Sanak di Palanta Indak masalah urang tuo atau urang mudo, nan sangaik pantiang apokah mereka bisa mamutuih rantai korupsi mulai dari diri mereka sandiri. Jaan sampai awak baipaturah atah ka bondo atau ikan ka kuciang, karano banyak wak liek kini pitaruah haruih baunyian, pasan haruih baturuik-i. Jaan sampai pulo mereka maantaan baju ka tailor dan mintak bonus nan ba baju putiah;-). Ancau kabirau...antahlah yuang....lah tagadai sawah jo pamatangno Banyak ma'af wassalam MB 41+, kandang singo
----- Original Message ---- From: Dr.Saafroedin BAHAR <[EMAIL PROTECTED]> To: RantauNet@googlegroups.com Sent: Monday, July 21, 2008 7:46:17 PM Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Biarkan Muchtar Naim Maju Menjadi Calon Anggota DPD Masuk akal juga alasan Sanak Mantari Sutan ini. Kalau begitu keadaannya, tentu terpulang kepada pak Mochtar Naim untuk mengambil keputusan. Buya Mas'oed sudah menyampaikan himbauan. Saya masih tetap mendukung himbauan Buya. Namun kalau mau maju juga, itu tidak melanggar hukum, karena memang tidak ada ketentuan tentang batas umur maksimum. Kalau dimisalkan tentara, pak Mochtar Naim tak mau menyerah sebelum berperang. Biar 'tewas terhormat di lapangan'. Tinggal kita ikuti bagaimana penjelasan tentang rekam jejak beliau selama di Senayan, mungkin ada yang kita belum tahu. Begitu juga apa rencana kebijakan yang akan beliau perjuangkan untuk lima tahun mendatang. Fastabiqul khairaat. Wassalam, Saafroedin Bahar (L, 71 th, Jakarta) Alternate e-mail address: [EMAIL PROTECTED] --- On Mon, 7/21/08, Mantari Sutan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Mantari Sutan <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [EMAIL PROTECTED] Biarkan Muchtar Naim Maju Menjadi Calon Anggota DPD To: RantauNet@googlegroups.com Date: Monday, July 21, 2008, 5:22 PM Tak ada yang salah dengan Muchtar Naim yang mencalonkan diri menjadi anggota DPD. Syarat dan kelengkapan telah ia penuhi. Dan yang paling penting, ia tidak sekonyong-konyong maju begitu saja. Tentu ia punya niat dan sesuatu yang ia yakini untuk diperjuangkan. Adalah tugas Muchtar Naim untuk mensosialiasikan niat dan misi perjuangannya, termasuk jejak perjuangannya selama ini kepada masyarakat. Tugas masyarakat para calon pemilih menilai tawaran Muchtar Naim apakah dibeli atau tidak. Sementara tugas para orang yang menyesalkan Muchtar Naim maju untuk meyakinkan dunsanak dan koleganya bahwa DPD perlu darah segar, perlu kegesitan dan sebagainya. Tapi walaupun begitu, sebenarnya masyarakat kita (pemilih sumatera barat) cukup berjiwa muda kok dalam memilih. Lihatlah profil kandidat DPD pemilu 2004. Mayoritas adalah golongan tua. Bahkan ada angkatan 45 segala, yaitu Pak Djamaris Joenoes dan Mawardi Yunus. Tapi yang dipilih masyarakat adalah kombinasi tokoh tua dan tokoh muda. Penglihatan kasat mata saya, umur rata-rata yang terpilih mengalahkan umur rata-rata kandidat. Dan yang lebih menarik, nama-nama yang pernah besar tidak lagi menarik minat masyarakat. Aminuzal Amien misalnya. Siapa yang tak kenal kiprahnya di era delapan puluhan dan sembilan puluhan. Hampir tiap bulan namanya muncul di Singgalang, Haluan atau Semangat. Sesekali di koran Canang. Sebuah korang yang punya artikel berjudul "Kaba dari Alam Gaib". Pada pemilihan DPD 2004, Di Tanah Datar -tempat ia sangat dikenal- Aminuzal Amien hanya meraih peringkat dua di bawah Irman Gusman. Begitu juga nama lain seperti Yanuar Mu'in dan Marwan Paris. Di tahun 2004, mereka biasa saja. Tokoh ranah yang berumur juga kurang lagi dilirik masyarakat. Nama-nama seperti Hasan Basri (mantankepala daerah di beberapa daerah tingkat II), Jamaris Yunus (Purnawirawan TNI, Mantan Bupati Sijunjung), Mawardi Yunus (mantan rektor IAIN), Bagindo M Letter (Ulama). Nama-nama ini tidak mampu menembus empat besar untuk bersaing dengan yang relatif lebih muda seperti Irman, Adfal dan Zairin. Walaupun mungkin akan terlontar excuse tentang amunisi yang kurang. Anyway, nama-nama perutusan Sumbar di DPD adalah kombinasi umur yang cukup optimum. Ada umur selevel angku (Muchtar Naim), Ayah (Zairin), Mak Etek (Irman), dan Afdal (Uda nan mudo). Soal kinerja mereka di DPD menyuarakan sumbar, itu soal lain. Kalau ditanya jawabannya adalah tentang DPD yang serba tidak jeals aturan mainnya. Ada benarnya memang. DPD memang banci dalam sistem kita. Di tahun 2009, saya meyakini masyarakat akan semakin independen dalam memilih. Sampai level tertentu, ikatan-ikatan tradisional mulai dilupakan. Mereka akan lebih bisa objektif memilih berdasarkan kemampuan akktual dan kemampuan potensial sang kandidat. Dimana orang-orang tua dan uzur harus mulai aware tentang peta yang sudah berubah. Orang rantau yang ingin maju di kampung halaman juga harus hati-hati. Pemilihan DPD dan rentetan Pilkada menunjukkan kandidat yang datang langsung dari Jakarta dan berkampanye banyak yang berguguran. Kakok tangan mereka di kampung telah menjadi pertimbangan utama masyarakat. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---