Mencari Pukat si Raja Hutan

 

HARIMAU
Si Raja Hutan keget alang-kepalang. Soalnya koran hari selasa (29/7) terbitan 
Medan menyuguhkan head line 'PTN Seleksi Mahasiswa
Seperti Pukat Harimau, PTS Cemas'.

 

Entah
fitnah dari mana, berani-beraninya bangsa manusia menuduh harimau punya
pukat.  Padahal Harimau berani sumpah
'biar disambar gledek', ia tak punya
pukat.  

 

Masih
dalam kebingungannya, Si Raja Hutan bertambah pusing karena yang memakai pukat
itu ternyata PTN, Perguruan Tinggi Negeri. 
Mirisnya, pukat itu dipakai untuk meraup untung, bahasa kerennya
fulus.  Sebagai Raja Hutan, kewibawaannya
telah terinjak-injak.

 

Lama
Harimau merenungkan nasibnya.  Sudahlah
wilayah kerajaannya banyak yang dijadikan kebun, ada pula yang dibelah jalan
aspal, ditambah lagi fitnah karena pukat itu. 
Seolah-olah hidupnya tidak berarti dan hanya menjadi beban saja.  'Sudah jatuh, 
tertimpa tangga pula' ratapnya
dalam hati.

 

Di
pinggir sungai, tempat biasa ia minum, harimau kembali dalam dunia
khayalnya.  'Manusia memang tak berperasaan'
katanya bergumam.  Sungai itu telah keruh
dan airnya pun sudah mengering.  Dulu
harimau masih bisa berenang disana, sekarang?

 

Menjelang
sore, ia masih di pinggir sungai itu. 
Namun tak satupun cara yang berhasil ia temukan.  Malam, pikirannya semakin 
ruwet.  'Ah, sepertinya aku harus bertanya pada
kancil, binatang itu terkenal cerdas', bisiknya dalam hati.

 

Tak lama,
Si Raja  Hutan mengaum.  Auman itu auman panggilan.  Secepat kilat berkelebat 
burung Gagak demi
mendengar auman itu.  'Ada apa raja?' tanyanya.  Si Raja Hutan menjelaskan 
kerisauan hatinya
dan memerintahkan Gagak memanggil Kancil. 
Segera setelah itu Gagak mengepakkan sayapnya dan berlalu.

 

Esok
harinya, pertemuan antara Harimau dan Kacil berlangsung di kediaman si Raja
Hutan, dekat pohon meranti besar yang hampir tumbang termakan usia.  Harimau 
berkeluh kesah panjang lebar kepada
Kancil.

 

'Bagaimana pendapatmu, Ncil?'

'Ya,
sebaiknya ada tim pencari fakta terdiri dari binatang-binatang yang loyal pada
kerajaan Hutan, Tuanku'

'Lalu?'

 

Kancil
menguraikan strateginya.   Gajah akan
diperintahkan untuk mengamuk untuk mengalihkan perhatian. Serombongaan semut
akan diperintahkan sebagai penyampai pesan, rombongan ini akan dibantu tikus.   
Sementara, sekeluarga Laba-laba akan membuat
sarang dekat PTN.  Mereka bekerjasama
dalam satu tim dan Kancil akan memimpin sendiri tim itu. 

 

Si Raja hutan hanya
mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan kancil. Ia lalu bertanya, 'apa yang
mesti dilakukan, Ncil?'.  Kancil
mendekatkan mulutnya pada telinga sang raja, lalu berbisik.  Tak ada yang tahu 
apa yang dibisikkan Kancil,
hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu.

 

***

 

Berhari-hari masyarakat
hutan menanti harap-harap cemas. 
Kabar berseliweran mengenai tindak-tanduk para gajah yang mengamuk,
kota kebanjiran
semut dan tikus serta laba-laba yang bergelantungan dekat gedung PTN.

 

Orang-orang berseragam
polisi serta seragam lainnya dikerahkan oleh bangsa manusia untuk mengamankan
suasana.  Ditengah kebisingan kota masih sempat
semut-semut mendengar celetukan 'aman terkendali' atau 'siap, laksanakan'.

 

Seminggu kejadian itu
berlangsung.  Di dunia manusia, laporan
dan berita dari lapangan berseliweran di koran, majalah, tabloid, tivi dan
radio.

 

Demikian juga dekat
pohon meranti besar yang hampir tumbang di dalam hutan.  Kancil dan kerabat 
dekat si Raja Hutan
hilir-mudik.  Bisik-bisik dalam hutan
menyebutkan, kancil berhasil memecahkan teka-teki soal pukat si Raja Hutan.

 

Pada malam kesebelas di
dalam hutan, Harimau memanggil kancil.

'Bagaimana
upayamu Ncil?'

'Parah raja, manusia
memang licik'

'Maksudmu?'

'Sampai saat ini,
laporan semut dan tikus belum memuaskan. Di dunia manusia penuh dengan
informasi, tapi informasi mengenai pukat itu susah didapat'

'Lalu?'

'Tenang saja, kami akan
terus berupaya'

'Sampai
berapa lama lagi? aku sudah tak sabar'

Raja Hutan
memperlihatkan taringnya. Kancil menggigil ketakutan.

 

***

 

Satu menit, dua menit
tiga menit sereterusnya satu jam, dua jam berlalu.  Tak ada kabar yang 
memuaskan si Raja
Hutan.  Ia terus gelisah mencari jawaban,
tapi kepada siapa harus bertanya?

 

Kancil meringkuk diam
di persembunyiannya.  Sementara laporan
dari lapangan terus-menerus dibawa tikus dan gerombolan semut.  Kancil 
memperhatikan betul laporan dari para
petugasnya itu.  Sebab, salah-salah info,
dirinya bisa jadi santapan si Raja Hutan.

 

'Ndan Ncil (barangkali
maksudnya Komandan Kancil), Gajah sudah kelelahan sementara rombongan laba-laba
mulai gerah tinggal di PTN' Semut melaporkan. 


 

Tikus menambahkan kalau
ini terus dilanjutkan, takutnya nanti manusia kalap dan menyerang hutan.
'Masyarakat hutan mau tinggal dimana lagi?' tanya tikus kebingungan.

 

'Baiklah, tarik semua
pasukan gajah dan laba-laba kembali ke dalam hutan.  Kita buat rapat 
konsolidasi dengan mereka
besok siang.  Pasukan semut dan tikus
wajib hadir.  Kita rapat di tepi air
terjun.  Ada pertanyaan?' ucap Kancil.

 

'Baiklah Ndan
Ncil.  Satu pertanyaan, kenapa rapatnya
harus di tepi air terjun? Tak ada binatang yang berani kesana.  Kan berbahaya'
semut kebingungan.

 

'Aku tak
mau ada yang mendengar hasil rapat kita, hanya kita yang tahu, sebelum laporan
pada raja'

 

Demikianlah, esok siang
di tepi air terjun ada segerombolan gajah, laba-laba, tikus dan semut melakukan
pertemuan.

 

Tanpa basa basi, Kancil
menyebutkan hasil pertemuan:

1.  Bahwa berita di media itu bohong.  Berita tersebut hanya permainan politik 
dunia
manusia dan tidak mencampuri kedaulatan masyarakat Hutan, apa lagi menjatuhkan
harkat dan martabat Si Raja Hutan.

2.  Bahwa tidak ada pukat harimau di PTN.  Pukat hanya yang digunakan bangsa 
manusia
untuk menagkap ikan. tidak ada hubunagnnya dengan Harimau.

3.  Bahwa Harimau tetap menjadi Raja Hutan dan
bebas menentukan politik kebinatangannya.

 

Gajah, Semut, Tikus dan
Laba-laba heran.  Mereka kebingungan
lantaran mereka belum melaksanakan rapat, tapi hasilnya sudah disebutkan.

 

'Keputusan rapat tidak
dapat diganggu gugat' tegas Kancil

'Tapi Ndan....'

'Tidak
ada tapi-tapian.  Keputusan ini sudah
bulat supaya Raja Hutan senang.  Setelah
ini tidak ada lagi urusan pukat-memukat, pukat-pukatan, titik! Kalian harus
terima keputusan ini untuk menjaga ketentraman masyarakat hutan.  Bila ada yang 
membocorkan rahasia, saya tidak
segan-segan mencelakainya.  Rapat bubar!'

 

Kancil berkelebat pergi
melaporkan hasil rapat kepada Harimau. 
Harimau menerima hasil rapat sambil tersenyum-senyum. (Bah, bagaimana
pula rupanya kalau Harimau tersenyum?)

 

***

 

Urusan tak penting dibuat penting.  Kalau bisa dibuat susah, kenapa harus
dipermudah.  Yang penting laporan beres,
urusan proses bisa diatur. Gitu aja kok repot.

 

 

Sources: 
http://syafrizaldi.multiply.com/journal/item/34/Mencari_Pukat_si_Raja_Hutan

 



_________________________________________________________________
Manage multiple email accounts with Windows Live Mail effortlessly.
http://www.get.live.com/wl/all
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke