Yth. Warga Rantaunet

Saya pikir ini sebuah opini yang menarik untuk disimak. Dari
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/21/00264633/relevankah.sekolah.menengah

Salam
St. Mangkuto Sati
(35, Den Haag)

Relevankah Sekolah Menengah?
Kamis, 21 Agustus 2008 | 00:26 WIB

*Dewi Susanti*

Selama beberapa dasawarsa pendidikan formal merupakan bagian alami kehidupan
masyarakat modern dan kita melihat sekolah sebagai prasyarat menjalani
kehidupan yang produktif. Mereka yang tak bersekolah hampir dapat dianggap
akan tersisih dari tatanan masyarakat modern. Tak ada pilihan lain. Tak ada
keberuntungan bagi yang tak bersekolah.

Bagaimana sebenarnya kontribusi pendidikan formal, terutama sekolah
menengah? Dua berita di Kompas (5/8/2008) melaporkan bahwa hanya 17,2 persen
dari 28 juta penduduk Indonesia usia 19-24 tahun dan 6,2 persen dari 306.749
murid di SMP Terbuka yang dapat meneruskan sekolah ke jenjang pendidikan
tinggi.

Padahal kebanyakan SMA, terutama SMAN, masih menekankan hafalan terhadap
lebih dari selusin mata pelajaran setiap minggunya dan mempersiapkan siswa
untuk ujian nasional, dengan harapan kebanyakan dari lulusan sekolah akan
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Namun, ternyata upaya ini hanya
mencakup 17,2 persen pemuda- pemudi Indonesia. Lalu, apakah fungsi
pendidikan di sekolah menengah bagi 82,8 persen 'sisa' nya?

Dalam sebuah kunjungan ke SMAN 1 di Desa Marangkayu, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur, saya mengamati murid pada mata pelajaran
Kimia sedang mempelajari letak atom pada tabel periodik untuk
mengidentifikasi jenis zatnya. Sekolah tersebut tak memiliki dana
melangsungkan eksperimen di laboratorium kimia sehingga pelajaran kimia
menjadi abstrak.

Walaupun sebagian dari lulusan SMAN 1 berencana melanjutkan ke universitas,
lebih banyak yang akan mencoba memasuki dunia kerja dengan menggunakan
ijazah SMA mereka sebagai satu-satunya modal. Di desa yang berpenduduk
22.117 orang itu, hanya 7 persen lulusan SMA dan 1,2 persen lulusan diploma
dan sarjana. Dengan kata lain, hanya sekitar 14,6 persen lulusan SMA yang
melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya (Kecamatan Marangkayu, 2008).
Lalu apakah gunanya kemampuan mengidentifikasi jenis zat sebuah atom untuk
kehidupan dan masa depan kebanyakan murid di sana? Nyaris tidak ada.

Ijazah SMA telah dianggap sebagai paspor untuk memasuki dunia kerja, padahal
Survei Angkatan Kerja Nasional menunjukkan, dari 10 juta penganggur usia
kerja, 55 persen berpendidikan sekolah menengah (BPS, 2008). Jelas, lulusan
sekolah menengah tak dipersiapkan dan tak memiliki keterampilan memasuki
dunia kerja.

Pendidikan menengah di Indonesia sangat terfokus pada pengembangan kemampuan
akademik menuju universitas dan karena itu tidak—atau lebih tepatnya
belum—relevan bagi mayoritas pemuda-pemudi Indonesia. Pertanyaan yang
berikutnya muncul adalah pendidikan menengah seperti apa yang lebih relevan?

Mengambil Desa Marangkayu sebagai contoh kasus, 78 persen perekonomian di
Kabupaten Kutai Kartanegara datang dari bidang pertambangan dan penggalian,
serta 11 persen dari pertanian (ProVisi Education, 2007). Adapun di Desa
Marangkayu 28,4 persen bekerja di bidang pertanian dan perkebunan karet, 5
persen karyawan, 1,7 persen wiraswasta, dan 2,8 persen bekerja di bidang
pertukangan, nelayan, dan jasa, sementara sisanya tidak terdata.

Dengan kata lain, sedikitnya 78 persen sumber perekonomian tidak melibatkan
peran dan belum menyejahterakan kebanyakan warga Desa Marangkayu. Dapatkah
pendidikan menengah mencoba mengatasi kesenjangan antara kualitas sumber
daya manusia dengan kemampuan mengolah sumber alam lokal? Bukankah pekerjaan
kebanyakan penduduk di bidang pertanian dan perkebunan karet seharusnya
dapat dijadikan sumber pembelajaran?

Saya tidak menyarankan agar semua sekolah menengah di Kabupaten Kutai
Kartanegara berbondong-bondong memfokuskan perhatian pada bidang
pertambangan, penggalian, dan pertanian. Namun, dari pemahaman yang lebih
mendalam tentang sumber daya alam lokal, pembelajaran di sekolah dapat
bersifat lebih kontekstual dan bermakna bagi keberlangsungan kehidupan dan
kemajuan komunitas lokal.

Misalnya, dalam pelajaran Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi, siswa dapat
meneliti asal usul keberadaan Desa Marangkayu, latar belakang sosial
ekonomi, jenis pekerjaan, dan permasalahan sosial. Dalam pelajaran Geografi
siswa dapat mendatangi lahan-lahan pertambangan, perminyakan, pertanian, dan
perkebunan untuk mengkaji perbedaan antarlahan. Kegiatan tersebut dapat
dikaitkan dengan pelajaran Biologi yang mengkaji kondisi dan masalah
lingkungan, ekosistem, jenis tanaman, binatang lokal, dan lain-lain.

Kemampuan siswa dalam mewawancara, menganalisis, dan membuat laporan
mengasah keterampilan interpersonal, berpikir, dan berbahasa Indonesia.
Pengetahuan tentang sumber daya lokal, dari rumput-rumput ilalang, berbagai
jenis daun, dan batu-batuan dapat dijadikan bahan dasar untuk pelajaran
Kesenian dan Teknik Keterampilan, yang hasilnya dapat dijual ke kota
terdekat untuk menjajaki kemampuan berwiraswasta.

Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan memberikan keterampilan dan pengetahuan
lokal yang memungkinkan sebagian besar siswa untuk langsung terjun ke dunia
kerja, tanpa mengesampingkan pengetahuan akademik bagi mereka yang mampu dan
memiliki kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.

Dari pembahasan contoh kasus di atas, tersirat bahwa solusi untuk
permasalahan pendidikan menengah yang lebih relevan membutuhkan kajian
mengenai kondisi lokal sehingga solusinya bersifat kontekstual terhadap
komunitas. Kondisi komunitas yang berbeda membutuhkan solusi yang berbeda
pula.

Pendidikan menengah yang kita kenal sekarang baru memberikan tawaran solusi
yang diseragamkan dengan menggunakan sebagian kecil penduduk Indonesia
sebagai tolak ukur. Sementara untuk mayoritas penduduk, masih perlu dikaji
dan dirumuskan bentuk-bentuk pendidikan yang lebih relevan, yang kemungkinan
besar belum kita kenal sekarang.

*Dewi Susanti Peneliti di ProVisi Education, Mahasiswi di Harvard Graduate
School of Education*

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke