wa'alaykumsalam wr. wb.

Kebetulan ambo balangganan republika. Suatu hari ado surat pembaca yang 
mengeluhkan layanan petugas karicih busway. Masih 15 minik sabalun jam 10 
malam, berarti seharusnyo calon penumpang masih bisa dilayani. Tapi si 
petugas ndak nio malayani, malahan sibuk mangamehan tas basiap2 ka pulang. 
Loket lah tutuik, katonyo. Dalam surek pembaca tu, ndak lupo si pelapor 
maagiahan namo petugas, halte masjid raya al-azhar hari itu jam sagitu.

Perasaan ambo langsuang memihak si penulis surek. Asailah, kato ambo.

Beberapa hari kemudian, di kolom yang samo, muncul balasan dari pengelola 
transjakarta. Menyampaikan permohonan maaf, sekaligus mengabarkan bahwa si 
petugas alah diparantian.
Disiko tamanuang ambo. Takana antah si petugas punyo anak2 ketek, atau 
istri nan manunggu malahiakan....

Awal tahun iko ambo maurus mamasangan telefon di rumah. Sadang ado harago 
promosi. Ambo mandaftar. Lalu si petugas datang, bantuaknyo kontraktor 
rekanan telkom.
Pak, alah tau biayanyo, katonyo. 
Alah, kato ambo, sekian ha.. 
Pak, baa kalau tambah 150rb lai? Sabab kami bakawan2 mamasangnyo.

Ondeh, iyo mandidiah darah dek emosi. Ambo mintak sajo petugasnyo pulang, 
beko ambo hubungi baliak...
Dengan sakali surek pembaca, beberapa foto2, mungkin ambo bisa mambuek 
paja ko baranti karajo. Tapi baa nasib inyo sasudah itu lai...?
Terbukti, nan sabar tu iyo katiko awak sadang di ateh angin...urang tu 
indak kami panga2kan do, cuma ka telkom kami protes; sebab bisa jadi harga 
pasang baru ditekan dengan mengurangi bayaran kontraktor. Kontraktor dek 
takuik kehilangan kontrak, nyo tarimo juo kontrak tu. Kerugian ko nyo 
balehan ka konsumen.



salam
ridha - male/30th/jkt

Rancak juo dibaco nan iko, baa konsumen kalau alah mangarati haknyo 
hehe... :
Detik.com
Rabu, 20/08/2008 12:03 WIB
Vila Bukit Talita Ciloto Tak Ada Etika 
Laila Sofianty - suaraPembaca


Jakarta - Rencananya saya dan keluarga akan bersantai pada akhir pekan 
lalu di salah satu unit vila di Bukit Talita Resort di kawasan Ciloto Jawa 
Barat. Pada Jumat tanggal 1 Agustus 2008 setelah berbicara dengan petugas 
Marketing bernama Ibu Piti saya setuju untuk melakukan pembayaran uang 
muka sebesar Rp 500,000 dari total harga Rp 1,040,000. Uang tersebut saya 
kirimkan melalui ATM BCA. 

Kami tiba di Bukti Talita pada Sabtu, 2 Agustus sekitar pukul 1.30 siang. 
Begitu masuk komplek Bukti Talita saya dan suami bergegas ke front office 
untuk melunasi pembayaran. Di sana petugas mengatakan bahwa pembayaran 
yang telah dilakukan bersifat non-refundable.

Saya agak terkejut. Batin saya kenapa tidak disampaikan sebelum saya 
membayar? Karena toh, pada hari Jumat, saya bicara melalui telepon dengan 
Ibu Piti dan meminta nomor rekening Bukit Talita untuk mentransfer tanda 
jadi.

Kebijakan non-refundable down payment adalah salah satu dari syarat dan 
ketentuan berlaku yang 'wajib' diberitahukan sebelum customer membayar. 
Dan tentu saja mereka berkewajiban memberitahukan kondisi tersebut.

Anyway, setelah membayar, kami diantar ke unit. But then, we found the big 
surprise for that weekend. Saya dan keluarga benar-benar terkejut dan 
marah. Kondisi unit yang disewakan ternyata sangat tidak layak. 

Furnitur terkesan asal-asalan tanpa memperhatikan nilai estetika sama 
sekali dan penuh debu. Sampai-sampai saya malas untuk duduk di sofa yang 
tersedia. Buat saya debunya tergolong luar biasa. Sama mengejutkannya 
ketika saya melongok kolong sofa dan meja yang ada. Debu dibiarkan 
menumpuk hingga membentuk gumpalan seperti kapas.

Belum habis kaget dan rasa jijik saya melihat kondisi tersebut, ketika 
kamar mandi dibuka, saya menemukan kecoa-kecoa mati, paku di lantai, dan 
debu yang juga menumpuk tebal di lantai dan bak air kamar mandi. Masih 
penasaran lantas saya, suami, kakak ipar, mertua, keponakan-keponakan, dan 
anak saya lantas memeriksa kondisi kamar-kamar tidur yang ada. Ternyata 
sama saja. Sprei dan selimut yang mereka gunakan untuk kasur mungkin 
terlihat bersih, tapi bau. Debunya masih tetap bisa saya dan keluarga 
rasakan. 

Saya kecewa luar biasa. Saat itu juga saya menelepon front office dan 
minta agar mereka mengirimkan petugas untuk membersihkan seluruh bagian 
dari unit yang kami sewa (tanpa tahu keadaan sebenarnya).

Untuk sedikit menghibur anggota keluarga lain yang tampak kecewa, saya dan 
suami memutuskan untuk berjalan-jalan ke wilayah sekitarnya. Kami sengaja 
mencari makan siang bahkan berkunjung ke factory outlet untuk menghabiskan 
waktu.

Setelah lelah jalan-jalan selama kurang lebih 5 jam dan karena hujan mulai 
deras kami semua memutuskan untuk kembali ke unit. Saat itu sudah lewat 
dari jam 7 malam.

Alangkah terkejutnya kami ketika melihat ternyata kondisi vila yang kami 
sewa masih tetap 'kotor'. Rupanya pihak pengelola belum membersihkan sama 
sekali. Yang makin mengerikan, tenyata selain perabot yang reot, rusak, 
dan berdebu, satu-satunya kamar tidur di lantai bawah vila ternyata bocor 
karena rembesan air dari luar!

Sedih dan marah, saya langsung minta suami untuk mengantar ke front office 
(jarak vila kami ke FO sekitar 50-60 meter berjalan kaki). Sesampainya di 
sana saya minta untuk dipertemukan dengan Manajer yang bertugas. Setelah 
bertemu saya tumpahkan semua kekecewaan saya. Saya katakan bahwa semua 
rencana saya berantakan karena mereka tidak beritikad baik.

Saya juga katakan bahwa dalam bisnis ada etika. Jangan pernah berdagang 
dan menipu pembeli. Analoginya, jika telur yang dijual busuk, beritahukan 
kepada calon pembeli.

Jika ia memaksa untuk membeli, maka risiko menjadi milik pembeli. Tapi, 
dengan demikian berarti penjual telah memberikan hak pembeli --dengan 
memberitahukan kondisi barang, dan juga melaksanakan kewajibannya dengan 
memberikan informasi yang jelas dan benar.

Saya lantas minta pertanggungjawaban pihak manajemen. Tapi, mereka hanya 
mengelak dengan mengatakan bahwa mereka tidak tahu kondisi unit vila yang 
disewakan. How stupid is that? You're selling something which condition's 
you don't know of? Alangkah tidak bertanggung jawabnya.

Awalnya saya sempat pikir untuk mencari vila/ hotel lain. Tapi, karena 
cuaca buruk dan saya datang bersama mertua yang berusia 75 tahun dan 
beberapa orang lainnya yang tidak mungkin saya ajak "berpetualang" di 
tengah hujan, maka saya urungkan niat tersebut.

Pengelola memang lantas membersihkan unit vila setelah saya marah besar 
dan berargumen. Sesi bersih-bersih berlangsung dari pukul 8 malam hingga 9 
malam. Tapi, tetap saja, rencana akhir pekan saya dan keluarga terlanjur 
rusak ketika kami ternyata terpaksa menginap di vila dengan kondisi sangat 
tidak layak.

Mereka hanya terlihat sedikit menyesal dan lagi-lagi (berulang kali)  
mengatakan bahwa mereka tidak tahu bahwa kondisi unit vila yang disewakan 
ternyata sudah amat parah dan tidak layak.

Sepertinya mereka harus belajar tentang hospitality industry dari 'nol'. 
Kalau memang pihak manajemen Bukit Talita bersedia saya akan luangkan 
waktu untuk mengajar mereka. Dengan senang hati akan saya lakukan.

Oya, sepertinya mereka lumayan tebal muka. Karena lewat dua minggu setelah 
kejadian itu, mereka bahkan tidak berusaha menghubungi untuk menyampaikan 
permintaan maaf. Sepertinya sebagian orang memang rakus dan egois ketika 
berbisnis. Tidak mengindahkan etika. Hanya mementingkan profit alias 
keuntungan.

Ada hal-hal lain yang juga masuk dalam daftar kekecewaan saya dan penting 
untuk menjadi catatan:
1. Water heater rusak, hanya bisa digunakan air panasnya saja. Tapi, kulit 
siapa juga yang kuat untuk direbus hidup-hidup?
2. Dinding lembab dan tampak berlumut di bagian dalam vila. 
3. Dinding luar vila sudah lapuk dan banyak (banget!) mengelupas. 
4. Sampah banyak di bagian luar vila (tisu kotor yang sudah dibuang, 
plastik, daun, sisa makanan busuk, dan lain-lain).
5. Debu yang menggumpal dan sapu lidi dengan banyak kutu/serangga kecil 
yang bikin gatal teronggok di pinggir dipan beralas bantal. Atau kalau 
memang Anda mau berbesar hati bisa saja anggap lidi dan gumpalan debu jadi 
bagian dari interior.
6. Contact Person dari Bukti Talita: Ibu Piti, Ibu Titi, Pak Uun (General 
Manager) dan Pak Sila.

Jika ada pihak manajemen Bukit Talita yang merasa perlu mengajukan 
pembelaan saya persilahkan.



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke