Sapu Lidi dan Sabit untuk Mendaftar Sekolah KOMPAS/MADINA NUSRAT http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/15/00410256/sapu.lidi.dan.sabit.untuk.mendaftar.sekolah
Sejumlah calon siswa Paket B setara sekolah menengah pertama memberikan sumbangan peralatan rumah tangga dan pertanian, seperti sapu lidi, sapu ijuk, arit, serta Al Quran, sebagai syarat mendaftar di Sanggar Kegiatan Belajar Ajibarang di Kabupaten Banyumas, Kamis (10/7). Selasa, 15 Juli 2008 | 03:00 WIB Oleh Madina Nusrat Bagi penduduk miskin di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, kesempatan belajar sebagai bekal untuk mencari nafkah tidak berarti harus membayar mahal. Mereka bisa mendapatkan ilmu dan keterampilan lewat kelompok belajar. Hal ini seperti tampak di Kelompok Belajar (Kejar) Paket B setara SMP di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Kamis (14/7). Calon siswa tidak harus membayar sumbangan pendidikan jutaan rupiah. Mereka hanya membayar Rp 25.000 ditambah sapu lidi, sapu ijuk, sabit, cangkul, dan Al Quran. Sumbangan itu pun bersifat sukarela, sesuai kemampuan orangtua siswa. Barang-barang itu akan digunakan para siswa dalam kerja bakti maupun bimbingan rohani. Salah satu pendaftar, Soni Parwanto (12), lulusan Sekolah Dasar Negeri 4 Tiparkidul, Kecamatan Ajibarang, hanya membawa sapu ijuk dan Al Quran untuk mendaftar. Dengan skor hasil ujian akhir sekolah berstandar nasional 17,70, sebenarnya Soni bisa diterima di SMP negeri di Ajibarang. Namun, orangtua Soni hanya buruh tani di Dusun Tanjungsari, Desa Tiparkidul. Mereka tak punya cukup uang untuk mendaftarkan Soni ke SMP negeri. Keterbatasan ekonomi mendorong para siswa mendaftar di SKB Ajibarang. Selain Soni, ada Agus Setiono (15). ”Saya senang, akhirnya bisa melanjutkan sekolah. Tadinya saya khawatir karena orangtua tidak mampu membiayai saya mendaftar di SMP negeri,” katanya. Menurut Kusminah (32), ibunda Agus, ia tidak mampu membiayai anaknya sekolah di SMP negeri maupun swasta. Penghasilannya bersama suami sebagai buruh tani hanya Rp 300.000 per bulan. Uang itu tak cukup kebutuhan sehari-hari sehingga harus berutang. Alasan serupa diutarakan Atmini (35). Warga Desa Windunegara ini mendaftarkan anak sulungnya, Veni Indriani (11), di SKB Ajibarang karena penghasilan suaminya sebagai sopir tak cukup untuk menyekolahkan anak di SMP negeri. ”Saya dengar mendaftar di SMP negeri bisa Rp 2 juta lebih,” ujarnya. Standar internasional Pendidikan di SKB hampir sama dengan sekolah berstandar internasional. Siswa SKB Ajibarang tak hanya mendapat materi pendidikan formal, tetapi juga keterampilan berbahasa Inggris, multimedia, hingga menjahit. Di SKB tersedia laboratorium komputer, multimedia, bahasa Inggris, hingga ruang praktik menjahit dengan peralatan lengkap. Kepala SKB Ajibarang Slamet Sularto mengatakan, setiap siswa diarahkan tak hanya mampu dalam pendidikan formal, tetapi juga menguasai keterampilan yang menjadi tuntutan dunia kerja. Pembuatan film dokumenter, misalnya, memadukan pendidikan multimedia dengan ilmu pengetahuan alam maupun sosial. Para siswa mempelajari ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam materi pendidikan formal menggunakan kamera video. ”Untuk mempelajari pertumbuhan akar, siswa bisa mendokumentasikan dalam rekaman video,” kata Slamet. Kehadiran SKB Ajibarang menjadi oase bagi sebagian masyarakat Banyumas yang masih terbelit kemiskinan, tetapi telah menyadari bahwa pendidikan merupakan modal hidup utama bagi anak-anak mereka. Awal tahun 2007, penduduk miskin Banyumas berjumlah lebih dari 40 persen dari 1,5 juta penduduk Banyumas. Baru-baru ini, dalam rapat Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banyumas dengan Dinas Pendidikan Banyumas terungkap ada 12.900 anak usia wajib belajar sembilan tahun di Banyumas putus sekolah. Menurut Ketua Komisi D Ahmad Ikhsan, pihaknya bersama Pemkab Banyumas sedang berupaya agar anak-anak itu bisa melanjutkan sekolah. ”Kami berusaha mengalokasikan dana pada APBD agar mereka mendapat beasiswa,” kata Ikhsan. Biaya pendidikan di SKB Ajibarang dan dua SKB lain di Kabupaten Banyumas disubsidi dari APBD Banyumas sebesar Rp 280.000 per tahun. Biaya itu digunakan untuk operasional pendidikan maupun melengkapi peralatan keterampilan. Namun, dukungan dana tanpa pemahaman pendidikan yang sesuai dengan keinginan masyarakat tak akan ada artinya. Karena itu, pendidikan bagi peserta Kejar Paket B di SKB Ajibarang disesuaikan dengan latar belakang dan usia siswa. Anak usia setara SMP ditempatkan dalam kelas reguler Paket B di SKB Ajibarang. Mereka yang berusia lebih tua ditempatkan di pusat kegiatan belajar masyarakat di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyumas. Semangat memajukan pendidikan sebagai investasi jangka panjang di Kabupaten Banyumas bisa menjadi contoh pemerintah pusat. Alokasi dana pendidikan 20 persen diimplementasikan, tak hanya berhenti di undang-undang. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---