Assalamu'alaykum w.w.

Ibu Hifni
Penghargaan ambo nan satinggi-tingginyo ateh apo nan Ibu HIfni sampaikan di
bawahko, khususno :

*1. Sebagai bundokanduang didalam keluarga, ia harus menjadi limpapeh rumah
nan gadang, sehingga ia harus menjaga keutuhan dan harmoni keluarga besar
dengan dibekali dan bermodalkan harta pusaka agar ia dapat melaksanakan
tugas dan fungsi sosial yang didambakan adat istiadat.Sementara itu banyak
diantaranya masyarakat yang tidak memahami kegunaan dan tujuan penggunaan
harta itu. . *

kadang ado pulo nan indak paham tapi lah bak cando labiah pulo pado paham

2. *Saat ini, Ada sebagian kaum pria minang yang menghendaki pembagian harta
pusaka secara islam, karena mereka sudah tidak paham lagi dengan adat dan
budaya minang yang ditinggalkan karena pergi merantau*

kak tasuo nan batuak iko, bialah :

dari salayo ka singkarak,
singgah sabanta di ombilin
pado ka inyo awak ba mamak,
rancak ba mamak ka urang lain

3. *Sungguhpun demikian kondisi yang diuraikan diatas, sesungguhnya " Padusi
Minang " adalah wanita yang berbahagia didunia ini. Mengapa...??*
*- Ia didampingi oleh para kaum pria, yaitu di tangan kanannya ada sang
suami yang mengarahkan dirinya, karena ia adalah tulang rusuk bagi kaum pria
" tidak dikepala sang pria untuk dijadikan atasan, tidak pula dikaki untuk
dijadikan bawahan". Sedangkan dilengan kirinya terdapat saudara laki-lakinya
tempat ia mengajak berunding - bagaimana membimbing anak-anaknya . Bukankah
falsafah Minang menyatakan ; Anak dipangku oleh ayahnya dan dibimbing oleh
pamannya.*
**
sungguah, sabana sampai ka jantuang hati kalimat Ibu Hifni ko, lamo ambo
tamanuang, lai ko lah ado juo nan bapikia sarupo iko

sakali lai, penghargaan nan sangaik tinggi dari ambo

Wasssalamu'alaykum w.w.

Bandaro Labiah



Pada tanggal 14/07/08, HIFNI HFD <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
>
>   Assalamualaikum wr.wb.
>
>
>
> Ambo ikuik bergabung menanggapi subjek email iko, yang ditanggapi secara
> aktif oleh kaum bapak-bapak mulai berdasarkan pengalaman masa
> kecil dan keberhasilan sang bundanya mendidik dan mengentaskan
> anak-anaknya " menjadi urang ".
>
>
>
> Beda dulu - beda sekarang. Tidak mudah untuk menjadi perempuan Minang dalam
> pembentukan kepribadian anak-anak minang kabau dimasa depan. Antara lain
> disebabkan :
>
> - gangguan terhadap etika dan moral yang sulit dikendalikan sementara arus
> globalisasi mengalir deras ke Indonesia pada umumnya dan ranah minang pada
> khususnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
>
>
>
> - tuntutan materialistik untuk membiayai pendidikan anak, turut menghantui
> keluarga yang mesti harus bisa ditangani. Tidak ada pendidikan gratis saat
> ini.
>
>
>
> - Sebagai *bundokanduang *didalam keluarga, *ia harus menjadi limpapeh
> rumah nan gadang,* sehingga ia harus menjaga keutuhan dan harmoni keluarga
> besar dengan dibekali dan bermodalkan harta pusaka agar ia dapat
> melaksanakan tugas dan fungsi sosial yang didambakan adat istiadat.Sementara
> itu banyak diantaranya masyarakat yang tidak memahami kegunaan dan tujuan
> penggunaan harta itu.
>
> Saat ini, Ada sebagian kaum pria minang yang menghendaki pembagian harta
> pusaka secara islam, karena mereka sudah tidak paham lagi dengan adat dan
> budaya minang yang ditinggalkan karena pergi merantau.
>
>
>
> - Bagi wanita minang yang memiliki karir, maka ia dikenal dengan *wanita
> yang berperan ganda*, namun disini tidak ada kaum pria yang sudi disebut
> sebagai *pria yang berperan ganda. *Akibatnya, bagi sebagian kaum pria itu
> (Maaf mudah-mudahan tidak sanak dipalanta awang-wang ini....) menempatkan
> dirinya sebagai si " Sutan Diateh " ( suatu istilah yang ambo dapatkan dari
> orang pariaman.. maaf yo sanak).
>
>
>
> - Saking berganda-gandanya peran padusi minang ini, ia digambarkan bagaikan
> dewa dewi yang bertangan banyak, lima ditangan kiri dan lima ditangan kanan.
> Untunglah urang minang tidak memiliki kepercayaan akan dewa dewi itu.
>
>
>
> Sungguhpun demikian kondisi yang diuraikan diatas, sesungguhnya " Padusi
> Minang " adalah wanita yang berbahagia didunia ini. Mengapa...??
>
>
>
> - Ia didampingi oleh para kaum pria, yaitu di tangan kanannya ada sang
> suami yang mengarahkan dirinya, karena ia adalah tulang rusuk bagi kaum pria
> " tidak dikepala sang pria untuk dijadikan atasan, tidak pula dikaki untuk
> dijadikan bawahan". Sedangkan dilengan kirinya terdapat saudara laki-lakinya
> tempat ia mengajak berunding - bagaimana membimbing anak-anaknya . Bukankah
> falsafah Minang menyatakan ; *Anak dipangku oleh ayahnya dan dibimbing
> oleh pamannya.*
>
>
>
> Jadi ...., pembentukan kepribadian anak-anak minang kabau tidak dapat
> dibebankan kepada padusi minang semata, melainkan ia terbentuk didalam
> keluarga dengan ibu/ayah  dan masyarakat sebagai nara sumber.
>
>
>
> Mudah-mudahan pendapat ini dapat diterima, ditengah sedikitnya padusi
> minang yang menanggapi judul email ini.
>
>
>
> Wassalam
>
> Ibu dari tiga orang putera dan 1 orang puteri
>
>
>
>
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke