Artikel lama (April 2008) dari Harian Waspada Medan, nampaknyo belum pernah
di posting (CP) ke Palanta, sebagai penambah nambah pengetahuan kita
mengenai sejarah Ranah Minang.

 

Salam.


Oleh Tuanku Luckman Sinar Basarshah-II
Sultan Serdang

TERBAKARNYA Pos Belanda di Padang dan Pariaman telah menimbulkan malu yang
sangat besar bagi Belanda. Kebakaran itu dilakukan 2 bersaudara dari
Suruasso pada tahun 1714. Setelah itu, keduanya menghilang. Mereka mengaku
waris dari tahta Kerajaan Pagarruyung, yang waktu itu tahtanya dipegang oleh
Raja Muning Shah alias Tuanku Nan Tuah, yang berhasil menyelamatkan diri
dari uberan kaum Paderi. Raja Muning Shah ini mempersunting Tuan Gadis,
tetapi kemudian bercerai dan Tuan Gadis kembali ke Suruasso.

Sir Stamford Raffles, Letnan Gubernur Inggris di Bengkulu, pernah meminta
bantuan kepada 2 bersaudara bengsawan Suruasso ini untuk mendampinginya
melawat ke pedalaman Minangkabau. Ketika Belanda berkuasa, kedua bangsawan
Suruasso ini beserta Sultan Alam Bagagar Shah disertai banyak pemukapemuka
adat Minangkabau lainnya, dikumpulkan Belanda dengan dalih untuk "melindungi
mereka dari ancaman Paderi". Waktu itu Belanda sudah mendeking mereka dengan
100 orang serdadu ditambah 2 buah meriam besar.

Tetapi alangkah terkejutnya mereka ketika dipaksa dengan ancaman harus
menandatangani Pernyataan untuk melepaskan semua tanah Minangkabau buat
diserahkan kepada Hindia Belanda. Itu terjadi pada 10-2-1821, ketika itu
Raja Muning Shah masih bersembunyi di Lubuk Jambi.  Maka dianggap Sultan
Alam Bagagar Shah yang menggantikannya.("Al die hoofden eene overeenkomst
was getekend geworden, waarbij een afstand van alle Minangkabausche landen
aan het Gouvernement werd bekend gestend"). Mereka yang menandatangani di
bawah ancaman Belanda itu ialah:

- Daulat Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagarshah van Pagarruyung;
- Yang Dipertuan Sutan Kerajaan Alam van Suruasso;
- Yang Dipertuan Raja Tangsir Alam van Suruasso;
- Datuk Basuko en Datuk Mudo (voor zich en de overige 12 penghulu = untuk
diri sendiri dan atas nama 12 Penghulu) van Batipuh;
- Datuk Raja Muda en Datuk Palindih (voor zich en de overige 6 penghulu van
Singkarak);
- Datuk Raja Muda en Datuk Raja Bagagar (voor zich en de overige 8 penghulu
van Saningbakar);
- Datuk Raja Nan Sati (voor zich en de overige 5 penghulu van Bunga
Tanjung);
- Datuk Gadang Maharajalela (voor zich en de overige 5 penghulu van
Pitalah);
- Datuk Sati (voor zich en de overige 4 penghulu van Tg. Berulak);
- Datuk Raja Bukuet (voor  zich en de overige  4 penghulu van Gunung Raja);
- Datuk Penghulu Besar (voor zich en de overige 4 penghulu van Batu
Sangkar);
- Datuk Maharaja Lela (voor zich en de overige 6 penghulu van Sumpur); 
- Datuk Seripada (voor zich en de overige 6 penghulu van Melala); 
- Datuk Nakoda Intan en Datuk Paduka (voor zich en de overige 6 penghulu van
Semawang);

"Deze Toewankoe Alam Bagagarshah was zusterkind en dus, volgens de
landinstellingen, de wettige opvolger van bovengenoemden Raja Muningshah.
Hij is later Regent van Tanah Datar geweest".1.(Tuanku Alam Bagagarshah ini
adalah putera dari saudara perempuan jadi menurut adat istiadat negeri ini,
merupakan pengganti yang syah dari Raja Muningsyah tersebut. Ia kemudian
menjadi Regent Tanah Datar).

Pada 1824 Tuanku Nan Tuah alias Raja Muning Shah kembali ke Pagarruyung dari
tempat persembunyiannya di Lubuk Jambi. Ternyata ia masih populer dan
disambut rakyat dengan meriah di sana. Ia kemudian tinggal dengan tenang dan
aman, karena tempat itu dijaga oleh pasukan Belanda yang membuat benteng
disana sejak tangal 1 Januari 1823.

Pada 1826 Raja Muning Shah mangkat di Pagarruyung. Belanda mau melenyapkan
bekas imperium tua Kerajaan Pagarruyung dan lalu memecah konsentrasi
kekuasaan di Minangkabau itu. (De oude Vorst van Minangkabau, Raja
Muningsyah of Tuanku Nan Tuah, kwam ook in het jaar 1826 te overlijden. Zijn
Neef, Sultan Alam Bagagarsyah, was als Regent van Tanah Datar opgetreden en
Tuanku Samat, een zoon van een der instellers der Padrische sekte, als
Regent van Agam". (Raja tua dari Minangkabau, Raja Muningsyah atau Tuanku
Nan Tuah, mangkat pada tahun 1826. Keponakannya, Sultan Alam Bagagarsyah,
diangkat sebagai Regent Tanah Datar dan Tuanku Samat, putera dari salah
seorang pendiri Padri, diangkat sebagai Regent Agam).2

Rakyat tidak senang dengan politik pecah belah kekuasaan yang dilakukan
Belanda, karena  politik licik Belanda agar dengan melalui para Regent (dan
bawahannya para Kepala Laras dan Nagari serta Penghulu kampung dan Dusun)
lebih mudah mengutip belasting dan  mengatur agar perdagangan rakyat tidak
bebas lagi. Tidak mustahil jika banyak daerah seperti Sumpur, Batipuh,
Sungai Bakau dan lain-lain berusaha sepandai mungkin menghindar dari tekanan
Belanda.

("....de Resident en militaire Commandant gezamenlijk gemachtigd, onder
nadere goedkeuring pachten of belasting in te voeren")3. Oleh karena itu
kaum Paderi berusaha akan membunuh Regent Tanah Datar, karena mereka
mencurigai politik Belanda dibelakang layar, nanti akan melebarkan kekuasaan
dia sampai ke pedalaman.  ("Men wil ook, dat die Tuanku (Pasaman van
Lintau). maar wel de Regent van Tanah Datar, Sultan Alam Bagagarsyah, hem om
het leven heft doen brengen, voon namelijk uit ijverzucht als bevreesd dat
het Gouvernement hem eens het gezag over de binnen landen zou opdragen".4
Mereka sebenarnya menghendaki ia digantikan oleh seorang Arab bernama Sayed
Salimul Jafried, yang ahli hukum Islam tetapi juga pernah jadi orang
kepercayaan Kolonel Stuers dulu. Dia ini pandai masuk kesana kemari. 5

Pada akhir tahun 1832, kaum Paderi pimpinan Tuanku Tambusai dibantu
Panglimanya Tuanku Rao, telah hampir menguasai seluruh Tapanuli Selatan
khususnya Padang Lawas, yang membuat Belanda serba salah karena takut
melanggar perjanjian London 1824 dengan Inggris. Kesempatan ini dipergunakan
oleh Sentot Ali Basa, yang menurut Belanda berusaha, mengikat kembali rantai
perlawanan menentang Belanda di Tanah Minangkabau bersama wilayah Tapanuli
Selatan. Menurut laporan Belanda, Sentot Ali Basa, ini sengaja mau
menimbulkan kekacauan kembali, dengan maksud agar dia nanti bisa
meredakannya sendiri, dengan harapan agar Belanda mengangkat dia jadi raja
(Panembahan) disesuatu daerah di Sumatera.

Untuk itu ia bersedia bekerja sama dengan Regent Tanah Datar Sultan Alam
Bagagar Shah dan dengan Tuanku Nan Cerdik. "Terzelfde tijd werd het den
Resident en Militiairen Komandant ook duidelijk dat de ontwerpen tot dien
opstand geheel bekend waren geweest aan de Ali Basa, aan den Regent van
Tanah Datar, Tuanku Pagarruyung en aan Tuanku Nan Tjerdik". (Bersamaan waktu
itu, makin jelaslah bahwa rencana pemberontakan itu seluruhnya diketahui
oleh Ali Basa, kepada Regent Tanah Datar, Tuanku Pagarruyung dan kepada
Tuanku Nan Cerdik) 6.

Sultan Alam Bagagarsyah secara sembunyi telah menyalakan api perlawanan
terhadap Belanda khususnya didaerah Agam dengan 6 distrik, terutama Kamang,
Mage, Kota Baru dan Sage masuk kampung keluar kampung dan diketahui penduduk
sudah membuat benteng dan hempangan (barikade) dipersimpangan jalan besar
pada awal 1833. ("Jang Dipertoean van Pagarruyung immer voortging met de
vonken in het geheim aan te blazen, ten dade ook in die oorden den opstand
te doen breken")7. Sesuai dengan Peraturan (Reglement) Residen Sumatera
Barat tgl. 27 Okt. 1823 No. 58, pembahagian Pemerintahan di Sumatera Barat
sebagai berikut:

A.   Padang Wilayah
1. Regent Padang, 2. Regent Pariaman, 3. Regent Pulau Cinko, 4. Regent Air
Haji;

B.   Minangkabau (Afdeeling ini dibagi sebagai berikut ) :
1. Regent Tanah Datar, 2. Regent Tanah Datar Di bawah, 3. Regent Agam dan 5
Regen Limapuluh Koto;

Di bawah Regentschap ini ada Latas (distrik) dan di bawahnya lagi ada
Kampung dan Dusun. Di Tapanuli dan Nias yang masa itu tunduk ke Sumatera
Barat ada pembahagian lain. Pada mula system Regent ini diadakan, Sultan
Alam Bagagar Shah menjabat sebagai Regent seluruh Minangkabau, kemudian
turun hanya Tanah Datar saja. Kemudian dikeluarkan lagi wilayah Tanah Datar
Bawah dari kekuasaannya.

Menurut Belanda, Sultan Bagagarsyah bercita-cita untuk mengusir Belanda
sampai ke laut sehingga mudahlah baginya untuk mendirikan kembali Imperium
Tua Minangkabau Pagarruyung bahkan akan meluaskannya. ( "Hij verbeelde zich
dan indien wij genoodzaakt waren naar de stranden terug te trekken, het hem
gemakkelijk zou vallen het oude Minangkabausche Rijk weder op te rigten en
zelfs uit te breiden").8 

Belanda kemudian menyelenggarakan suatu pertemuan besar di Biru, dimana
hadir Sentot Ali Basa, Tuanku Sultan Bagagarsyah, Tuanku Nan Cerdik, Tuanku
Alam. Disitu dibacakan oleh Residen Elout antara lain sebuah Surat
Pengangkatan dari Yang Dipertuan Pagarruyung Sultan Bagagarsyah yang turut
juga ditandatangani oleh Tuanku Imam Bonjol, yang menunjuk Tuanku Alam dari
Kaman untuk beroperasi di daerah sebagian dari XII Koto (di pedalaman) dan
di daerah 4 Raja di Kumpulan buat berontak mengusir Belanda dari tanah
Minangkabau. 

(".. een door zekeren in Kaman wonende Toeankoe Alam, ontworpen, door den
Jang Dipertoean van Pagarruyung en den Tuanku Imam Bondjol ondertekend
stuk").9 Tuanku Alam langsung ditangkap dan keesokan harinya di hukum
pancung oleh Belanda. Begitu juga Tuanku Nan Cerdik ditangkap dan kemudian
dibuang ke Betawi tgl.16-3-1833. Komandan Militer Belanda mendesak agar
Sentot Ali Basa segera disingkirkan. Kepada Sentot Ali Basa Residen secara
diplomatis meminta agar Sentot berangkat ke Betawi guna melaporkan situasi
keamanan disana. Ternyata ia tidak dibenarkan kembali ke Sumatera bahkan
kemudian dibuang ke Bengkulu. Tentera Jawa Barisannya tetap di Sumatera dan
menjadi bahagian dari tentera Belanda.

Dibuang 
Mengenai Sultan Alam Bagagar Shah, banyak kalangan Belanda minta agar dia
segera disingkirkan, tetapi Residen berpikir menunggu kesempatan yang lebih
baik nanti karena Residen menganggap dia lemah pengaruhnya kepada rakyat. 10
("Men vatte de gedachte op, om de Yang Dipertuan Pagarruyung te verwijderen,
doch ditwerd tot gelegener uur uitgesteld"). 

Tetapi setelah saat terakhir ditemukan bukti bahwa Regent Tanah Datar
menancapkan pengaruhnya masuk kampung keluar kampung, terutama disekitar
bulan April 1833, dan setelah diketahui Belanda bahwa Tuanku Sultan Alam
Bagagar Shah menulis surat dan minta bantuan Inggris mengirim pasukan
sebagai bantuan dari Singapura kepadanya, maka Residen Elout tidak bisa
menunggu lebih lama lagi dan harus segera menangkap Regent Tanah Datar itu. 

"......dat de Regent van Pagarruyung reeds vele maanden vroeger brieven had
geschreven aan de Engelschen (waarschinjlijkvan Singapore) om hunne hulp in
te roepen tegen ons" (..... bahwa Regent Pagarruyung sudah sejak
berbulan-bulan yang lalu menulis surat kepada Inggris (mungkin ke Singapura)
agar mereka memberikan pertolongan melawan kita).11 Ketika akan pulang
meninggalkan rapat di Biru itu Residen Elout dengan marahnya mengecam tindak
tanduk Sultan Bagagarshah. Lalu serta merta disuruhnya pasukan menangkap
Sultan Alam Bagagarsyah dan di bawa ke Padang (2 Mei 1833). Ketika
perlawanan rakyat makin menjadi-jadi kemudian ia nanti dibawa ke Jawa
(Betawi) untuk dibuang disana.

Dalam suratnya kepada Gubernur Jendral, Elout menulis: "Ik ben nu volkomen
overtuigd dat de Regent Tanah Datar met den Ali Basa en Toewankoe nan
Tjerdik sedert lang in het complot waren tegen het Gouvernement". Kemudian
didalam, suratnya tgl. 6 Desember 1833 Elout melaporkan lagi kepada Van den
Bosch : "... Untuk lebih perlu memberikan bukti kepada Yang Mulia mengulang
kembali pengkhianatan seperti saya laporkan dahulu disertai bukti-bukti
tertulis mengenai Yang Dipertuan Pagarruyung, mengingatkan kita bahwa dia
sejak zaman Pemerintahan Kolonel dan Residen De Struers, selalu mencoba
menentang kita, terbukti dalam surat jawaban kepadanya oleh Toeanku Kapoh,
yang saya perlihatkan dulu kepada Yang Mulia ditempat ini (di Padang) dan
juga balasan dari surat-menyurat dari Tuanku Alam yang kegiatan hebatnya di
mana-mana sudah diketahui dan dalam surat menyurat yang sudah disampaikan
kepada Yang Mulia. Kedua mereka ini sudah dikenal aktivitasnya satu persatu;
dan sebaliknya begitu baiknya tindak tanduknya dibela di Betawi oleh Yang
Dipertuan Pagarruyung". 12

Ternyata 2 hari sesudah penangkapannya, seharusnya Sultan Alam Bagagar Shah
akan mengepalai sebuah rapat besar di Sumpur, di mana akan ditentukan jam
dan hari proklamasi serentak pemberontakan terhadap Belanda diseluruh alam
Minangkabau. Memang berita penangkapan dan pembuangan Sultan Alam
Bagagarsyah menimbulkan aksi luas yang luarbiasa diseluruh Minangkabau. Di
bawah pimpinan Regent Buah, yang juga kerabat dari Sultan Bagagar Shah dia,
memerintahkan kepada beberapa orang Dubalang, menyerang Letnan Hendriks,
pada malam 12 Mei 1833, tetapi dalam keadaan sekarat Hendriks dapat selamat
lari ke benteng. Kemudian benteng Belanda di Gugung Sigandang dikepung
gerilyawan rakyat, di mana komandan benteng, Letnan Tomsos, dapat ditewaskan
bersama pasukannya dan benteng dibakar. Di Ambacang, benteng Fort de Kock
dan benteng Belanda di Kuriri di kepung dan diserang gerilyawan rakyat.
Belanda menunjukkan kekejamannya dengan memenggal 15 orang pejuang rakyat
yang dapat tertangkap.13

Kejadian baru di Sumatera Barat itu membangkitkan ketakutan Belanda akan
kemungkinan berulangnya lagi perang besar "Bonjol II".Sehingga dengan
terburu-buru didatangkanlah dari Betawi bantuan pasukan sebesar 1100 serdadu
bersama dengan Mayor Jenderal Riesz didampingi Komisaris Hindia Belanda, Van
den Bosch. Sultan Alam Bagagar Shah dibuang di Betawi dan mangkat di sana
1849. Selama masa pembuangan di Betawi kegiatannya terus dipantau oleh intel
Belanda. Tetapi bagaimanapun sampai akhir hayatnya ia tidak pernah
berkhianat dalam tujuan perjuangannya. 
Dari berbagai sumber

 

WASPADA Online
Sunday, 06 April 2008 00:42 WIB


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke