"Mengapa kalian tidak menjawab pertanyaanku ?. Kenapa mendadak kalian
menjadi bisu? Aku bukan seorang tabib yang punya keahlian menyembuhkan orang
bisu jadi kalian lebih baik mencari tabib lain saja," kata sang tabib sambil
berdiri dari kursi dan sepertinya hendak pergi dari ruangan itu.

Buru-buru Malik berusaha menahannya, terlepas apakah benar atau tidaknya
beliau penyamaran dari Dewi Tangan Dingin, siapa tahu dia bisa menyembuhkan
ibunya.

"Maafkan kami, tabib, kami terpaksa melakukan ini karena kami sedang
menguatirkan keadaan ibu kami yang sakit parah sekali. Sudah banyak tabib
yang kami panggil bahkan tabib kerajaanpun sudah datang memeriksa ibu kami
tapi tetap saja mereka tidak bisa menyembuhkan ibu kami. Kira-kira sebulan
yang lalu kami mendengar keterangan bahwa di dunia persilatan ada seorang
tabib yang bergelar Dewi Tangan Dingin yang benar-benar seperti seorang Dewi
yang mampu menyembuhkan segala macam penyakit bahkan konon kabarnya orang
yang hampir matipun mampu disembuhkannya. Oleh karena itu kami ditugaskan
oleh ayah kami untuk mencari tabib itu agar bisa mengobati ibu kami," kata
Malik dengan tersedat karena dia benar-benar mencemaskan keadaan ibu yang
sangat dicintainya itu.

"Tapi sudah hampir sebulan kami mencari tabib itu tidak sekalipun kami bisa
menemui beliau, kami berangkat dalam 3 rombongan dan sampai kemarin kami
mendengar kabar rombongan yang lainpun belum berhasil menemukan tabib itu.
Kami sudah hampir putus asa karena memikirkan keadaan ibu kami, sampai
akhirnya kami mendengar keterangan mengenai tabib dari penduduk di sini.
Oleh karena itu kami memastikan apakah anda adalah tabib yang kami cari
itu."

"Sekarang kalian sudah tahu kan bahwa aku bukanlah tabib yang kalian cari,
jadi sekarang kalian mau apa dari aku?" potong sang tabib dengan cepat
seolah ingin segera berlalu dari sini.
Mereka berempat terdiam mendengar perkataan sang tabib, samar-samar ada
tantangan yang dilontarkan sang tabib kepada mereka.

Lukman yang merasa menjadi pimpinan rombongan mengambil alih
pembicaraan,"Sekali lagi maafkan kami tabib, karena kami tidak menemui Dewi
Tangan Dingin, bagaimana kalau tabib saja yang mencoba menyembuhkan ibu
kami? Kami sudah melihat kehebatan tabib menyembuhkan penyakit menular pada
penduduk di sini jadi kami ingin membawa anda pulang untuk memeriksa ibu
kami."

Sebenarnya Siti ingin membantu mereka, karena dia bisa melihat kecemasan di
mata kedua pemuda itu, tapi dia masih kesal karena mereka ingin menggunakan
kekerasan padanya memaksa dia untuk mengaku apakah dia si Dewi Tangan
Dingin. Kalau mereka bertanya baik-baik dan tidak mengancam segala, sudah
dari tadi dia akan pergi dengan mereka untuk membantu mengobati ibu mereka.
Pikiran perempuan memang aneh, hanya masalah kecil begini saja bisa
tersinggung sampai seperti ini, yang mungkin bagi para pria tidak masuk
akal, tapi bagi kaum perempuan ini menyinggung perasaannya dengan ancaman
seperti itu, walaupun mereka ingin membantu yang jelas mereka ingin menyiksa
dulu para pria yang kurang ajar itu, baru membantunya kemudian.

"Apa anda yakin aku bisa menyembuhkan ibu anda, bukannya lebih baik anda
mencari lagi saja tabib Dewi Tangan Dingin yang kalian puja-puja itu
daripada anda membuang nafas dan tenaga untuk bicara dengan aku saat ini,"
kata sang tabib dengan dingin seperti tersinggung.

Pandeka Konek dan Pandeka Tangan Siluman sudah dari tadi kesal mendengar
pembicaraan yang seperti tidak berkesudahan ini. Mereka sudah gatal-gatal
tangannya ingin menghajar tabib yang lancang mulut ini, buntut-buntutnya
sepertinya sang tabib tidak ingin membantu mereka, jadi kenapa harus beradu
mulut tidak berguna dengan dia.

"Sudahlah tuan muda Lukman mari kita pergi dari sini sepertinya tabib ini
tidak mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan nyonya berdua, jadi kenapa kita
masih di sini lebih baik kita pergi saja," kata Pandeka Konek dengan sinis.

"Benar sekali yang dikatakan oleh pembantu kecil kalian ini, sudah sana
pergi tinggalkan tempat ini dan cari tabib yang kalian maksud itu," kata
sang tabib dengan menyebalkan.

Lukman yang sudah habis kesabarannya karena kesal dengan kata-kata sang
tabib ditambah lagi kekuatirannya terhadap sang ibu menjadi naik pitam
dengan pedas dia berkata,"Memang kalau orang baru bisa menyembuhkan sedikit
saja sudah banyak lagaknya, benar yang dikatakan oleh orang-orang padi
semakin berisi semakin merunduk, dan padi yang tidak berisi memang
berdirinya paling tegak padahal dia lupa kalau angin bertiup kencang dia
akan dipermainkan mengikuti kemauan sang angin,"ejeknya.

Mendengar perkataan yang pedas ini, Siti semakin tidak suka terhadap pemuda
yang lagaknya seperti pemimpin besar ini, semakin tidak mau dia membantu
mereka.

"Itu kalian sudah tahu bahwa aku tidak menyembuhkan ibu kalian jadi kenapa
kalian masih berdiri di sini tidak cepat pergi saja," gantian dia mengejek
mereka.



Bersambung....



 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Reply via email to