Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta, Saya kirimkan karangan Prof Rahmiana Zein di bawah ini sebagai tanda setuju penuh dengan pendapat beliau tentang besarnya peranan perempuan [baca:ibu] dalam mendidik anak-anak. Pendapat beliau selaras sepenuhnya dengan ajaran islam bahwa surga ada di bawa telapak kaki Ibu. Sehubungan dengan wacana kita tentang Ranah kita tercinta ada dua hal yang teringat oleh saya: 1) apakah demikian banyak masalah sosial yang kita hadapi di Ranah karena kita belum memberikan peranan yang selayaknya kepada kaum perempuan, selain secara administratif dalam penyusunan ranji dan secara figuratif sebagai 'limpapeh rumah nan dagang' ? 2) apakah yang harus kita lakukan agar peranan kaum perempuan Minang menjadi lebih besar lagi dalam membentuk pribadi orang Minang ? Bagaimana jawabnya ini Nanda Hanifah, Rahimah, dan para netters lainnya dari kalangan perempuan ?
Wassalam, Saafroedin Bahar (L, 71 th, Jakarta) Alternate e-mail address: [EMAIL PROTECTED] Perempuan dan Pembentukan Keperibadian Padang Ekspres, Rabu, 09 Juli 2008 Oleh : Rahmiana Zein, Guru Besar Unand, Sekarang Bertugas di Tokyo Kegelisahan seorang St Zaili Asril, tentang arah pendidikan di Sumatera Barat (Padang Ekspres, Rabu 2 Juli 2008), sesungguhnya juga mencerminkan kegelisahan kita semua, rakyat Sumatera Barat baik yang berada di daerah maupun yang sedang berada di rantau orang. Merosotnya nilai kelulusan para anak didik, jumlah pengguna narkoba yang terus meningkat, maupun perilaku tawuran yang semakin memperihatinkan sesungguhnyalah menunjukkan ada sesuatu yang tidak berjalan dengan semestinya dalam sistim pendidikan di Ranah Minang. Untuk urusan anggaran pendidikan, kita boleh berbangga hati adanya perhatian yang tinggi dari para eksekutif dan legislatif, sehingga angka target 20 persen tidak begitu sulit dicapai. Tetapi untuk urusan prestasi anak didik kelihatannya masih jauh dari harapan. Membentuk pribadi anak didik tidaklah bisa disulap dalam 1 atau 2 tahun, prestasi dalam bidang pendidikan tidaklah bisa diperoleh atau diburukan sebagaimana prestasi-prestasi yang amat sering diperoleh oleh para bupati dan wali kota di Sumatera Barat yang entah berapa kali setahun menerima segala macam anugerah dan segala macam tropi, namun untuk urusan pendidikan kita tertinggal jauh dibandingkan rekan-rekan mereka di pulau Jawa sana. Dari pengamatan kami selama bertugas di Tokyo, hampir sebahagian besar para siswa SMA atau pun SMP yang datang diundang ke Jepang berasal dari Pulau Jawa. Untuk contoh dari 300 siswa SMA peserta program Jenesys yang diundang ke Jepang hanya 2 orang yang berasal dari Sumatera Barat. Memperihatinkan memang. Dan kalau pun ada rata-rata yang diundang pun hanya dari SMA tertentu saja. Kepribadian anak didik yang cukup memprihatinkan karena kurangnya pengajaran budi pekerti atau didikan taat pada aturan sejak mereka kecil, rasa malu ketika melanggar aturan sama sekali tidak ditanamkan sedari mereka kecil. Atau dalam istilah Mahyeldi Ansharullah, Wakil Ketua DPRD Sumbar (Padang Ekspres, Sabtu 5 Juli 2008), kurang tertanamnya nilai nilai ajaran agama yang diterima oleh para anak didik. Untuk itu diperlukan kurikulum terpadu yang memadukan antara nilai-nilai umum dengan nilai-nilai agama dalam setiap mata pelajaran. Setiap ilmu yang dipelajari dipadukan dengan ajaran agama masing-masing. Lalu untuk mendidik keperibadian anak apakah harus bergantung pada para guru saja? Ternyata untuk urusan mendidik keperibadian anak ibulah yang paling berperan besar. Untuk itu tidak ada salahnya kita melirik ke Jepang bagaimana betul para ibu berperan dalam pendidikan keribadian anak anak mereka. Dari hasil penelitian Tony Dickensheets, seorang pendidik Amerika di Charlottesville, Virginia. Ternyata unsur kunci dari economic miracle Negara Sakura ini adalah peran kyoiku mama atau pendidikan mama. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi Jepang yang luar biasa sejak 1960, bukanlah hanya merupakan hasil kebijakan pemerintah melalui pekerja yang bersedia bekerja 16 jam per hari. Tetapi juga peran para istri yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak mereka. Dalam kapasitas sebagai ibu inilah para istri membaktikan hidupnya demi kepastian keturunan mampu memasuki sekolah-sekolah bermutu. Kerja dan pengaruh perempuan Jepang dapat dilihat dalam jalannya pendidikan nasional dan stabilitas sosial, yaitu dua hal yang sangat krusial bagi keberhasilan ekonomi sesuatu bangsa. Jadi, perempuan Jepang ternyata berperan positif dalam membina dan mempertahankan kekukuhan fondasi pendidikan dan sosial yang begitu vital bagi kinerja kebangkitan ekonomi bangsanya. Ketika saya sebagai ketua komite sekolah RI di Tokyo meninjau berbagai lembaga pendidikan dasar, menengah, dan tinggi negeri ini, saya kagum melihat kebersihan ruang laboratorium di sekolah umum dan bengkel praktik di sekolah kejuruan teknik. Semua murid membuka sepatu sebelum memasuki ruangan dan menggantinya dengan sandal jepit atau sepatu khusus untuk dalam ruangan belajar yang sudah tersedia di rak dekat pintu, jadi lantai tetap bersih bagai kamar tidur. Ketika saya tanyakan kepada guru yang mengajar di situ bagaimana cara mendisiplinkan murid hingga bisa tertib, dia menjawab, “Saya hampir tidak berbuat apa-apa dalam hal ini. Ibu-ibu merekalah yang telah mengajar anak-anak berbuat begitu.” Saya teringat sebuah kebiasaan di rumah tradisional Jepang, alih-alih menyapu debu di lantai, mereka masuk rumah tanpa bersepatu/bersandal agar debu tidak masuk rumah. Bagi mereka, kebersihan adalah suatu kebajikan. Sekarang mari kita coba lihat sekolah sekolah mulai dari TK, SD sampai PT, sampai pada berserakan, tidak ada kedisiplinan sama sekali, karena tidak ditanamkan rasa kebersihan sejak kecil. Lebih daripada di negeri-negeri lain, kelihatannya sistem pendidikan dan kebudayaan Jepang mengandalkan sepenuhnya peran perempuan dalam membesarkan anak. Karena itu dipegang teguh kebijakan ryosai kentro (istri yang baik dan ibu yang arif), yang menetapkan posisi perempuan selaku manajer urusan rumah tangga dan perawat anak-anak bangsa. Sejak dulu filosofi ini merupakan bagian dari mindset Jepang dan menjadi kunci pendidikan dari generasi ke generasi. Yang memantapkan itu adalah kesadaran para ibu Jepang sendiri. Mereka menilai diri sendiri dan, karena itu, dinilai oleh masyarakat berdasar keberhasilan anak-anaknya, baik sebagai warga, pemimpin, maupun pekerja. Banyak perempuan Jepang menganggap anak sebagai ikigai mereka, rasionale esensial dari hidup mereka. Setelah menempuh sekolah menengah, kebanyakan perempuan Jepang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Jika di Barat ada anggapan perempuan berpendidikan akademis yang melulu tinggal di rumah membesarkan anak sebagai wasting her talents, di Jepang orang percaya, seorang ibu seharusnya berpendidikan baik dan berpengetahuan cukup untuk bisa memenuhi tugasnya sebagai pendidik anak-anaknya. Kalaupun ada ibu yang mencari nafkah, biasanya bekerja part time agar bisa berada di rumah saat anak-anak pulang sekolah. Tidak hanya untuk memberi makan, tetapi lebih-lebih membantu mereka menyelesaikan dan menguasai PR dan atau menemani mengikuti pelajaran privat demi penyempurnaan pendidikannya. Jadi bagaimanapun perempuan berperan besar dalam mendidik dan membentuk kepribadian anak. Sesibuk apapun para perempuan, sebaiknyalah jangan berikan urusan pendidikan anak semua pada pembantu. Sudah seharusnya retorika atau kebanggaan dulu Sumatera Barat gudangnya para pemikir, ditinggalkan, saatnya berbuat nyata bukan hanya sekedar berwacana. Wassalam. *** --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---