Assalamualaikum, moderator.
Ambo ulangi pengiriman judul ini, karena sebelumnya tidak muncul dalam palanta 
ini
Wassalam

M. Gifari Suryanegara 27
Tokyo

Ambo hendak menceritakan sedikit satu hal yang menarik dari salah satu
kata dalam bahasa Jepang. Adalah kata (bunyi/ucapan) "kami" (dalam
bahasa Jepang) memiliki tiga arti yang semuanya sama-sama mendorong
kemajuan serta harga diri masyarakatnya.


"kami", berarti Dewa, Tuhan, Langit.
"kami", berarti rambut di kepala, simbol harga diri atau kehormatan yang harus 
dijaga.
"kami", berarti kertas atau buku.

Dalam
tulisan karakter (huruf), ketiga kata tersebut memiliki kanji yang
berbeda. Sedangkan ecara semantik, ketiga ucapan tadi memiliki sinonim
makna sehingga menjiwai semangat dan kemajuan bangsa Jepang. Salah
seorang guru ambo yang mempelajari semantik bahasa berkata bahwa secara
budaya bangsa Jepang sangat menghormati ilmu (yang disampaikan melalui
lembar kertas atau buku) karena memiliki "makna" yang sama dengan Tuhan
dan harga diri. Seorang samurai akan sangat murka jika rambutnya
ditebas atau terpotong, karena itu adalah simbol harga dirinya. Begitu
pula dengan kertas yang dianggap sebagai bagian dari pencitraan Tuhan,
langit dan harga diri. Dari sejarah akar katanya, entah mana yang hadir
lebih dulu, namun yang jelas ketiga kata tersebut telah menjadikan
masyarakat Jepang sangat menghormati ilmu. Guru ambo juga berkata bahwa
budaya merupakan realisasi dari keyakinan, sedangkan keyakinan
disampaikan melalui bahasa atau ucapan (ternyata sesuai dengan
peribahasa: bahasa menunjukkan bangsa/status kebangsawanan seseorang).

Nah, sepertihalnya bangsa Jepang, urang Minangkabau juga memiliki
ucapan yang sama untuk mengekspresikan tujuan nan berbeda. Misalnya
ucapan aso, asa, asal (artikel http://www.nagari.or.id/?moda=tamu
) yang ternyata juga memiliki kesamaan makna. Begitu juga kata lainnya
seperti pemakaian kata "aka" dalam percakapan sehari-hari. Soal budaya,
ambo yakin adat istiadat Minangkabau adalah lebih paripurna dari bangsa
budaya Jepang... (Saat urang awak alah sembahyang, urang Jepang masih
menyembah dewa-dewa). Namun soal kemajuan ambo meraso "cerita kejayaan
bangsa Minang" kini lah hampir menjadi sejarah.... Jika kita melihat
angka-angka statistik, angka balita kurang gizi di ranah Minang
termasuk memprihatinkan. Yang berarti dalam 20-30 tahun ke depan
mayoritas calon pemimpin Minangkabau BERPOTENSI memiliki SDM yang
rendah...

Nah, kini ambo ingin bertanya : bagaimana agar budaya awak mampu
mendorong kemajuan urang Minang dan alam Minangkabau. Ambo yakin, urang
awak juga pasti menginginkan untuk "maju" dan "berprestasi" , kalau
boleh dikatakan "lebih maju" dan "lebih beprestasi". 

Wassalam
M.S. Gifari. (Tokyo)




      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke