
  Bandaro Labiah
  

 
  Pada tanggal 09/06/08, Masoed Abidin <[EMAIL PROTECTED]> menulis:     
Asslamu'alaikum Warahmatullahi wa barakatuh'
   
  Pak Abraham dan dunsanak kasadonyo,
   
  PRRI suatu pergolakan di daerah Sumatera Tengah (meliputi Sumbar, Riau dan 
Jambi), kemudian diikuti beberapa daerah lainnya di Nusantara, sehingga menjadi 
perjuangan semesta.
   
  Pergolakan itu bukan ciptaan asing, apalagi CIA sebagai diungkapkan oleh 
beberapa penulis sejarah yang kurang memahami sejarahnya dari sisi idealis. 
Nancy Tunner dan Kahin amat bijak bercerita ini.
   
  Hebatnya, rakyat di kampung-kampung dan pelosok nagari menerimanya, dengan 
resiko memberikan bantuan makan, pakaian, sandang, dan tempat diam, di atas 
segalanya itu perlindungan.
   
  Mereka telah berikan apa yang dapat mereka sumbangkan, dan resikonya tidak 
kecil, bahkan rumah mereka banyak yang dibumi hanguskan, dibarakar dengan bom 
napalm dari pesawat, yang ketika itu tidak dipunyai oleh orang PRRI. Alasannya 
penumpasan pemberontakan.
   
  Secara ideal pergolakan itu berjalan terus, akhirnya pemerintah RI setelah 3 
tahun (sama lamanya dengan masa Jepang berkuasa di Indonesia), mengakui sendiri 
dengan mengeluarkan abolisi dan amnesti, artinya pemulihan kembali hak-hak 
mereka yang di rampas, dengan istilah Bung Karno dan Jenderal Nasution ketika 
itu "tidak ada yanag kalah dan tidak ada yang menang, yang menang hanya ibu 
pertiwi". Satu kalimat yang lebih kepada titik berat pengakuaan idealis.
   
  Pelakunya sekarang sudah banyak yang tiada.
  Karena satu kepentingan, sejarah banyak dibelokan.
  Perlu ditulis kembali, ditanya kembali, cerita dari bawah, dari rakyat biasa, 
bagaimana perasaan mereka, bagaimana isi lubuk hati mereka, bagaimana 
penderitaan mereka, dan bagaimana-bagaimana yang lainnya......., sehingga 
hal-hal akan terungkap banyak dan bahkan lebih banyak, yang secara sosial 
budaya terjadi pemesraan antara pusat dan daerah, berkembangnya sumando 
manyumando antara daerah ini dengan tanah seberang.
   
  Adakah pergolakan itu semata menampilkan kerusuhan dan kerugian saja?? Tidak 
sama sekali. Membaca sejarah tidak hanya yang tertulis dengan tanggal dan bukti 
autentik, tulisan atau akta, tetapi sejarah juga apa yang belum diungkap karena 
masih terbenam di dalam sanubari.
   
  Sebuah karya besar bila dapat mengungkap hati nurani orang banyak, untuk 
menata dan meraih "back to future".
   
  Terimakasih,
  Wassalam, 
  HMA   









       
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke